Pak Sugeng,

Masa Sangiran belum masuk ke pencagaran ? Pertengahan tahun 1990an
(antara 1994-1995) Sangiran Dome telah masuk ke dalam daftar UNESCO
WORLD HERITAGE. Beberapa tahun sesudah ini, tepatnya September 1998,
juga telah diadakan pertemuan internasional di kota Solo berjudul,
"Sangiran : Man, Culture, and Environment in Pleistocene Times". Banyak
makalah dibahas di pertemuan itu dari ahli2 Indonesia dan seluruh dunia.

Sangiran adalah salah satu dari tempat terpenting di dunia untuk melacak
asal dan evolusi manusia, kebudayaannya, dan lingkungannya selama
Plio-Pleistosen, maka tak mungkin belum dicagar.

Masalah masyarakat sekitar belum sadar pentingnya fosil, yaitu lain
ceritanya.

Salam,
awang

-----Original Message-----
From: Sugeng Hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 1:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Cagar Alam Geologi Karangsembung diresmikan
Presiden SBY

Pak Vick,

Baguslah kalau Karangsambung ditetapkan menjadi Cagar Alam Geologi. Saya
malahan belum membaca berita atau tayangannya di tivi.
Seminggu yll tatkala masih di Jambi, saya sempat melihat (sebagian)
tayangan
Metro TV: Berburu fosil. Pasti di Sangiran!
Hamparan daerah yang berbukit landai, orang-2 usia senja sedang
mengeduk,
menggali dengan linggis, cangkul dan "dhandhang" untuk mencari fosil.
Begitu mendapat "buruan" yang menarik, fosil segera dibungkus dengan
daun
jati (seperti layaknya membungkus nasi) lalu dimasukkan ke dalam tas
punggung. Pekerjaan ini dilakukan dengan cepat karena takut ketahuan
petugas
Museum (Museum Sangiran tentunya).
Memang sekali-2 ditayangkan seorang petugas museum yang menerangkan
bahwa
temuan-2 penduduk harus disimpan/dijual ke museum. Sementara para
pemburu
fosil lebih suka menjual di luaran karena harganya lebih tinggi.
Kemudian ada rombongan yang dipimpin petugas, mengunjungi rumah penduduk
karena ternyata "ompak" atau batu sebagai alas/ganjal tiang rumah
ternyata
juga sebongkah fosil. Kemudian ditayangkan tanda-2 "kerusakan"
lingkungan
karena di sana-sini banyak lubang-2 besar, dan ini masih berlangsung
sampai
sekarang.
Kita tidak tahu sampai kapan "perburuan" fosil ini akan berlanjut.
Kalau KS sudah ditetapkan menjadi Cagar Alam, kapan Singiran akan
menyusul
sehingga tidak ada lagi perburuan fosil sekaligus pengrusakan
lingkungan.
Mungkin institusi terkait atau IAGI bisa memberi masukkan kepada
Pemerintah.

Salam,
Sugeng,
(sempat ikut ke Karangsambung dan Sangiran, juga Bayat)



---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
-----  detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke