yah...krn secara fisik beliau itu menyetarakannya dengan suatu ledakan nuklir. maka muncullah keingintahuan tsb .
-----Original Message----- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 25 Juli 2006 8:25 To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia HAGI; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Learning Process (tradisional vs moderen) --> was ledakan niklir???? On 7/24/06, Pangestu, Sonny T <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > seperti apa ya ledakan nuklir itu ? > adakah yg sdh langsung melihat dan merasakannya ? > Duh, kalau ledakan niklir jangan merasakannya lah yaw .... Merasakan atau mengalami (experienced) akan sdikit berbeda dengan mempelajari. Dalam proses belajar ("learning proccess") jaman dahulu sering dikenal dengan : I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand. by Confucius. Saat ini proses belajar sudah jauh berbeda dengan cara belajar tradisional. Jaman dulu proses belajar adalah dengan mengalami sendiri atau harus mengerjakannya sendiri. Atau dengan pengalaman sendiri. Namun saat ini pengalaman orang lain dapat dipakai sebagai ajang pembelajaran. Kita bisa belajar dari jepang tentang gempa, kita bisa belajar berdagang dari cina, belajar ilmu pelayaran dari orang sulawesi. "Ngelmu (angel olehe nemu = sulit mendapatkannya). Proses ngelmu jaman dahulu (tradisional) dengan cara "ngenger" ikut kehidupan sang guru, sampai sang guru merasa yakin dengan "cantrik" (murid)-nya untuk dilepas. Dan diberi "aji-aji" sebagai pertanda bahwa kemampuan sang murid sudah dapat dipakai sebagai acuan kesuksesan sang murid. Proses belajar masa kini (modern) dengan pergi ke sekolah, di kelas bersama pak-bu guru. Diber pituduh (petunjuk), membaca pengalaman orang lain (sejarah), diajak berpikir, dan mengerjakan tugas atau soalan. Kemudian diujikan hingga dianggap mampu dan lulus dengan diberi ijazah. Yang lucunya ketika "cantrik yg ngenger" tadi dianggap mampu kemudian disuruh berkelana oleh sang guru, bisa saja disebut disapih (seperti bayi disapih). Prses pengakuannya sengan hanya sebuah sentuhan ... "hegh !" maka saktilah sang murid ini. Muris yg sudah "lulus" ini nantinya setiap gerakannya akan menjadi pertanda, perkataannya diikuti oleh orang lain yg tidak memilki "kesaktian". Sedangkan murid jaman sekarang diakui kelulusannya dengan ijazah Doktor. Sama seperti cantrik, maka setiap perkataan sang doktor ini dianggap ampuh dan diikuti oleh orang lain. Apa yg dibicarakan langsung diacungi jempol sambing manggut-manggut. Nah, itu hanyalah berbeda cara belajar jaman dulu dengan belajar jaman sekarang. Mana yang baik dan mana yg kurang baik. Yang jelas kurang baik itu adalah "yg tidak mau belajar". "The lost of the Indonesian Technology" Beberapa hari lalu aku dan beberapa temen (om Guntas, mBong dan Kang Aris ngobrol dengan pak doktor Andang Bactiar yg dateng dari jakarta. Ngobrolnya disebuah cafe dipinggir airmancur KLCC dekat twin tower. Salah satu topik yg kita bincangkan adalah "the lost Indonesian technology". Ya teknologi indonesia jaman koeno. Salah satu yg menarik dalam diskusi itu adalah : - sistem drainasi candi-candi yg sangat perfect, bahkan org jerman terkagum-kagum dengan design sistem pengairan di dalam candi yg tidk menyebabkan genangan. Org jerman ini heran pada waktu dibuatnya candi prambanan ini jerman masih nol, au ah gelap ! europe still within dark ages ! - konstruksi prambanan yg cukup stabil dan tahan gempa. Candi prambanan ini baru rusak berantakan dengan gempa jogja kemarin ini, sedangkan candi boko sudah lebih dulu hancur. Candi prambanan sepertinya dibangun diatas pasir yg meredam gempa (cmiiw). - Bendungan di jawa timur jaman Singasari . Pak ADB yg ikutan di AMC dengan harinjing ingat, ada Prasasti Harinjing yang menceritakan pembangunan sebuah dam atau bendungan di Jawa timur, diperkirakan pembangunan dam itu terjadi pada Abad VIII. Lah itu Indonesia (jawa kuno) telah memiliki teknologi sejak jaman singosari. Nah sekarang yg ahli bendungan di dunia ini justru belanda ! Nah yg heran mengapa teknologi2 ini hilang begitu saja. digantikan teknologi moderen dari barat dengan science-nya. Teknologi Indonesia (jawa) ini dipelajari tidak dengan cara belajar moderen, mereka dipelajari dengan cara "ngenger" dan pengalaman. Barangkali dengan "puasa", prihatin dan latihan. That is not "klenik" it is science, it is technology ! Salam rdp --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------