Senin, 29 Maret 2004 - 12:53 WIB
(SERI INFO TENTANG PERKEMBANGAN INDUSTRI MIGAS PADA
BEBERAPA NEGARA PRODUSEN UTAMA DUNIA)
PERKEMBANGAN INDUSTRI MIGAS DI ARAB SAUDI

Arab Saudi memiliki cadangan minyak bumi terbesar di
dunia dengan jumlah cadangan terbukti 264,2 milyar
barel (lebih dari seperempat cadangan minyak dunia)
dengan kapasitas produksi sebesar 10-10,5 juta bph.
Produksi tersebut sebagian besar dihasilkan dari 8
lapangan produksi termasuk dari lapangan produksi
onshore Ghawar (terbesar di dunia dengan cadangan
diperkirakan sebesar 70 miliar barel) dan Safanya yang
merupakan lapangan minyak lepas pantai terbesar dengan
cadangan diperkirakan sebesar 19 miliar barel.

Industri perminyakan Arab Saudi mengalami pasang surut
dimana pada tahun 1980 produksi mencapai lebih dari 10
juta bph dan kemudian turun hingga di bawah 4 juta bph
pada tahun 1984 dan naik secara signifikan mencapai 9
juta bph pada tahun 1992. Tingkat produksi stabilk
pada besaran tersebut sampai tahun 2002, dan pada
akhir 2003 yang lalu produksi kembali mencapai 10 juta
bph dimana hampir seluruh kapasitas produksi
digunakan.

Arab Saudi memproduksi berbagai jenis minyak mentah
mulai dari jenis heavy sampai super light dimana
65%-70% dari kapasitas produksi tersebut menghasilkan
minyak jenis light gravity.

Arab Saudi merupakan eksportir minyak utama untuk
Amerika, Eropa, dan Jepang. sementara 40% pasar Asia
juga diisi oleh minyak dari Arab Saudi. Pada tahun
2003 ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika sebesar 1,8
juta bph yang sebagian besar adalah crude oil yang
mencapai 19% dari total impor crude oil AS (naik
dibandingkan tahun 2002 yang sebesar 16,8%).
Peningkatan ekspor ini untuk menutupi suplai dari
Venezuela, Irak, dan Nigeria yang sedang menghadapi
masalah di dalam negeri.

Pada tahun 1999, Arab Saudi menyampaikan kebijakan
pengembangan industri perminyakan yang berdasarkan
empat faktor yaitu; jumlah cadangan minyak yang besar
dan biaya produksi yang rendah (US$ 1- 2 per barel);
memelihara kapasitas produksi cadangan; keterkaitan
yang kuat antara perkonomian nasional dengan industri
perminyakan; dan stabilitas politik dan ekonomi.

Pada tahun 2000 Arab Saudi menerbitkan UU untuk
menarik lebih banyak investasi asing di sektor energi
yang memberikan izin bagi kepemilikan asing secara
penuh atas proyek dan property , mereduksi pajak atas
keuntungan perusahaan dari 45% menjadi 30%, dan
membentuk one stop shop GIA (General Investment
Authority) untuk memfasilitasi para investor di bidang
perminyakan. Disamping itu, juga akan dilakukan
privatisasi atas beberapa unit usaha yang selama ini
dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan milik pemerintah
Arab Saudi.

Sebagaimana halnya dengan negara-negara produsen
minyak lainnya, maka perekonomian Arab Saudi sangat
tergantung kepada hasil dari ekspor minyaknya (90%-95%
dari total ekspor) yang memberikan kontribusi 70%-80%
dari penerimaan negara dan sekitar 40% dari GDP.
Naiknya harga minyak selama tahun 2003 yang lalu dan
terjadinya berbagai permasalahan dalam negeri pada
beberapa negara produsenu utama yang berakibat kepada
terhentinya pasokan memberikan keuntungan yang sangat
besar bagi arab Saudi dengan memanfaatkan kapasitas
produksinya yang ada untuk menaikkan produksi yang
diperkirakan menaikkan GDP sebesar 4,6%. Dan surplus
anggaran sebesar US$ 13,6 milyar. Namun pertumbuhan
ekonomi tersebut masih dibayang-bayangi oleh tingginya
tingkat pengangguran yang mencapai 15%-20% yang antara
lain disebabkan oleh tingginya pertumbuhan populasi
(lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun1980).

Transportasi minyak dari kilang utama Abqaiq (yang
memproses dua pertiga dari minyak yang diproduksi)
menuju pasar ekspor dilakukan melalui Teluk Persia
dari beberapa terminal yang ada dengan total kapasitas
handling sebesar 14 juta bph (lebih besar dari
kapasitas produksi). Disamping transportasi
menggunakan tanker, juga digunakan jalur transportasi
pipa Petroline yang utamanya membawa minyak jenis
Arabian Light dan Super Light dari kilang menuju
propinsi di bagian Barat dan Red Sea terminal untuk
pasar Eropa dengan kapasitas angkut sebesar 5 juta
bph. Industri perminyakan Arab Saudi didukung oleh 8
unit pengilangan minyak dengan kapasitas mendekati 2
juta bph.

Disamping minyak, Arab Saudi juga memiliki cadangan
gas yang besar, diperkirakan berjumlah 224,7 Tcf (ke
empat terbesar di dunia setelah Rusia, Iran, dan
Qatar). Kebijakan pemanfaatan energi untuk memenuhi
konsumsi dalam negeri yang terus naik menempatkan gas
sebagai sumber energi utama menggantikan minyak
terutama untuk pembangkit listrik, petro kimia, dan
desalinasi. Dan pada tahun 2003, pemerintah Arab Saudi
menawarkan pengembangan 3 lapangan gas kepada lebih
dari 40 perusahaan.

Sejalan dengan peningkatan populasi, peningkatan
konsumsi listrik naik sekitar 4,5% per tahun, dan
untuk mendukung pengembangan industri
ketenagalistrikan telah dibentuk ERA (Electricity
Regulatory Authority) sebagai bagian dari
restrukturisasi sector ketenagalistrikan.




Kirim email ke