Cukup memperihatinkan komentar dari Pak Andang tentang kepengurusan
PP-IAGI sekarang ini, yang hampir 15 bulan kepengurusannya belum lagi
memproduksi media "berita IAGI" dan berkomunikasi dengan IAGI di
daerah-daerah. Kalau memang ini terjadi, maka penyakit lama bangsa ini
kembali kambuh, yaitu bisa menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru
tapi ngak bisa merawatnya dengan baik (asal make aja).

Seingat saya, kepengurusan yang lama dengan mottonya membumikan ilmu
geologi pada masyarakat sangat membahana waktu itu. Kegiatan2 mahasiswa
geologi Bandung dengan pelajar SMA untuk mengenal vulkanik di
Tangkubanprahu dllnya banyak dilakukan. 

 

Seharusnyalah dengan kondisi bencana alam yang sering terjadi sekarang
ini, kegiatan silaturahmi tersebut terus dilanjutkan sehingga apa2 yang
sudah dirintis tidaklah sia-sia. Buat lah suatu karya untuk bangsa ini
jangan jadi bulan bulanan terus lah...

 

Edison sirodj

 

________________________________

From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, 07 March, 2007 10:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Silaturahmi ===> Re: [iagi-net-l] Ahli Geologi
Saling Berseteru

 

"Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof
RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang
disebut sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil
analisis tentang apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah
pemboran BJP-1 atau proses alam (gempa bumi) yang diluar kuasa
pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi kejadian-nya dalam skala
waktu manusia (bukan skala waktu geologi),.....  tetapi lebih ke masalah
pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, "wisdom", dan
etika ilmiah dalam hal-hal berikut:

 

1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya
implikasi hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang
minim interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada
kenyataannya adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian
peserta adalah "sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai
jauh dari etika - sistimatika pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk
menyimpulkan basis ilmiah yang punya implikasi sepenting itu diperlukan
"workshop" yang benar-benar "workshop", dimana setiap konsep diuji
sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang dalam hal ini
mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.

 

2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan
presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih
cenderung ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain
juga hadir di acara tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi
dan diskusi secara proporsional seperti yang lainnya.

 

3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan
profesi yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga
proses analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti
misalnya: tidak didiskusikannya secara rinci (spt topik2 sub-disiplin
lainnya) tentang masalah data teknis real-time-chart / geolograph selama
pemboran dan implikasinya pada kondisi geologi lubang bor dimana masalah
tersebut sebenarnya adalah kompetensi dari para ahli wellsite-operation
geology,... dan lebih parahnya, tidak seperti data primer geologi bawah
permukaan dan permukaan yang berlimpah dan accessible bagi kebanyakan
ahli (seismik, trace sesar di permukaan, data satelit, data-sampel
lumpur dsb), tipe data pemboran yang tersedia (dan dipresentasikan)
adalah data sekunder (bahkan tersier) berasal dari daily drilling
report, final well report, dsb,.... genuine geolograph dan
real-time-chart data tidak pernah bisa diakses (dan diperiksa dan
didiskusikan) oleh para ahli.

 

4. Dari 18 pembicara yang tampil, hanya 4 pembicara yang dapat dianggap
mempunyai kompetensi tentang masalah pemboran migas; dari 4 itupun hanya
2 yang mempunyai latar belakang geosains yang diasumsikan dapat
mengekstrasi informasi geologi bawah permukaan dari data pemboran. Empat
belas (14) pembicara lainnya kebanyakan mengandalkan data
geologi-geofisika (yang punya dimensi lebih besar/regional dibanding
dengan data pemboran) untuk membuat analisis dan sintesis tentang
penyebab-pemicu semburan lumpur. Dengan demikian trend "workshop" lebih
berat pada pembahasan geologi regional, tektonik, dimensi waktu yang
besar, dan kurang menyentuh analisis rinci dan dimensi waktu yang lebih
instant/pendek, termasuk kurang disentuhnya kemungkinan-kemungkinan
pemicuan semburan oleh kejadian-kejadian selama pemboran.

 

 "Silaturahmi" sebagai jawaban dari "perseteruan" - seperti diusulkan
oleh banyak email - mustinya dimaknai dan diimplementasikan sebagai
sesuatu yang lebih mendasar dan ber-dimensi organisasi. Seperti kita
lihat dalam dalam 15 bulan terakhir kepengurusan baru PP-IAGI,
organisasi kita ini hampir bisa dikatakan sebagai tidak pernah
bersilaturahmi dengan ribuan anggotanya melalui "Berita IAGI" maupun
"Majalah Geologi Indonesia", karena memang tidak satupun media
komunikasi tersebut terbit secara rutin (Berita IAGI hanya sekali terbit
menjelang PIT Nov 2006 dan MGI tidak terbit sama sekali). Harap diingat
bahwa hanya 500-600-an jumlah anggota milis IAGI-Net, yang mungkin hanya
separohnya merupakan anggota resmi IAGI, sehingga kalau ada yang
mengatakan bahwa PP-IAGI sudah berkomunikasi dengan anggotanya lewat
IAGI-net, itu adalah pernyataan yang sangat tidak berdasar. Ribuan
anggota IAGI yang tersebar di 12 PengDa dan di luar negeri, tentunya
dengan berbagai macam keahlian (termasuk ahli pemboran - ahli wellsite
operation geology yang mustinya mengambil peranan lebih dalam "workshop"
IAGI yang lalu), perlu untuk disapa, disilaturahmi, dan dikunjungi.

 

Selain itu, "Silaturahmi" hendaknya dilakukan juga dengan membuat
sebanyak mungkin kegiatan berkumpul baik secara ilmiah maupun untuk
tujuan kekerabatan-sosial, baik di Pusat, maupun di PengDa-PengDa.
Dengan makin banyak menyelenggarakan event-event organisasi maka
interaksi silaturahmi (ilmiah maupun sosial) akan terus menerus
terjalin, sehingga perbedaan-perbedaan pendapat (ilmiah maupun sosial)
punya kesempatan lebih luas, mendalam, dan terfokus untuk
dipecahkan..... bukan hanya dengan event dadakan yang kesannya reaktif
terhadap permasalahan sesaat (walalupun actual) saja.

 

Mudah-mudahan sumbangan pemikiran ini dapat diambil manfaatnya oleh
siapapun yang ada di komunitas geosains di Indonesia, khususnya anggota
dan pengurus IAGI kita tercinta ini.

 

Salam

Prihatin

 

 

Andang Bachtiar

Mantan Ketua Umum IAGI 2000-2005



DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is 
intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain 
confidential information.  You are hereby notified that the taking of any 
action in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, 
distribution, printing or copying of this Message or any part thereof by anyone 
other than the intended recipient(s) is strictly prohibited.  If you have 
received this Message in error, you should delete this Message immediately and 
advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and other information 
in this Message that do not relate to the official business of PETRONAS or its 
Group of Companies shall be understood as neither given nor endorsed by 
PETRONAS or any of the companies within the Group.

Kirim email ke