Kembali ke mantel Bumi. Katanya, kita tahu lebih banyak tentang extraterrestrial 
dibanding dengan sedikit saja beberapa km di bawah kerak Bumi. Kita punya peta bintang 
yang jauhnya jutaan tahun cahaya yang sangat akurat . Sedikit saja ke bawah kerak 
Bumi, wah, kita masih meraba-raba, apalagi jauh masuk ke astenosfer, upper mantle, 
lower mantle, outer core dan inner core. Ternyata kita belum mengerti banyak isi Bumi 
ya...Dan rasanya kondisi seperti ini akan berlangsung lama sebab ahlinya pun sedikit 
saja di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Padahal, dinamika core dan mantel-lah 
yang membuat dinamika di permukaan. Apa boleh buat, yang namanya di balik layar memang 
selalu sepi dari perhatian.
 
Sebuah majalah bagus yang terkenal "National Geography" edisi Januari 1996 baru saya 
peroleh dari pedagang buku bekas di sekitar Kwitang. Dibuka2, wah ada keterangan 
tentang "superplume", lumayan, lengkap dengan gambar2 khas National Geography yang 
"breath-taking". Sebuah pernyataan di artikel itu menggelitik pikiran saya. 
Pemetaan/modelling plume dynamics menyimpulkan bahwa 65 juta tahun yang sebuah hot 
plume naik dari mantel dan mencapai permukaan. 65 Ma adalah K-T boundary yang terkenal 
buat punahnya dinosaurus. Ada hubungan dengan gerak superplume ? Mungkin saja. 
Upwelling plume itu bikin celah2 di kerak dan di situ gnapi2 muncul dalam jumlah 
besar. Erupsi serentak dalam skala besar menghalangi sinar matahari dan mendinginkan 
iklim, lalu punahlah dinosaurus yang poikilotermis itu (walau sebagian orang bilang 
dinosaurus berdarah panas sebab ia bukan reptil tapi burung).
 
One more connection. Saya jadi ingat evolusi hominid yang tulang-belulangnya banyak 
ditemukan di lembah2 sepanjang East African Rift System. Di situ kontinen retak karena 
ada upwelling plume. Apa hubungannya dengan konsentrasi hominid ada di situ. Apakah 
suasana panas membuat prolific condition for the emergence of man saat zaman glasiasi 
Plio-Pleistosen ?
 
Lalu saya ingat juga ke sebuah buku berjudul "Life on the Edge" yang bilang bahwa 
bakteri pembawa kehidupan pertama kali ditemukan di air panas di sepanjang MOR seperti 
di tengah Atlantic Ocean berupa thermophil organisms, nah, di sini pun ada hot 
upwelling superplume.
 
Masih benang ruwet koneksinya, tetapi siapa tahu memang ada hubungan antara awal dan 
akhir kehidupan dengan dinamika mantel dan core. Sungguh masih tugas panjang buat para 
ahli mantel dan core.
 
Salam,
Awang - BP Migas
(sekedar cerita dibuang sayang, lebih baik dibagikan)


---------------------------------
Do you Yahoo!?
The New Yahoo! Shopping - with improved product search

Kirim email ke