Sekedar menduga-duga, kalau harga bbm mengikuti harga pasar, kemudian banyak pemain asing yang masuk, maka pemerintah tidak perlu lagi mensubsidi melalui Pertamina. Pertamina mesti disapih untuk bersaing dengan kompetitor asing. Pada awalnya Pertamina diuntungkan dengan jaringan distibusi SPBU yang tersebar luas di seluruh pelosok. Di kota-kota besar barangkali Pertamina tergusur, di pinggiran atau di luar Jawa Pertamina mungkin bisa bertahan atau bahkan berkibar. Resikonya, di pelosok bbm bisa lebih tinggi dari harga di kota-kota besar. Ini bisa dijadikan sumber keuntungan Pertamina untuk menutupi kekalahan persaingan di kota besar. Ujung-ujungnya udah dapat diduga, yaitu kenaikan harga bbm di mana-mana. Di negeri kita ini, privatisasi sama artinya dengan menaikkan harga. Tidak ada privatisasi yang menjadikan lebih murah. Untuk menjaga persaingan yang sehat dan melindungi dari persekongkolan jahat di dalam menentukan harga, barangkali pemerintah masih perlu menerapkan tarif dasar. Kalau masih juga tidak terkontrol, barangkali pemerintah masih harus menerapkan subsidi lagi untuk mengontrol harga, tapi tidak harus Pertamina, melainkan siapa saja yang bisa menjual minyak ke pemerintah dengan harga yang paling murah, untuk dijual ke pasar dengan harga khusus (dengan catatan: kalau pemerintah mau/mampu). BPJ
"O.K Taufik" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau semua pemain akan memasarkan BBM di Indonesia bagaimana harga minyak itu ditentukan?, akan dijual dengan harga dollar atau rupiah?. Bagaimana juga Pertamina sebagai pedagang akan mematok minyak mereka, karena selama ini masih membeli crude oil dari pasar bebas, pasti mereka akan kelimpungan, karena mengikuti harga minyak di pasar bebas dan menyesuaikan gonjang-ganjing rupiah terhadap dollar, dengan 800ribu barrel kekurangan pasokan konsumsi BBM dalam negeri yg diekspor apakah Pertamina akan melepas pangsa pasarnya tersebut dan diambil oleh Perusahaan lain?. Kalau begitu Pertamina hanya akan menjual dari jatah hasil crude oil dalam negeri yg hanya 600ribu barrel, apakah mereka akan tetap mematok harga crude oil ini berdasar harga patokan dunia? Atau supaya bersaing Pertamina mematok sendiri harganya..sehingga mempengaruhi harga BBM produk mereka lainnya?. Atau juga masihkah pemerintah menentukan harga minyak Pertamina? Sementara keperusahaan asing mereka tak punya wewenang untuk melakukannya. Hal lainnya, masihkah berharap ada persaingan harga BBM yg murah?...fakta-fakta yg ada, kalangan Industri akan diijinkan kementrian ESDM untuk membeli solar dari LN (harga solar dalam negeri 50 sen, Cina 30 sen, Thailand 45 sen). Dengan kenaikan BBM terbaru yg hampir 120%, apakah ini bukan akal-akalan pemerintah untuk menarik dana masyarakat untuk tambal sulam anggaran mereka? -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, October 03, 2005 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Bagaimana mematok harga minyak? Was:Re: [iagi-net-l] Kemiskinan Turun 14 % saya dapet juga info dari antah-berantah.. sebentar lagi Shell, Total, Exxon, de el el,..sudah bisa buka pom bensin sendiri. harganya kan sudah harga pasar, 1000 perak perliter,mungkin bisa dikear dengan 'efisiensi perusahaan asing tersebut. Bagaimana efisiensi di pertamina? Sudah siapkah bersaing, dengan raksasa-raksasa perminyakan? Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id --------------------------------- Yahoo! for Good Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.