Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-JEMMi -- Memperkenalkan Misi kepada Generasi Muda (II)
No. 10, Vol. 18, Oktober 2015


DARI REDAKSI: PEMUDA YANG BERMISI

Shalom,

Salah satu masalah besar yang timbul dalam pemberitaan Injil abad 21 adalah 
sedikitnya generasi muda yang terlibat dalam misi. Tidak heran, abad ini 
memiliki tantangan dan hambatan bagi para pemuda untuk bermisi. Artikel edisi 
kali ini membahas mengenai tantangan-tantangan tersebut. Bagaimana gereja dapat 
menghadapinya dan bisa mendorong pemuda untuk melaksanakan misi seperti yang 
Tuhan perintahkan? Kiranya edisi e-JEMMi ini menjadi berkat bagi kita semua. 
Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-JEMMi,
Ayub
< http://misi.sabda.org/ >


ARTIKEL: PEMUDA DAN TANTANGAN MISI

1 Korintus 9:16

"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk 
memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku 
tidak memberitakan Injil."

A. Pendahuluan

Abad 21 adalah abad ketika ilmu dan teknologi menjadi perhatian dan prioritas 
utama orang-orang postmodern. Teknologi yang semakin canggih membuat manusia, 
mulai dari anak kecil sampai orang muda, memberikan dirinya untuk dibentuk, 
dipengaruhi, dan dipersembahkan untuk mengikuti arus globalisasi. Kecanggihan 
ilmu dan teknologi secara sadar atau tidak sadar memengaruhi pola pikir iman 
Kristen kita. Sebagai contohnya, anak-anak TK pun sudah memakai gawai yang 
sangat canggih seperti iPad, atau iPhone 4s yang baru diluncurkan tahun lalu 
(yang terbaru adalah iPhone 6s - Red.), atau demam K-Pop (boys band/girls band) 
di kalangan anak muda sekarang ini. Kalau tidak mengikuti perkembangan zaman 
atau gawai seperti itu, mereka disebut ketinggalan zaman. Artikel berjudul 
"Pemuda dan Tantangan Misi" ini akan kita pelajari sebagai anak Tuhan/pemuda 
yang mau mengerti rencana Tuhan dalam anugerah keselamatan-Nya.

B. Isi

Misi adalah sebuah kata dari bahasa latin "missio" yang artinya utusan. Jadi, 
kata ini berbicara tentang mengutus/pengutusan atau yang diutus, misi adalah 
karya Allah atau tugas yang diberikan kepada siapa? Di dalam misi siapa yang 
diutus dan apa yang disampaikan?

Alkitab menjelaskan bahwa Allah mengutus nabi dalam Perjanjian Lama dan rasul 
dalam Perjanjian Baru untuk menyampaikan pesan yang Agung yang disampaikan 
kepada setiap orang untuk memperoleh anugerah Allah, yaitu karya Allah untuk 
menyelamatkan dunia dengan terpusat/fokus kepada Yesus Kristus. Jadi, misi 
identik dengan seseorang yang diutus untuk menyampaikan berita Injil.

Kalau kita perhatikan ayat ini, memberitakan Injil adalah keharusan dan 
kewajiban. Mengapa? Sebab, berita keselamatan bukan dimonopoli demi diri 
sendiri, tetapi dibagikan kepada orang lain. Apalagi kita yang mengaku Kristen 
dan murid-murid Kristus, kita seharusnya menjalankan amanat agung yang terdapat 
dalam Matius 28:19, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan 
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus."

Generasi ini adalah generasi yang bengkok hatinya, generasi yang tidak lagi 
mencari Tuhan, generasi yang tidak memedulikan Tuhan. "Masa bodoh terhadap 
Allah. Dia boleh ada, boleh tidak ada, tidak ada urusannya denganku," inilah 
yang secara sadar maupun tidak, sedang diserukan oleh zaman ini. Betapa 
menyedihkan! Tantangan zaman jelas semakin besar di depan mata kita, semakin 
besar jugakah api di dalam hati kita? Semakin besar jugakah semangat perjuangan 
kita sebagai anak Tuhan/pemuda?

Mungkin kita pernah mendengar, "Untuk apa membicarakan misi?" Ungkapan itu 
sepertinya arogan karena menganggap agama kita lebih baik dari yang lain. 
Biarlah orang mengikuti agama apa saja yang penting baik sehingga kita tidak 
perlu terlibat dalam misi. Misi sudah berakhir puluhan tahun yang lalu. Itu 
'kan berhubungan dengan kolonialisme, membuka hutan, melayani orang-orang 
pedalaman, "Tidak mungkin mengirim misionaris". Kebutuhan gereja sangat besar, 
seharusnya misionaris yang datang dan melayani pelayanan di sini bukan mengirim 
ke tempat lain, "Gereja 'kan sudah melakukan misi". Lihatlah, kami juga punya 
pos-pos dan membangun gereja baru. Mendengar komentar-komentar inilah membuat 
misi tidak dapat berjalan dan tidak relevansi sekarang ini. Sudah seharusnya 
sebagai pemuda, kita peka dan sadar menghadapi tantangan-tantangan misi yang 
membuat gagalnya pemberitaan Injil.

Mengapa tidak bermisi/memberitakan Injil? Ada beberapa hal orang tidak 
bermisi/memberitakan Injil:

1. Misi adalah tugas Pendeta/Penginjil.

Penginjilan selalu dikaitkan bahwa pendeta/penginjillah yang seharusnya 
mengabarkan Injil, bukan tugas pemuda/orang awam.

2. Allah telah menetapkan orang-orang pilihan-Nya untuk diselamatkan.

Jikalau Allah berdaulat untuk menetapkan orang untuk diselamatkan, buat apa 
memberitakan Injil. Oleh karena itu, tidak perlu lagi tanggung jawab orang 
Kristen untuk menginjil. Hal itu adalah pandangan yang keliru dan salah total! 
J.I. Packer dalam bukunya "Evangelism and the Sovereignty of GOD" mengatakan -- 
seharusnya orang yang mengerti tentang kedaulatan Allah yang benar, akan 
memberikan dorongan dalam dirinya untuk memberitakan Injil, bukan sebaliknya 
menghalangi niat memberitakan Injil. Allah berdaulat menetapkan umat 
pilihan-Nya dan pada saat yang sama Allah memerintahkan agar orang Kristen yang 
telah menerima anugerah Allah melalui karya keselamatan Tuhan Yesus harus 
memberitakan Injil.

3. Memberitakan Injil adalah pemaksaan/mengganggu privasi orang lain.

Sebuah survei yang dilakukan di Wheaton College, sebuah sekolah Kristen di 
Amerika, menunjukkan bahwa 60 persen dari responden mengatakan bahwa mereka 
tidak mau mengabarkan Injil secara verbal karena tidak ingin dianggap memaksa 
orang lain. Hal ini ditegaskan juga oleh temuan Barna yang kalau boleh dibilang 
mencengangkan adalah bahwa di tahun 2009 hanya 45% anak muda yang mengatakan 
mereka pernah menceritakan tentang iman mereka kepada orang lain dalam waktu 12 
bulan terakhir. Bandingkan dengan survei tahun 1997 di mana ada 63% yang 
menyatakan hal serupa. Dr. Duane Liftin, mantan presiden Wheaton College 
mengatakan bahwa telah terjadi perubahan filosofi dalam budaya kita. Saat ini, 
bagi banyak orang Kristen adalah kurang ramah kalau kita secara verbal 
menceritakan Injil kepada orang lain. Banyak orang hari ini yang akhirnya 
merasa lebih baik untuk menunjukkan saja Injil dalam tingkah laku kehidupan 
sehari-hari tanpa perlu memberitakannya.

4. Tidak merespons anugerah dan panggilan Tuhan.

David Brainerd adalah seorang misionaris Amerika yang memberitakan Injil kepada 
orang Indian Amerika. Rentang waktu hidupnya sangat singkat, hanya 29 tahun 5 
bulan dan 19 hari. Hanya 8 tahun dari kehidupannya yang dijalani sebagai orang 
percaya dan hanya 4 tahun sebagai seorang misionaris. Semasa hidupnya, ia 
bukanlah orang yang terkenal. David Brainerd telah menjadi sumber inspirasi dan 
kekuatan bagi banyak orang Kristen. Bahkan, secara khusus, 
misionaris-misionaris telah dipengaruhi oleh perjalanan iman seorang David 
Brainerd. Namun, pertanyaan yang sangat menarik tentang dirinya adalah 
bagaimana hidupnya yang pendek dan diwarnai oleh beragam kesulitan memiliki 
pengaruh yang begitu besar?

Menurut John Piper, jawabannya adalah karena kehidupan Brainerd merupakan 
sebuah kesaksian yang kuat dan gamblang tentang sebuah kebenaran bahwa Tuhan 
dapat memakai seorang yang lemah, sakit-sakitan, sering kecil hati, kesepian, 
dan penuh pergumulan, yang menangis di hadapan Tuhan siang dan malam untuk 
melakukan hal-hal yang menakjubkan demi kemuliaan nama Tuhan. Brainerd adalah 
seorang yang terus-menerus bergumul dalam kelemahannya. Brainerd adalah seorang 
yang terus-menerus bergumul tentang imannya. Bahkan, bagi kita yang mengaku 
diri sebagai orang beriman pun, Brainerd mungkin bukan ideal kita. Akan tetapi, 
realitasnya adalah Tuhan dapat memakai seorang yang "kecil" untuk menyatakan 
kebesaran-Nya.

Beberapa hal di atas inilah yang menjadi penyebab mengapa orang orang tidak 
bermisi, bagaimana jadinya kalau kita terpana dengan hambatan-hambatan ini, 
tidakkah kita memiliki kepekaan kasih bahwa masih banyak orang di dunia ini 
yang belum mendengar Injil dan memperoleh keselamatan! Kalau bukan kita, siapa 
lagi! Karena kita inilah penerus gereja yang memiliki semangat masih muda, 
semangat 'fighting spirit' (menantang zaman). Alkitab mengatakan dalam Roma 
10:14-15, "tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak 
percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka 
tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak 
ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika 
mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: 'Betapa indahnya kedatangan mereka 
yang membawa kabar baik!'"

Dengan bermisi, kita juga mentransformasi seluruh aspek kehidupan menuju hidup 
berkelimpahan di dalam Yesus Kristus. Pemuda sudah seharusnya memengaruhi dan 
mentransformasi zaman dalam segala bidang yang ada entah dia seorang 
pelajar/mahasiswa, pekerja, aktivis, politis, ekonom, hukum, scientis atau 
bidangnya masing-masing untuk dibawa ke dalam hidup seturut dengan kehendak 
Allah di dalam Yesus Kristus.

C. Kesimpulan

Dengan demikian, sebagai pemuda Kristus sudah menjadi keharusan bagi kita untuk 
bermisi. Mari kita semua bermisi, memberitakan Injil untuk kemuliaan Tuhan 
bukan untuk kemegahan diri sehingga kita mengerti maksud dan rencana Tuhan. 
Siapa di antara kita berkata dan berdoa, "Tuhan, ini aku, utus aku, jadikan aku 
alat-Mu untuk memberitakan Injil agar setiap orang mendengar Injil. Walaupun 
kesulitan, tantangan yang dihadapi, aku tetap setia menjalankan perintah-Mu." 
Orang-orang seperti inilah yang berkenan di hati Tuhan, memiliki hati yang peka 
terhadap sesama dan memiliki jiwa yang tulus bahwa keselamatan adalah anugerah 
Tuhan, yang bukan hanya dimonopoli atau dimiliki sendiri, tetapi juga harus 
dimiliki orang lain. Dengan demikian, sudah seharusnya pemberitaan Injil 
diberitakan kepada siapa saja. Kiranya ini menggugah dan menggerakkan hati kita 
untuk semakin giat bermisi dan mengabarkan Injil. Amin.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Sola Scriptura
Alamat URL: 
http://backtobible-reformed.blogspot.com/p/pemuda-dan-tantangan-misi.html
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 25 Juni 2015


PROFIL BANGSA: SUKU ALABA ETHIOPIA

Suku Alaba Ethiopia tinggal di tengah-tengah dataran tinggi Ethiopia, sekitar 
250 -- 300 km di barat daya Addis Ababa yang terhubung dengan jalan aspal 
Shashemane-Soddo. Tanahnya datar dan kering dengan tipe tumbuhan sabana. 
Jagung, tef (semacam gandum - Red.), dan lada merah adalah hasil panen utama 
yang dibudidayakan.

Sungai Bilate membatasi negara Alaba di sisi barat terhadap orang-orang 
Kambaata. Bahasa dari kedua kelompok ini berkaitan erat dengan bahasa dataran 
tinggi Cushitic timur. Suku Alaba telah berada di bawah pemerintahan Kambaata 
selama beberapa tahun meskipun pada saat itu Alaba adalah sebuah daerah 
kekuasaan khusus dengan sendirinya.

Terdapat banyak perbedaan antara daerah pusat, Kulito, dan daerah pedesaan yang 
sangat luas.
1. Kulito dengan 25.000 penduduk dan sebuah pasar besar yang ramai, memiliki 
perpaduan populasi yang minoritas berbicara bahasa Alaba. Di daerah pedesaan 
hanya bahasa Alaba yang digunakan.
2. Kulito memiliki beberapa gereja Protestan dan banyak populasi Ortodoks yang 
terlihat. Daerah pedesaan kebanyakan beragama M.
3. Di pedesaan, tingkat kemampuan membaca sangat rendah, sedangkan orang-orang 
di daerah Kulito kemampuan membacanya lebih baik. Orang-orang Alaba secara 
tradisional sangat percaya diri dan sangat kebal dengan pengaruh dari luar. Hal 
itu membuat mereka jauh dari perkembangan modern dan pendidikan. Sekarang, 
tampaknya hal tersebut akan berubah dan data statistik dari tahun 2002 -- 2003 
menunjukkan bahwa ada 36 sekolah di Alaba dengan 26.000 siswa.

Cara hidup suku Alaba sangat sederhana. Hampir semua rumah di daerah pedesaan 
berbentuk bulat, beratapkan jerami, terbuat dari kayu dan lumpur. Mereka tidak 
memiliki langit-langit dan memiliki lantai berlumpur. Ternak-ternak 
menghabiskan malam mereka bersama dengan para penduduk. Kebanyakan penduduk 
mengambil air minum mereka dari sungai dan kolam dengan membawanya dalam jarak 
yang jauh. Lebih dari setengah rumah-rumah di perkotaan tidak memiliki aliran 
listrik. Kayu bakar dan daun-daun pepohonan digunakan untuk memasak. Pemerintah 
Alaba menyatakan kebutuhan terbesar, yaitu sekolah dan klinik untuk desa-desa, 
dan sumur-sumur untuk desa-desa tanpa air minum. (t/Hossiana)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people_groups/10255/ET
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 25 Juni 2015


DOA MISI DUNIA

1. Kolombia

Berdoalah untuk Brother Carlos Aquilera yang memperjuangkan hak anak-anak 
Kristen suku asli di Kolombia dalam mengenyam pendidikan. Aksinya ini 
mengundang murka para pemimpin suku di Kolombia.

Pokok Doa:
- Berdoa untuk anak-anak Kristen suku asli Kolombia untuk bisa tetap mendapat 
pendidikan yang layak.
- Berdoa untuk Brother Carlos supaya Allah menyertainya dengan keberanian dan 
hikmat untuk memperjuangkan Kabar Baik di sana.

2. Mauritania

Di Mauritania, baru-baru ini dikeluarkan pernyataan keras mendukung pergerakan 
agama M.

Pokok Doa:
- Berdoa untuk situasi yang sedang dialami umat Kristen di Mauritania yang 
mengalami tekanan dan mungkin ancaman dari pihak luar.
- Berdoalah kiranya berita Injil segera diberitakan bagi orang-orang di 
Mauritania dan kiranya anugerah Allah menolong mereka.

3. Suriah

Saat ini, hampir seluruh wilayah di Suriah seperti kota-kota mati tak 
berpenghuni, dengan kondisi infrastruktur yang rusak parah, sementara serangan 
bom masih terdengar di mana-mana.

Pokok Doa:
- Berdoa untuk wilayah Suriah yang telah dikuasai oleh kelompok militan, yang 
dengan kejam membantai banyak orang di negara itu.
- Berdoa untuk pemulihan negara ini, kiranya belas kasih Allah berkenan 
memulihkan negara ini.


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Mei dan Ayub
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Kirim email ke