Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang lumrah dalam percaturan ilmu. Tentunya 
semua argumen didasari oleh data. Kurang data tentu argumen penuh dengan 
anggapan (assumptions). Kelihatannya para geosaintis melupakan data lama. 
Misalnya buku:
GRAVITY AND GEOLOGICAL STUDIES IN JAWA, INDONESIA, 1978, terbitan Direktorat 
Geologi. Simak peta gayaberat terutama di daerah jalur Kendeng, antara lain 
gambar 2.17 dan simak penampang yang cukup banyak. Banyak sekali di jalur 
tersebut anomali rendah (negative) bulat-bulat yang waktu itu kami tafsirkan 
sebagai diapir. Silahkan tafsirkan dari sudut pandang geologi dan bagaimana 
implikasinya terhadap semburan lumpur Sidoardjo. Saya kira buku tersebut masih 
ada di perpustakaan PSG, Jl. Diponegoro 57, Bandung. 

Hal lain saya bertanya: Apakah IAGI dan HAGI pernah berbincang dengan dengan 
engineers (sipil basah, hydrological engineers dan kepada saudara kita yang 
berkecimpung dalam engineering geology? Kalau sudah ada kesimpulan yang konkrit 
bicarakan dengan mereka. Geosaintis membahas ilmiahnya, sedang para engineers 
memikirkan konstruksinya. Jangan lama-lama, kasihan benar orang-orang di 
kawasan bencana lumpur tersebut. Masalah ni perlu kita pikirkan juga.
M. Untung

Kirim email ke