Re-send

Note: forwarded message attached.


Do you Yahoo!?
SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!
--- Begin Message ---
Mbak Wati, publikasi Scumacher dan Zibrowius (1985) itu, juga Fagerstrom (1987 : The Evolution of Reef Communities, John Willey and Sons, New York), sepertinya tidak konsisten. Scumacher bilang reef-building corals tidak selalu perlu symbiotic association dengan zooxanthellae, dan tidak semua zooxanthellate corals adalah reef-building. Dan kata Fagerstrom bahwa zooxanthellate corals tidak mesti terbatas di euphotic (< 100 m depth) apa benar ? Soalnya simbiose antara alga zooxanthellate dan koral itu terjadi secara mutualisma. Zooxanthellate pada koral memberi makanan, oksigen, dan berpengaruh pada pembentukan kerangka kapur. Koral pada zooxanthellate memberi living space, CO2, fosfat nitrogen. Fotosintesis diperlukan oleh zooxanthellate dalam membuat makanan. Jadi kalau dia ada di luar ephotic zone, apalagi sampai kedalaman 4000 m yang pasti gelap, bagaimana ya prosesnya ? Lagipula, publikasi lain menyebutkan bahwa di stressed environment seperti starvation dan darkness (deep water kan?), terjadi zooxanthellae expulsion : organisme ini keluar dari persimbiosisan dengan koral sehingga koral kehilangan jaringan endermisnya.  Kata publikasi yang banyak beredar di Indonesia : The Ecology of Indonesian Seas (Periplus, 2000), memang ada deep water reefs (>500 m depth), tetapi bukan dibangun oleh zooxanthellate corals, tetapi oleh azooxanthellate scleractinian corals. Hanya organisma ini ahermatypic (non reef-building). Jadi bagaimana bisa muncul build-up koral di laut dalam padahal ahermatypic. Kalau knoll reef atau pinnacle reef yang tumbuh di luar batas shelf edge (> 200 m depth) sudah termasuk deep-water reef belum ? Substrate pinnacle atau knoll reef juga pertamanya di luar euphotic kan, bagaimana mereka bisa survive ?
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

wati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear All,
Ekspedisi Porcupine, Challenger, Blake, Prince of Monaco pada abad lalu
telah menemukan Deep-sea corals, bahkan beberapa spesies baru hingga
kedalaman 4000 m. Dalam Coral Reefs (1985) 4:1-9, judul tulisan: What is
hermatypic? Schuhmacher (1985) mengusulkan terminologi atas peran
zooxanthellaea yang bersimbiose dalam alga dinoflagellata sebagai hermatypic
(pembentuk terumbu koral). Jenis alga ini ternyata mampu hidup bersama koral
hingga pada kedalaman 2000 m. Beberapa conto koral dan lokasi
keterdapatannya disertakan berikut umurnya. Silakan menyimak.
Salam,
Wati



----- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, June 11, 2003 11:28 AM
Subject: [iagi-net-l] Ditemukan Karang di Laut Dalam


Ditemukan Karang di Laut Dalam
Kompas, 11 Juni 2003

SEBAGAI negara kepulauan yang terletak di daerah tropis, Indonesia dikenal
sebagai salah satu kawasan dengan keanekaan karang tinggi. Ekosistem karang
yang mempunyai produktivitas tinggi ini tidak saja bernilai artistik yang
layak jual sehingga merupakan daerah kunjungan wisata yang diminati, tetapi
juga mempunyai fungsi-fungsi lain yang sangat penting. Misalnya, sebagai
tempat hidup, tempat berpijah, tempat mencari makan, maupun tempat
perlindungan berbagai macam organisme laut, serta sebagai pelindung pantai
dari gempuran gelombang.

MENURUT IUCN SSC Coral Reef Fish Specialist Group, 25 persen dari seluruh
jenis ikan yang hidup di laut ditemukan di ekosistem karang. Nilai ini
sangat besar mengingat bahwa secara keseluruhan ekosistem karang hanya
menempati sekitar satu persen dari seluruh luas laut di bumi. Karena itu,
sangat disayangkan bahwa saat ini hanya sekitar tujuh persen dari ekosistem
karang di Indonesia yang masih dalam kondisi bagus, yang lain sudah dalam
keadaan kurang baik atau rusak.

Koral atau hewan karang selama ini dipercaya hanya hidup dan ditemukan di
perairan laut dangkal, khususnya di wilayah bersuhu panas/tropis. Hal ini
dapat dimengerti karena di dalam jaringan lunak karang hermatipik hidup
berjuta-juta makhluk bersel tunggal yang disebut alga dinoflagelata atau
lebih dikenal dengan nama zooxanthellae.

Seperti umumnya alga, zooxanthellae melakukan proses fotosintesis, meskipun
hidup (bersimbiosis) dalam tubuh karang. Oleh karena itu, karang hermatipik
selalu hidup di wilayah perairan laut yang masih terjangkau sinar matahari
sebagai salah satu syarat agar proses fotosintesa dapat berlangsung.

Bagi karang, alga ini berperan sangat penting karena alga menyumbangkan
sebagian hasil fotosintesisnya kepada karang. Bagi karang sendiri sumbangan
hasil fotosintesis berfungsi sebagai salah satu sumber nutrisi penting.
Alga zooxanthellae selain bersimbiosis dengan karang, juga bersimbiosis
dengan beberapa hewan lain seperti kima (kerang raksasa), beberapa jenis
anemon laut, dan sebagainya.

BERLAWANAN dengan apa yang diyakini selama ini-bahwa karang hanya hidup di
perairan dangkal terutama di kawasan tropis-ternyata ditemukan karang yang
hidup di laut dalam dan bersuhu rendah. Seperti dilaporkan dalam majalah
Science (Volume 299), bahwa pada awalnya sekitar tahun 1980-an pernah
dilaporkan adanya karang yang hidup di laut bersuhu rendah di beberapa
wilayah di pantai Amerika dan Eropa. Namun, laporan tersebut kurang
mendapatkan respons dari masyarakat ilmiah. Baru pada satu dekade
berikutnya, ketika ilmuwan dari Norwegia melaporkan temuan berupa ekosistem
karang sepanjang 14 kilometer yang hidup di kedalaman 250 meter di sekitar
Sula Ridge, karang laut dalam mendapat perhatian.

Ekosistem karang yang sebagian besar karang keras ini termasuk dalam
kelompok Lophelia yang mereka yakini berumur ratusan tahun.

Hampir pada saat yang bersamaan, tim dari Eropa juga menemukan kebun karang
(coral garden) pada kedalaman 600 meter di pantai Irlandia, yang sebagian
besar juga dari jenis Lophelia. Selanjutnya peneliti dari Norwegia akhir
tahun lalu menemukan karang yang jauh lebih besar yakni sepanjang 35
kilometer, sedangkan rekan mereka di Kanada menemukan sekitar 100 kilometer
persegi di dasar laut, lepas pantai Nova Scotia.

Beberapa temuan ini telah memberikan semangat kepada para peneliti karang
lain. Seperti yang terjadi pada saat ini, para ilmuwan dari Amerika sedang
mencoba untuk mencari ekosistem karang yang dipercaya ada di daerah
Kepulauan Aleutian, Alaska.

Dilaporkan bahwa coral garden yang ditemukan tersebut juga mempunyai
keragaman sama dengan ekosistem koral di daerah tropis, baik bentuk, warna
maupun tekstur yang sangat bervariasi.

Perbedaan yang mencolok adalah karang laut dalam mampu hidup hingga
kedalaman 2.000 meter dengan suhu yang sangat dingin yakni hingga 4°C. Di
samping itu, karena tidak tersedia sinar matahari maka tidak ditemukan
zooxanthellae yang bersimbiosis dalam tubuh koral tersebut.

Sumber energinya diduga diperoleh dari bahan-bahan yang terbawa arus atau
plankton-plankton mati yang tenggelam. Namun, disadari bahwa banyak hal
yang belum diketahui termasuk bagaimana koral ini bereproduksi ataupun
bagaimana mereka berinteraksi dengan hewan dasar laut dalam yang lain.

AWAL tahun ini beberapa ilmuwan dari Eropa, Amerika, dan Kanada bersepakat
untuk berkolaborasi dalam penelitian lebih lanjut mengenai karang laut
dalam yang masih menjadi misteri ini. Tujuan utama mereka adalah untuk
mengetahui bagaimana sifat-sifat biologis dari koral ini, distribusi serta
ekologinya. Mereka juga sepakat untuk melakukan berbagai usaha agar karang
yang dipercaya berumur sangat tua ini tidak rusak sebagaimana halnya
terumbu karang yang hidup di daerah tropis.

Para ilmuwan juga berharap bahwa karang laut dalam ini akan membantu
menguak misteri lain, yakni kondisi laut di masa lalu. Hal ini dapat
dilakukan karena karang yang mereka temukan banyak yang berukuran besar,
padahal mereka yakin bahwa mereka mempunyai laju pertumbuhan sangat lambat.

Pada tanggal 9-12 September 2003 mendatang sebuah simposium yang khusus
mendiskusikan tentang karang laut dalam yakni "The 2nd International
Symposium on Deep Sea Coral" akan diadakan di Erlangen, Jerman. Anda yang
berminat bisa menengoknya di http://www.cool-corals.de.

Bagi para peneliti karang di Indonesia penemuan ini tentu saja merupakan
berita yang sangat menggembirakan dan merupakan lahan baru yang masih
terbuka untuk penelitian.

Namun, perlu selalu diingat bahwa sebagian dari karang yang dimiliki
Indonesia juga masih menjadi misteri, termasuk bagaimana memanfaatkannya
secara optimal dan berkesinambungan. Ke depan, pekerjaan rumah yang penting
dikerjakan adalah menjaga terumbu karang ini dari kerusakan yang sekarang
masih terus terjadi pada terumbu karang laut dangkal, bahkan hingga hari
ini.

Ambariyanto PhD Dosen dan peneliti di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro




----------------------------------------------------------------------------
----------------------

Confidentiality Notice : This e-mail and any attachments are
confidential to the addressee and may also be privileged. If you are
not the addressee of this e-mail, you may not copy, forward, disclose or
otherwise use it in any way whatsoever. If you have received this e-mail by
mistake, please e-mail the sender by replying to this message, and
delete the original and any print out thereof.



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------


Do you Yahoo!?
Free online calendar with sync to Outlook(TM).
--- End Message ---
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke