*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } { Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } { Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
> -----Original Message----- > From: MUHAMED, Mohd. Khairul [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: Tuesday, April 02, 2002 8:40 a.m. > To: muslim friends > Subject: Tawaddu' dan Takabbur > > Assalamualaikum > Found on the net > ============ > > > > Menghidupkan Semangat Rendah Hati (Tawaddu') dan Menghilangkan > Sifat Sombong (Takabbur) 03/21/2002 > > Allah SWT berfirman, yang artinya, "Aku akan memalingkan orang- > orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang > benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku." > (Q. S. Al-A'raf : 146). > > Takabbur atau sombong adalah lawan kata dari tawaddu' atau rendah > hati. Dan merupakan salah satu jenis penyakit hati yang telah > memakan banyak korban seperti : Raja Fir'aun dan bala tentaranya, > Namrud , Abu Jahal dan Abu lahab, kaum Yahudi dan masih banyak > contoh lagi. > > Menurut tata bahasa Takabbur semakna dengan ta'azhzum, yakni > menampak-nampakkan keagungan dan kebesarannya, merasa agung dan > besar. Penyusun kamus Lisanul Arab mengatakan "takabbur dan > istikbar ialah ta'azhzum, merasa besar dan menampak-nampakkan > kebesarannya (sombong)." > > Perbedaan antara takabbur, ujub dan ghurur adalah bahwa ujub itu > mengagumi atau membanggakan diri dari segala seuatu yang timbul > darinya, baik berupa perkataan maupun perbuatan tapi tidak > merendahkan dan meremehkan orang lain. > > Ghurur adalah sikap ujub yang ditambah sikap meremehkan dan > menganggap kecil apa yang timbul dari orang lain tapi tidak > merendahkan orang lain. > > Dalam salah satu haditsnya Rasullullah SAW bersabda, yang artinya : > "Tidaklah masuk surga orang yang didalam hatinya ada penyakit kibr > (takabbur) meskipun hanya seberat dzarroh." Kemudian ada seorang > laki-laki berkata : "Sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya > bagus dan sandalnya/sepatunya bagus." Beliau > menjawab, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. > Kibr (takabbur/sombong) itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan > orang lain." (HR. Muslim). > > > Sebab-sebab Takabur > > > > > Rusaknya penilaian dan tolak ukur kemuliaan manusia. > Diantara factor yang menyebabkan timbulnya takabbur ialah > terjadinya nilai dan cara pandang manusia yang rusak. Mereka > memandang mulia dan hormat kepada orang-orang yang kaya harta, > meskipun dia itu ahli maksiat dan menjauhi manhaj dan aturan Allah. > Orang yang hidup dalam kondisi seperti ini sudah barang tentu akan > begitu mudah sombong, merendahkan dan meremehkan orang lain, > kecuali orang yang dirahmati Allah. > > "Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan > kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan > kebaikan-kebaika kepada mereka ? Tidak, sebenarnya mereka tidak > sadar." (Q. S. Al-Mu'minun : 55-56) > > "Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- > anak (dari pada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diadzab. > Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki bagi siapa yang > dikehandi-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang di kehendaki-Nya), > akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan sekali-kali > bukanlah harta dan bukan pula anak-anak kamu yang mendekatkatkan > kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan > mengerjakan amal-amal sholeh, mereka itulah yang memperoleh balasan > yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan > mereka aman sentosa ditempat-tempat yang tinggi (dalam surga)." (Q. > S. Saba': 35-37) > > > Membandingkan nikmat yang diperolehnya dengan yang diperoleh orang > lain dengan melupakan Pemberi nikmat. > Karena hikmah yang hanya diketahui Allah sendiri, Dia memberikan > nikmat secara berbeda-beda antara sebagian orang dan sebagian yang > lain. > "Dan berikanlah kepada mereka (orang-orang mukmin dan orang-orang > kafir) sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi > seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan > Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di > antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang." > (Q. S. Al-Kahfi: 32) > "Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya > (yang mukmin) ketika ia bercakap-cakap dengan dia: 'Hartaku lebih > banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.'" > (Q. S. Al-Kahfi: 34) > > > Sikap tawadhu' orang lain yang berlebihan. > Kadang-kadang ada sebagian orang yang bersikap tawadhu' secara > berlebihan hingga tidak mau berhias dan mengenakan pakaian yang > bagus, tidak peduli terhadap orang lain, bahkan tidak mau tampil ke > depan untuk memikul amanat dan tanggung jawab. > Sikap yang demikian ini kadang-kadang menimbulkan kesan negatif > pada sebagian orang yang melihatnya, yang tidak mengetahui hakekat > masalah sebenarnya. Lalu syaitan membisikkan ke dalam hatinya bahwa > orang tersebut tidak menghias diri, tidak mengenakan pakaian bagus, > dan tidak pernah tampil ke dalam mengurusi urusan umat adalah > semata-mata karena miskin dan tidak mempunyai kemampuan untuk > menjalankan tugas dan tanggung jawab. Anggapannya ini kemudian > berkembang dengan memandang orang tersebut dengan pandangan rendah > dan hina, dan sebaliknya menganggap dirinya lebih besar dan lebih > agung. Inilah dia penyakit Takabur telah muncul. AlQur'an dan As- > Sunnah telah mengantisipasi masalah ini. Karena itu disuruhnya > manusia menampakkan nikmat yang diberikan Allah kepadanya. > "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut- > nyebutnya (dengan bersyukur)." (Q. S. Adh-Dhuhaa : 11) > > Sabda Nabi SAW, "Sesungguhnya Allah itu bagus dan menyukai > keindahan." (HR Muslim). > > Para Salaf mengerti betul akan hal ini, karena itu mereka sangat > antusias menceritakan nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada > mereka (dengan penuh rasa syukur, bukan sombong) dan mencela orang > yang melalaikan hal ini. Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu'anhu > berkata: "Bila engkau memperoleh kebaikan atau melakukan kebaikan, > maka ceritakanlah kepada orang yang dapat dipercaya dari antara > teman-temanmu." (Al-Qurtubi, Al-Jami'Li Ahkamil Qur'an ) > > > Mengira nikmat yang diperolehnya akan kekal dan tidak akan lenyap. > "Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya > sendiri; ia berkata: 'Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama- > lamanya.' Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan > sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat > tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu." > (Q. S. Al-Kahfi : 35-36) > > > Karena mengungguli yang lain dalam memperoleh keutamaan. > Adakalanya yang memicu takabbur bagi seseorang ialah karena lebih > unggul dari pada yang lain dalam keutamaan. Atau lebih banyak > melakukan keutamaan-keutamaan, misalnya dalam bidang ilmu, dakwah, > jihad, pendidikan dll. > Keunggulan semata-mata tidak ada artinya di hadapan Allah kalau > tidak disertai dengan keikhlasan dan kejujuran. > (Q. S. Al-Hasyr : 8-10) > > > Melupakan akibat buruk takabbur. > Diantara sebab timbulnya rasa takabbur adalah melupakan akan akibat > buruknya. > > > Akibat Buruk dari Takabbur > > > > > Terhalang dari memperhatikan dan mengambil pelajaran terhadap > sesuatu. > Hal ini disebabkan orang yang takabbur merasa lebih tinggi dari > hamba-hamba Allah yang lain. Maka secara sadar atau tidak sadar ia > telah melampaui batas hingga menempati kedudukan Ilahi. Orang > seperti ini sudah barang tentu akan terkena sangsi, dan sangsi atau > hukuman yang pertama ialah terhalang dari memperhatikan dan > mengambil pelajaran terhadap sesuatu. > " Dan betapa banyak tanda-tanda di langit dan dibumi yang mereka > lewati, tapi mereka berpaling dari padanya." > (Q. S. Yusuf : 105) > > > Kegoncangan jiwa. > Orang yang takabbur dan merasa lebih tinggi dari pada orang lain, > berkeinginan agar orang lain menundukkan kepala kepadanya. Tetapi > harga diri manusia sudah barang tentu tidak mau berbuat demikian, > dan memang pada dasarnya mereka tidak disiapkan untuk hal itu. > Karena keengganan orang lain untuk menundukkan diri kepadanya, > berarti ia gagal memasuki keinginannya. Maka sebagai akibatnya > timbulah kegoncangan dalam jiwanya. > "Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya > baginya penghidupan yang sempit." (Q. S. Thaha : 124) > > "Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, Tuhan akan > memberinya siksaan yang berat." (Q. S. Al-Jin : 17) > > > Selalu dalam keadaan aib dan kekurangan. > Hal ini disebabkan orang yang sombong mengira dirinya telah > sempurna dalam segala hal, maka ia tidak mau intropeksi diri > sehingga ia tidak mau menerima nasehat, pengarahan dan bimbingan > dari orang lain. > "(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia > telah meliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka > kekal di dalamnya." > (Q. S. Al-Baqarah : 81 ) > > > Terhalang untuk masuk surga. > Dan Rasullullah SAW telah bersabda, "Tidak masuk surga orang yang > di dalam hatinya terdapat seberat dzarrah dari takabbur..." (HR > Muslim). > > > Cara Mengobati Takabbur > > > > > Mengingat akibat-akibat dan bahaya yang ditimbulkan oleh takabbur, > baik yang mengenai dirinya sendiri maupun mengenai amal Islami, > baik yang bersifat duniawi maupun ukhrowi. > > > Menengok orang sakit, meyaksikan orang yang akan meninggal dunia, > menolong kesusahan, mengantarkan janazah dan ziarah kubur. > > > Tidak berteman dengan orang-orang yang takabbur dan sebaliknya > bersahabat dengan orang-orang yang tawadhu' dan ahli ibadah. > > > Suka duduk-duduk bersama orang lemah, orang fakir dan miskin, > bahkan makan dan minum bersama mereka; karena hal ini akan dapat > membersihkan jiwa dan mengenbalikannya ke jalan yang lurus. > > > Suka memikirkan dirinya dan alam semesta, bahkan merenungkan semua > nikmat yang diperolehnya sejak yang paling kecil hingga yang paling > besar. Siapakah sumber semua itu? Siapakah yang dapat menahan dan > menghalanginya? Dengan jalan bagaimanakah seorang hamba berhak > mendapatkannya? Bagaimanakah keadaan dirinya seandainya salah satu > kenikmatan itu dicabut, apalagi bila dicabut seluruhnya? > > > Memeprhatikan riwayat-riwayat orang takabur, bagaimana keadaan > mereka dan bagaimana akhirnya, sejak iblis, Namrud, Fir'aun, Haman, > Qorun, Abu Jahal hingga para thaghut-yhaghut, para dictator dan > orang-orang yang gemar berbuat dosa pada setiap waktu dan tempat. > > > Menghadiri majlis-majlis taklim yang diasuh oleh ulama-ulama yang > bisa diperca Yang dan sadar akan tugas, kewajiban dan akan dirinya. > Lebih-lebih majlis yang di dalamnya sering diisi dengan peringatan- > peringatan dan penyucian jiwa. > > > Meminta maaf kepada orang yang disombongi dan dihinanya. > > > Menampakkan nikmat yang diberikan Allah kepada dirinya dan > menceritakannya kepada orang lain. > > > Selalu mengingat tolak ukur keutamaan dan kemajuan Islam. > > "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantaramu pada pandangan > Allah ialah orang yang paling bertakwa." > (Q. S. Al-Hujarat: 13) > > > Rajin melakukan ketaatan, karena dengan melakukan ketaatan semata- > mata mencari ridha Allah ini akan dapat membersihkan jiwa dari > kotoran-kotoran dan kehinaan-kehinaan, bahkan akan meningkat ke > derajat yang lebih tinggi. > > "Barang siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki maupun > perempuan sedang ia beriman maka benar-benar Kami akan memberinya > kehidupan yang baik..."(Q. S. An-Nahl: 97) > > > Melakukan instropeksi untuk mengetahui penyakit-penyakit hatinya > sampai dapat mengobatinya hingga kelak akan memperoleh kebahagiaan > dan keberuntungan. > > > Selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT karena Dia akan > menolong orang yang meminta pertolongna kepada-Nya dan akan > mengabulkan do'a orang-orang yang sungguh memohon kepada-Nya. > "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku- > perkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan > diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan > hina dina.'" > (Q. S. Al-Mu'min: 60) > > > Oleh : Imron Rosadi > Diadaptasi dari: Terapi Mental Aktifis Harakah, DR. Sayyid Muhammad Nuh > ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED] pada body : SUBSCRIBE HIZB) ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED] pada body: UNSUBSCRIBE HIZB) ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan ) ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net ) ( Bermasalah? Sila hubungi [EMAIL PROTECTED] ) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Pengirim: Syamsul b Kadiman <[EMAIL PROTECTED]>