Wah pas sekali daerahnya nih, kebetulan sampelnya ada
yang bagus. Masalah oleanana kan asalnya dari tumbuhan
angiospermae, sy dapat klasifikasi BP Research (1991)
untuk kelas E (gymnosperm dominated, yang kriterianya
sangat sulit dibedakan dengan kelas D, karena sangat
mirip sekali. Bagaimana cara membedakannya? Saya
pernah denger kalau kelimpahan ol di marin coba dicek
di aromatnya. Kira2 pakai fragmentogram apa? dan apa
mesti dicek. Bagaimana penjelasannya ol yang muncul di
laut dalam?

salam,
lambok

--- Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Lambok,
>    
>   Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk
> jadi model adalah South Sumatra Basin) memang
> menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di
> sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full
> non-marin. Mengapa, padahal oleanane adalah asal
> higher land plants yang angiospermae khususnya di
> delta top environment, kok malah banyak ke
> lingkungan marin ? Penyebabnya adalah bahwa
> kelimpahannya sangat sensitif terhadap kondisi2
> paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama
> sangat dipengaruhi oleh degree of marine influence.
> Lingkungan oksidaksi dan reduksi juga akan
> mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa
> lingkungan daratan lebih teroksidasi, pengawetannya
> lebih buruk). Coba cek : Murray et al. (1997) :
> Oleananes in oils and sediments : evidence of marine
> influence during early diagenesis ? - Geochim
> Cosmochim Acta. Dengan demikian, menggunakan
> sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita
> bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya
> oleanane atau tidak; subm
>  erged
>  delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan
> yang tidak pernah tenggelam.
>    
>   Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis
> oleanane yang justru kebalikannya, yaitu kaya ke
> arah daratan, yaitu A-ring contracted oleananes
> (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai
> produk diagenesis plant matter di bawah kondisi peat
> swamp. Biomarker ini semakin berkurang semakin
> tingginya marine influence. Analisis geokimia yang
> baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu.
>    
>   Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di
> samping rasio mortane/hopane dan oleanane/hopane.
> Precursor-nya mesti juga sensitif terhadap umur,
> misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis
> tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka,
> kalau memeriksa minyak Oseil di Seram yang asal
> Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada
> oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin
> (yang bisa kaya akan oleanane seperti diskusi di
> atas).
>    
>   Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari
> 0.25 adalah diagnosa oil yang digenerasikan dari
> source Cretaceous atau Tersier (Holba et al., 1998 :
> Application of 24-cholestanes for constraining
> source age petroleum, Organic Geochemistry, v. 29,
> p. 1269-1283). Chung et al. (1992) pun pernah
> menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source
> oil. Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami
> pengayaan di 13 C sampel minyaknya baik untuk fraksi
> saturat maupun aromat (Chung et al., 1992, carbon
> isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull
> v. 76, p. 1000-1007).
>    
>   Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high
> ratios of oleanane, high 24-nordiacholestane, dan
> 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu
> berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di
> bagian mana Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit,
> tetapi tak mustahil dilakukan. Beberapa biomarker
> sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja,
> misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene
> source rocks. Cross-plot antara oleanane ratio,
> bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan menunjukkan
> itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished).
>    
>   salam,
>   awang
> 
> lambok parulian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan
> oleanana
> untuk penentuan umur relatif saya juga pernah
> menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn
> m/z
> 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari
> batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop
> (0,1-0,3
> dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih
> tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya
> analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan
> setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2
> peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik.
> Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter
> jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak
> dipengaruhi
> kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di
> daerah
> darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2
> selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi
> yang
> mempengaruhinya. 
> 
> salam,
> lambok
> 
> --- Awang Satyana wrote:
> 
> > Pak Andang,
> > 
> > Preferensi nomor atom ganjil terhadap nomor atom
> > genap cukup dapat dilihat di GC scan untuk
> > lingkungan manapun, dan jelas fingerprint
> > merefleksikan sesuatu tentang deret ini, kalau
> tidak
> > tak mungkin ada formulasi preferensi ini.
> > 
> > Minyak Kangean, seperti posting2 saya sebelumnya,
> > memang menunjukkan anomali, tetapi sekali lagi
> bukan
> > anomali marin seperti yang Anda sebutkan, tetapi
> > anomali sangat khas dominasi terestrial. Marine
> oil
> > dari type II kerogen di Indonesia akan punya
> average
> > pr/ph 1.22, pris/nC17 0.85, dan C31/C19 (wax
> ratio)
> > 0.25. Dan nilai2 kisaran ini tak muncul untuk
> minyak
> > Kangean. Intensitas atom2 nomor tinggi di minyak
> > Kangean malah menggelembung (C24-C30), suatu hal
> > yang tidak akan terjadi untuk minyak2 marin. Saya
> > berpendapat bahwa minyak Kangean sangat
> terestrial.
> > 
> > Tentang oleanane, saya menggunakan referensi dari
> > Peters et al. (1999) - Geochemistry of crude oils
> > from Eastern Indonesia - AAPG Bull v 83 n 12, p.
> > 1927-1942, December 1999. Dan, cut off
> > olenane/hopane 0.20 berasal dari publikasi ini.
> Saya
> > pikir, ini cut off yang logis sebab di Indonesia
> > Timur, seperti kita tahu, kita bisa meng-exercise
> > dengan baik minyak Mesozoic vs Tersier berdasarkan
> > kandungan olenanane karena keduanya terjadi. Di
> > Salawati Basin, yang pernah dulu dianggap
> minyaknya
> > berasal dari sumber pra-Tersier (Phoa and Samuel,
> > 1984, IPA), saya dengan yakin bahwa minyaknya
> semua
> > berasal dari Klasafet/Kais yang berumur Miosen
> (itu
> > berdasarkan pemelajaran oil geochemistry yang saya
> > lakukan di Salawati Basin 1997-2000), lihat di
> > publikasi Satyana et al. (2000)-IPA.
> > 
> > Saya suka kalau di SE Sundaland ini ada play
> > Mesozoic, hanya saya belum mendapatkan buktinya
> yang
> > kuat.
> > 
> > salam,
> > awang
> > 
> > Andang Bachtiar wrote:
> > Pak Awang, kalau anda lihat kembali gambar
> > finger-print berbagai jenis 
> > minyak East-Java di paper anda yang anda
> bandingkan
> > dg typical 
> > fluvio-deltaic chromatogram (Robinson, 1987), maka
> > akan anda lihat anomali 
> > (bukan dominasi kesamaan) di finger-print minyak
> > dari Kangean (Phillip, 
> > 1991). Selain itu, finger print tersebut juga
> tidak
> > merefleksikan apapun 
> > tentang preferensi odd carbon number chains
> (kecuali
> > kalau mata kita sangat 
> > awas menelisik frekuensi garis-garis chromatogram
> > yang diassign berdasarkan 
> > rentention time-nya untuk mendapatkan kalibrasi
> > nomor karbon tsb). Point 
> > saya: mungkin saja C24-C30 peak yang saya lihat
> pada
> > minyak Kangean yg anda 
> > tampilkan dari Phillips, 1991 tersebut berkaitan
> > dengan dominasi long-chain 
> > lengths yg berikutnya juga terkait dengan
> waxiness,
> > tetapi yang pasti, 
> > minyak Kangean tersebut secara kasat mata
> > finger-print-nya menampakkan peak 
> > yang sangat berbeda dengan minyak fluvio-deltaik
> > lainnya yang anda tampilkan 
> > dalam gambar tsb.
> > 
> > Menurut saya, justru kunci menuju ke discovery
> > konsep-konsep baru di daerah 
> > frontier seperti segitiga Jawa Timur - Kalimantan
> -
> > Sulawesi ataupun di 
> > ujung timur Cekungan Jawa Timur tersebut adalah
> > mencoba mencari "anomali" 
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke