\o/ \o/~~~~~~~~(((( Hidup oleh Roh, Dipimpin oleh Roh, Gal.5:25 ))))~~~~~~~\o/ 
\o/

From: Dede Wijaya 

ALKITAB Mengandung Nilai Tak Terhingga 

Sir Walter Scott, pengarang ulung yang telah menulis lebih dari 60 buku 
popular, akhirnya menghadapi saat kematiannya. Sebelum menemui ajalnya, 
sementara berbaring di atas ranjangnya, Scott minta agar menantunya, Lockhart, 
mengambil "buku" dari perpustakaan nya yang besar. Ketika Lockhart secara 
spontan bertanya, "Buku yang mana, Sir Walter?" Scott menjawab, „Hanya ada satu 
buku," sambil menunjuk ke arah Alkitab. Dalam pembicaraannya yang terakhir, Sir 
Walter Scott, salah satu dari penulis-penulis terbesar pada zamannya, dengan 
jujur dan rendah hati mengaku nilai agung dari Kitab Suci yang jauh lebih 
tinggi daripada semua buku bermutu diperpustakaannya yang besar, termasuk 
hasil-hasil karyanya sendiri. 

Kejadian yang paling penting dalam sejarah manusia ialah kehidupan, kematian 
dan kebangkitan Tuhan Yesus dari antara orang mati. Fakta yang paling penting 
dalam kehidupan umat manusia adalah kenyataan tentang Tuhan dan pewahyuan 
ilahiNya kepada kita melalui Firman KudusNya. Keputusan paling penting dalam 
kehidupan setiap manusia adalah pilihan yang harus mereka buat berkenaan dengan 
iman pribadi mereka di dalam Yesus Kristus. Seorang tokoh ternama lainnya, 
Abraham Lincoln, sang penentang Perbudakan, menulis, „Saya percaya bahwa 
Alkitab adalah hadiah terbaik yang pernah Tuhan berikan kepada manusia. Semua 
kebaikan dari Juruselamat dunia dikomunikasikan kepada kita melalui buku itu." 

http://dedewijaya.blogspot.com
http://dedewijaya.blogs.friendster.com
===========================================================
From: Antonius Steven Un 

Harian SINDO Pagi Nasional, 01 Mei 2008 
KEHIDUPAN KRISTUS DAN WACANA KEPEMIMPINAN 
Antonius Steven Un  
 
            Kenaikan Yesus Kristus ke sorga dipahami sebagai momentum 
kemenangan kehidupan. Seruan “tetelestai” (sudah selesai) pada Jumat Agung di 
Golgota ialah pertanda tuntasnya karya Sang Tuhan dan Juruselamat itu. Momentum 
kebangkitan dan kenaikan-Nya melengkapi akhir hidup, bukan sekedar sebuah 
ending tetapi happy ending. 
            Selama periode kehidupan yang demikian dini, Yesus telah menorehkan 
sekelumit prestasi mengagumkan dan mewariskan sejumlah karakter revolusioner 
untuk diteladani. Dalam rangka komemorasi ini, mendesak dan signifikan 
merefleksi kan karakter-karakter agung tersebut, di tengah krisis, transisi dan 
transfigurasi kepemimpinan nasional yang tengah berlangsung ini. 
 
Pengingkaran Diri 
            Pertama, pengingkaran diri. Yesus telah mempertontonkan suatu 
disklaim terhadap harga diri, harta, hak, hikmat dan hidden agenda. Dalam 
inkarnasi-Nya, Sang Tuhan merupa dalam diri sang budak. Suatu kunjungan yang 
merendahkan, jauh dari hingar bingar selebrasi dan tanpa celebrity. Dalam 
kehidupan-Nya, Sang Khalik dan Si Empunya semesta, tak berbantal bagi 
kepala-Nya. Dalam kematian-Nya, tak beradil dan tak beradab. 
            Praktek kepemimpinan kontemporer beraroma antitesis, tanpa 
pengingkaran diri, sarat pengingkaran Tuhan dan rakyat. Politik menjadi 
panggung atheisme praktis dan dereligiositas, diskonektivitas antara konfesi 
(pengakuan) dan konduite (kelakuan). Pemimpin adalah kolektor simbol agama di 
satu sisi namun sekaligus simtom sosial di sisi lain. Tidak heran, Komisi 
Pemberantasan Korupsi menangkap tangan pemimpin korup penuh suap busuk, mulai 
dari oknum Komisi Pemilihan Umum (eksekutif), Kejaksaan Agung dan Komisi 
Yudisial (yudikatif) dan terakhir, Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif). 
            Pengingkaran terhadap rakyat terus terjadi akibat ditelorkannya 
kebijakan memiskinkan seperti kenaikan harga BBM yang tidak tepat nalar, 
kebijakan mercusuar seperti proyek-proyek triliunan rupiah yang tidak tepat 
guna, dan kebijakan setengah matang seperti bantuan langsung tunai yang tidak 
tepat sasaran. 
            Pengingkaran diri dalam praksis kepemimpinan adalah pengingkaran 
terhadap fasilitas dan tunjangan superlatif, sebaliknya menunjukkan ikhtiar 
kinerja maksimum bagi kepentingan rakyat. Setelan baju dinas jutaan rupiah dan 
kendaraan dinas miliaran rupiah adalah bentuk pengkhiatan terhadap karakter 
pengingkaran diri.   
 
Servant Leadership 
            Kedua, kepemimpinan hamba. Motif dari servant leadership adalah 
menjadi hamba, menjadi pelayan bagi semuanya. Teolog William Lane menyebutnya 
sebagai “vocation of the servant” (1974) yakni suatu model kepemimpinan yang 
menegaskan eksistensi diri “bukan untuk dilayani melainkan melayani” (Markus 
10:45).  Yesus bahkan mencuci kaki para murid-Nya sebagai simbol Ia melayani 
mereka. 
            Panggilan kepemimpinan hamba yang diwariskan Yesus, menandaskan 
suatu kriteria sempurna tak tergantikan, yakni kerelaan bermental babu, dan 
bukan prabu, guna menjadi abdi negara dan rakyat. Tanpa karakter demikian dalam 
diri para pemimpin kita, proses demokrasi prosedural yang berbiaya politik, 
sosial dan ekonomi demikian tinggi, hanya akan mendudukan seorang oportunis 
bermental bos. Pada gilirannya, orientasinya adalah menguras uang rakyat dan 
membonsai konstituen sekedar sebagai komoditas politik dan komersialisasi. 
 
Mengasihi Musuh 
            Ketiga, mengasihi musuh, apalagi sesama. Adagium ini dapat 
diimplikasikan secara luas, menerima orang yang berbeda, mengampuni orang yang 
berbuat jahat dan memaslahatkan orang yang membenci. Yesus menggenapi setiap 
implikasi agung ini. Menerima murid yang tak terpelajar dan miskin seperti 
Petrus dan Yohanes, mengampuni para pemaku diri-Nya seperti kepala prajurit 
senturion serta memaslahat kan pembenci-Nya seperti Rasul Paulus, yang berubah 
dari senang berbual menjadi suka ”berbuah” (menjadi berkah bagi sesama).     
Yesus tidak menghendaki manusia terjebak ke dalam logika balas dendam (the 
logic of retaliation) dan patron kesetanan (the pattern of evil) di mana 
kejahatan-lah yang menang dan memudarkan pengharapan bagi umat manusia. Yesus 
bukan hanya mengasihi musuh tetapi kemudian menelantarkan sesama-Nya. Logika 
either-or demikian dalam memahami perilaku Yesus, diganti dengan logika a 
fortiori. Musuh saja Ia cintai, apalagi sesamaNya. 
            Kemenangan mengejutkan pasangan underdog dalam Pilkada Jawa Barat 
dan Sumatera Utara menjadi ajang dan ruang bagi para pasangan “raksasa” untuk 
berikhtiar bukan saja menerima melainkan mengakui keunggulan, meruwat 
kepemimpinan pasangan definitif serta mengharapkan dan mengupayakan 
kemaslahatan lawan politik. Inilah ujian bagi kenegarawanan dan kematangan 
berpolitik elite. Selamat memperingati Hari Kenaikan Yesus Kristus. Tuhan 
memberkati. 
 
Antonius Steven Un, Rohaniawan, Peneliti pada Reformed Center for Religion and 
Society, Jakarta. 
==============================================
From: yunike andreas 

Obedience

Nothing between,like worldly pleasure;
Habits of life, though harmless they seem, Must not my heart from Him ever sever
He is my all! There's nothing between -Tindley

Obedience is another word for love and loyalty.

2 John 1:6
And this is love, that we walk after his commandments. This is the commandment, 
That, as ye have heard from the beginning, ye should walk in it.(KJV) 

In Him
Yunike Andreas

o)----------------------[ Hapus dan Edit Pesan yang tidak perlu 
]----------------------(o

Ganti Internet explorer anda dengan Firefox versi terbaru dengan keunggulan 
lebih cepat,
lebih aman, dan lebih menyenangkan, untuk download dan info, KLIK 
http://revival.or.id/firefox

o)---------------------------( Milis ini didukung oleh I-KAN 
)--------------------------(o

WebLink : http://rdsb.org ; http://dorcas-ministry.com ; 
http://beritasorgawi.com ; http://ob.or.id
http://revival.or.id ; http://video.revival.or.id ; 
http://shtarigan.revival.or.id

Berhenti dari Milis : [EMAIL PROTECTED] Langganan Milis : [EMAIL PROTECTED]
Administrasi & Teknis : [EMAIL PROTECTED]
petunjuk nomail,mail,digest,gantiemail : [EMAIL PROTECTED]
Untuk info lebih lanjut kunjungi web kami di http://revival.or.id


Kirim email ke