Mumpung lagi ada acara TV dan diskusi tentang fosil fauna vertebrata, sebenarnya 
pembagian biostratigrafi fauna ini "in problem".  Standard biostratigraphy fauna 
vertebrata Plio-Pleistosen Jawa antara punya von Koenigswald (1934, 1935) di satu kubu 
dan Vos et al. (1982) dan Sondaar (1984) di kubu lain mungkin perlu dilihat lagi, 
apalagi kini semakin banyak situs penenemuan fosil tersebut di Jawa Barat sebab skala 
biostrat yang ada itu (von Koenigswald, Vos et al., Sondaar) terutama dibangun dari 
situs fosil di sekitar Sangiran.
 
Kalau saya ikuti tulisan2 sampai akhir 1990an tentang vertebrata fauna Jawa berumur 
Plio-Pleistosen, nampak sekali bahwa ada yang memihak skala biostrat Koenigswald, ada 
juga yang Vos et al., atau Sondaar. Bisakah penemuan fosil yang semakin banyak dengan 
cakupan wilayah yang semakin meluas memutuskan skala mana yang benar ? Sebab, 
kelihatannya usaha radiometric dating atas ini pun tetap belum memutuskan dengan 
tegas. 
 
Tahun 1930, G.H.R. von Koenigswald datang ke Indonesia sebagai vertebrate 
paleontologist dengan tugas khusus membuat pembagian biostrat fauna Pliosen-Pleistosen 
Jawa berdasarkan fosil2 yang ditemukan dan fosil2 yang belum ditemukan. Empat tahun 
penelitian, maka pada tahun 1934 keluarlah skala biostratnya dengan nama zone fauna 
dan index fosilnya, dari tua ke muda zone fauna tsb. : Cisande, Cijulang, Kali Glagah, 
Jetis, Trinil, Ngandong, Sampung. Ini kira2 di sekitar Pliosen dan Plistosen. Kalau 
paleontologist menemukan fosil, maka akan disebut apa umurnya, Zone Trinil misalnya, 
demikianlah mereka berkomunikasi. Pembagian ini bertahan sekitar 40-50 tahun sampai 
ada yang mengritiknya.
 
Pembagian Koenigswald mulai diragukan, a.l. : (1) satu nama zone yaitu nama geografis 
sebenarnya terbentuk dari sekian banyak fosil yang ditemukan dari berbagai tempat yang 
posisi stratigrfisnya tidak diketahui dengan pasti dan apakah saling berkorelatif, (2) 
 fosil2 index zone fauna salah diidentifikasi, mis Koenigswald menyebut geraham Cervus 
(Axis) lydekkeri (rusa) untuk zone Ci Sande, setelah dire-interpretasi ternyata itu 
geraham tak lengkap milik Rhinoceros sondaicus (badak Jawa), dsb. 
 
Maka, re-interpretasi atas fosil2 index yang dulu dipakai Koenigswald untuk menysun 
biostrat-nya dimulai (Vos et al. 1982) atas koleksi fosil Koenigswald di Leiden Museum 
of Natural History dan P3G dan cek lapangan. Maka tahun 1984 keluarlah revised 
biostratigraphy itu (de Vos et al., 1982, de Vos, 1983, Sondaar, 1984) dengan 
zone-zone fauna sbb. : Satir (1.5 Ma), Cisaat (1.2 Ma), Trinil (1.0 Ma), Kedung Brubus 
(0.8 Ma), Ngandong, Punung (late Pliocene), Wajak (Holocene).
 
Fauna Kedung Brubus Vos dan Sondaar ekivalen dengan fauna Jetis Koenigswald. 
Implikasinya, maka Trinil Koenigswald dan Trinil Vos & Sondaar berbeda umur. Itu salah 
satu contoh "kebingungan" (atau kelirumologi he2..) dua skala tsb. Tambah 
membingungkan kalau di tulisan tak disebutkan ini pembagian menurut siapa. Dan, yaitu 
tadi, ada yang memihak yang klasik (Koenigswald), ada juga yang revised (coba deh 
buka2 paper/buku paleontologi kalau sempat). 
 
Nah, dengan semakin banyaknya daerah penemuan fosil vertebrata Plio-Pleistosen di 
Jawa, semoga segera bisa diputuskan mana yang mau dipakai. Saya pikir ini tantangan 
buat para vertebrate paleontologist. Ayo Pak/Bu... (maksudnya Pak Zaim dan teman2 
paleontologist di universitas2 dan lembaga2 penelitian)...
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail is new and improved - Check it out!

Kirim email ke