Pak Sardjono,
 
Terima kasih banyak atas kiriman data peta gravity kompilasi Bouguer dan free-air nya. 
Sangat menarik. Ulasan Pak Sardjono saya forward ke IAGI net juga mengikuti saran Pak 
Ukat Sukanta agar rekan2 geologist/geophysicist lain khususnya yang bermain di deep 
water Kutei/North Makassar Basin mendapat input dan siapa tahu akan ada feed-back. 
Benar data seismik dan sumur untuk constraint ketebalan sedimen ada di rekan2 tersebut 
(khususnya Unocal Rapak, Unocal Ganal, Unocal Makassar Strait, Total Donggala, 
Zodan-Zodavi Papalang-Popodi). Tetapi dari section crustal structure yang Pak Sardjono 
berikan saya berkesimpulan bahwa North Makassar basement pun masih attenuated 
continental crust, belum oceanic crust seperti yang dibilang Steve Moss et al. di 
Konvensi AAPG Bali 2000 juga. 
 
Seperti yang Pak Sardjono bilang, kalau ketebalan sedimen bisa sampai 15 km, maka agar 
gravity isostasy tercapai maka kerak benua harus sangat tipis dan Moho discontinuity 
akan membubung, apakah ini akan mengindikasi oceanic-crust muncul ? Model yang dibuat 
Pak Sardjono tentu akan sangat bergantung kepada masukan data ketebalan sedimen. 
Setahu saya, dari proposal2 sumur yang diajukan ke BP Migas, umur sedimen paling tua 
yang diplot di TD sumur adalah bagian atas Miosen Tengah dan itu sekitar kedalaman 
15.000 ft (sekitar 5000 m, termasuk kedalaman laut). Sekuen sedimen Paleogen tidak 
pernah tercapai, artinya data masukkan sedimen bisa lebih tebal dari 5000 meter.
 
Pak Sardjono, kalau dikaitkan ke vertical conduit yang terbentuk pada saat pembalikan 
polaritas tektonik (inversion atau reversal), dan agar skenario pembentukan 
hidrokarbon abiogenik (anorganik) terbentuk, maka harus ada sekuen karbonat tebal. 
Saya pikir, sekuen ini ada di sekitar Makassar Strait, berasal dari perubahan fasies 
Tanjung-Berai- di Barito ke Tonasa carbonates di Sulawesi Selatan. Hanya ini terjadi 
di South Makassar Basin dan rasanya tidak ada sekuen karbonat Paleogen di North 
Makassar Basin. Kalau skenario hidrokarbon anorganik Fischer-Tropsch terbentuk di 
sini, dengan aliran serpentinit yang kontinyu dari Moho discontinuity, tentu daerah 
Paternoster dan sekitarnya (di utara Sebuku) menjadi sangat menarik sebagai tempat 
akumulasi hidrokarbon asal thermal degassing dari mantle pada serpentinized Paleogen 
carbonates.
 
Point lain peta gravity Pak Sardjono ini adalah mengkonfirmasi  terrane evolution yang 
ditulis oleh Metcalfe (1996) bahwa Paternoster dan Mangkalihata adalah mikro-kontinen 
dan keberadaan Sesar Paternoster/Adang yang bisa jadi menerus ke Walanae Fault di 
South Sulawesi.
 
Secara keseluruhan, saya merasa ini data penting untuk evolusi tektonik SE Sundaland 
yang dicirikan oleh sejarah terrane accretion and dispersal. 
 
Itu dulu, terima kasih.
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas 

Sardjono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Yth. Pak Awang,
 
Bersama ini saya attached peta gayaberat dan satu lintasan analisis struktur kerak 
mulai dari pinggiran timur Kutei Basin ke arah North Makassar Basin. Analisis model 
menggunakan data gayaberat (Bouguer onshore dan free-air offshore) dengan constraint 
bathymetri dan ketebalan sedimen dari penafsiran seismik (published materials) pada 
skala regional.
 
Peta Gayaberat dan Struktur Kerak Sepanjang Lintasan L1.
Anomali meninggi mencapai +80 mGal dijumpai di Delta Mahakam dan lebih dari +60 mGal 
di North Makassar Basin. Di Delta Mahakam, pada ketebalan sedimen yang mencapai 9000 
m, kerak berafinitas benua (rapatmasa 2.67 g/cm3) harus menipis hingga 8 atau 6 km 
agar constraint gravity dipenuhi. Pada geometri kolom kerak seperti itu (sediment 9 km 
dan kerak benua sekitar 7 km), Moho interface harus berada pada kedalaman sekitar 16 
km = ( 9 km sed + 7 km attenuated crust) di bawah muka laut. Di North Makassar Basin, 
pada kedalaman laut sekitar 2000 m dan sedimen dengan ketebalan sekitar 4000 m, kerak 
benua harus menipis hingga 7 bahkan 6 km, membuat Moho interface terletak pada 
kedalaman sekitar 12 km di bawah muka laut. Kedua tinggian anomali gayaberat tersebut 
dipisahkan oleh gravity valley mencapai serendah -5 hingga -10 mGal. Pada penampang 
model kerak L1 terlihat fault traces yang bisa ditarik dari kedalaman sekitar Moho 
interface hingga permukaan dasar laut atau permukaan / dekat
 permukaan di daratan (?). 
 
Sebagai catatan, ketebalan sedimen dikedua cekungan (Kutei dan NMB) nyatanya mungkin 
bisa lebih tebal, karena data yang saya pakai untuk analisis bersifat regional dan 
itupun published materials yang mungkin kurang akurat. Saya pernah "melihat" seismic 
section di NMB yang menunjukkan bahwa sedimentary sequence di situ mencapai ketebalan 
15 000 m (lima belas ribu meter). Namun saya tidak punya akses untuk informasi 
industri seperti itu. Jadi, kalau memang benar bahwa ketebalan sedimen di NMB 15 000 
m, maka kerak harus lebih tipis lagi dan konsekwensinya Moho interface harus lebih 
tinggi lagi (seberapa tipis sedimen dan seberapa tinggi Moho, belum saya lakukan 
analisis untuk itu, karena unavailability of data and information, utamanya seismik 
dan bor eksplorasi, kalau ada).
 
Overall, sepanjang lintasan analisis L1, kerak benua menipis dan menunjukkan buckle-up 
geometry, sedimen tebal hingga cukup tebal dan menipis ke arah tenggara (dengan data 
yang ada), namun kerak kembali menebal di bagian tenggara lintasan analisis L1 (bagian 
utara Sulawesi Tengah). Secara umum Moho interface meninggi dibandingkan terhadap 
posisi normalnya (30 - 35 km di bawah muka laut). High kick pada anomali magnetik 
ditafsirkan sebagai berasal dari transformasi fasa mineralisasi di sekitar Moho 
interface (peta magnet tidak disertakan, penampang magnet didijit dari peta 
kompilasinya CCOP 1996)
 
Implikasi penipisan kerak dan meningginya Moho promote thermal maturation pada 
cekungan tersebut (ditinjau dari proses biogenic). Menipisnya kerak pada setting 
transtensional pada mulanya, yang kemudian terjadi pembalikan polaritas tektonik 
hingga present day, memungkinkan pula terjadinya fragmentasi pada bongkah kerak 
sehingga terbentuklah crustal conduits yang berpeluang untuk berlangsungnya upward 
flow dari hidrokarbon yang berasal dari deeper sources (proses abiogenic). Geometry 
upthrust oleh inversi tektonik memungkinkan pula terjadinya serpentinisasi peridotit 
pada kedalaman sekitar2 Moho interface atau degassing carbonate rocks pada kedalaman 
yang lebih dangkal (saya baca tulisan Pak Awang di Majalah IAGI terakhir, menarik 
sekali). 
 
Demikian dulu Pak Awang, kurang dan lebihnya, mohon kritiki, terima kasih.
 
 
salam
Sardjono
Puslitbang Geologi, Bandung.
 
Berikut juga saya sertakan Abstract Poster Presentation pada AAPG Bali 2000.
 
----- Original Message ----- 
From: Awang Satyana 
To: Sardjono ; [EMAIL PROTECTED] 
Cc: bambang_dwiyanto ; [EMAIL PROTECTED] ; Bhakti H. Harahap ; [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 28, 2003 7:34 AM
Subject: Re: Transisi Lower Kutei ke North Makassar Basins


Terima kasih Pak Sardjono dan Pak Ukat, semoga dari data gayaberat dan modeling 
crustal structure-nya menjadi jelas tentang status kedua basin ini. Saya tunggu 
kirimannya.
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

Sardjono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Ukat,
 
saya ada peta gravity dan analisis model struktur kerak dengan lintasan mulai dari 
pinggiran timur Kutei Basin ke arah North Makassar Basin, file demo sedang saya 
siapkan, barangkali dapat membantu dalam menjawab pertanyaan tersebut di atas, takes 
little bit time, barangkali Pak Awang bisa tunggu for a while.
 
salam
sardjono
 
nb. attachment sedang disiapkan mudah2an pagi besok atau earlier bisa send ke Mas Ukat 
dan di-Cc utk Pak Awang. Thanks for enquiring...
 
 
 


---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

> ATTACHMENT part 2 application/msword name=ABSTRACT POSTER PRESENTATION AAPG 
> 2000-1A.doc


> ATTACHMENT part 3 application/vnd.ms-powerpoint name=KUTEI-NM-Basins1.ppt


---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Kirim email ke