Bagaimana kalau yang mengcounter berita Pak Mu'man Nuryana tersebut dari 
organisasi kita IAGI atau HAGI?

Sehingga berita tersebut dapat dinetralisir dalam media juga.

Tentu saja dengan masukan dari rekan-rekan IAGI/HAGI.

 

Edison sirodj

 

________________________________

From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, 29 May, 2007 12:25 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] <mailto:%5bmailto:[EMAIL 
PROTECTED]>  On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi......
 

----- Original Message ----
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun 
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)-salah satu 
seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim-telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang pernah 
dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi kapan dan 
bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap tinggal di situ, 
maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi risiko bencana.

Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi 
pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah 
menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan 
nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. 
Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang karena 
perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya yang luar 
biasa besar.

Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan 
pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang 
relatif lebih aman.

Muasal semua gempa

Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau Andaman 
dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir di Tanimbar. 
Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan Sunda Besar dan 
Sunda Kecil.

Patahan ini termasuk ke dalam tipe convergent boundary, di mana dua buah 
lempeng permukaan bumi-Eurasian Plate dan Indian-Australian Plate-dalam proses 
bertumbukan (subduction). Di atas Sunda Plate inilah terhampar pulau-pulau 
besar dan kecil, laksana mutu manikam di khatulistiwa yang dikenal dengan 
Kepulauan Nusantara, sebuah kompleks kepulauan terbesar di dunia.

Patahan Sunda adalah sebuah contoh klasik dari patahan vulkanik. Deformasi 
tektonik sepanjang zone subduksi Patahan Sunda inilah yang menimbulkan gempa 
bumi di Samudra Hindia tanggal 26 Desember 2004. Begitu pula peristiwa gempa 
bumi di Nias (28 Maret 2005), di Yogyakarta (27 Mei 2006), di Pangandaran (17 
Juli 2006), dan di Padang (6 Maret 2007). Semua disebabkan oleh aktivitas 
Patahan Sunda.

Masih banyak lagi peristiwa gempa bumi dengan magnitude lebih rendah yang tidak 
menimbulkan korban manusia dan kerugian harta benda, sehingga kurang mendapat 
perhatian masyarakat. Padahal, ini semua merupakan tanda-tanda alam yang 
memberikan peringatan kepada manusia untuk berpikir.

Fenomena yang sama muncul pada April tahun 1815 dengan sebuah ledakan 
cataclysmic volcano Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, yang merupakan sebuah 
letusan paling kuat yang tercatat dalam sejarah. Debu vulkanik Tambora sampai 
menutupi langit berbulan-bulan lamanya sehingga menurunkan temperatur bumi 
sampai 3 derajat Celsius.

Meskipun telah setahun pasca-letusan Tambora pada waktu itu, hampir semua 
lapisan hemisphere di belahan utara mengalami temperatur lebih dingin selama 
bulan-bulan musim panas. Masyarakat di sebagian Benua Eropa dan Amerika Utara 
mengenal tahun 1816 itu sebagai "the year without a summer", akibat tertutupnya 
permukaan bumi oleh awan debu dari vulkanik Tambora.

Ancaman eksistensial

Motivasi tulisan ini sekadar mengingatkan bahwa aktivitas seismik Patahan Sunda 
adalah sebuah ancaman paling realistis dan serius dewasa ini bagi keberlanjutan 
bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang tinggal di Pulau Sumatera dan Jawa.

Di lepas pantai barat Pulau Sumatera dan lepas pantai selatan Pulau Jawa, 
terbentang Patahan Sunda yang menakutkan, seperti dilukiskan dalam konsep 
mitologi Jawa Kuno; yang menyebut Laut Hindia sebagai "Laut Kidul" yang penuh 
misteri karena memiliki palung laut paling dalam di dunia (7,725 meter) setelah 
Patahan Diamantina di Lautan Hindia (8,047 m).

Subduksi atau benturan antara Eurasian Plate dan India-Australian Plate itu 
dikenal dengan Patahan Sunda dengan aktivitas seismik yang semakin intensif 
akhir-akhir ini. Apakah fenomena alam ini perlu dihiraukan atau biarkan saja 
berlalu bagai air mengalir di sungai? Jawabannya bergantung pada kita sendiri. 
Kalau gempa bumi di Pulau Sumatera dan Jawa dinilai sebagai peristiwa alam 
biasa, maka kita cukup menjalaninya saja sebagai sebuah realitas dalam 
kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, kalau kita berpikir untuk kepentingan eksistensi bangsa Indonesia 
dalam kerangka jangka panjang, maka bencana alam akhir-akhir ini dapat menjadi 
sebuah informasi penting bagi kajian lebih lanjut. Dengan begitu didapatkan 
sebuah landasan berpikir ilmiah untuk mendukung sebuah kebijakan nasional 
berupa migrasi penduduk untuk kepentingan eksistensi sebuah bangsa Indonesia 
dalam kerangka jangka panjang.

Migrasi besar-besaran

Cukup beralasan bila mulai berpikir tentang konsep migrasi penduduk dalam skala 
besar dalam konteks jangka panjang bagi mereka yang tinggal di Pulau Sumatera 
dan Jawa ke pulau lain yang relatif lebih aman. Di dalam Nusantara sendiri, 
Indonesia memiliki Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang relatif aman bagi 
permukiman penduduk.

Bahkan, kalau perlu memikirkan bagaimana agar bisa mengembangkan permukiman 
penduduk di daerah baru di Benua Australia bagian utara karena lebih mudah 
terjangkau dan lebih aman. Benua yang demikian luas itu belum mampu 
dimanfaatkan secara optimal oleh penduduknya untuk permukiman dalam skala besar.

Benua itu pada hakikatnya adalah tanah milik bangsa Aborigin yang serumpun 
dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Hanya karena konsep kolonialisasi yang 
diterapkan oleh pemerintah kolonial sehingga muncul batas-batas antarnegara, di 
mana penduduk serumpun sudah tidak bisa lagi saling bersilaturahmi dan berbagi 
tanah bagi kehidupan bersama.

Bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda, Irlandia) 
bisa mengembangkan permukiman dalam skala massal (koloni) di luar wilayah 
negara mereka, yakni Amerika Utara, Kanada, Asia (Canton, Hongkong, Macao), 
Australia, dan Afrika (Afrika Selatan), dan Pulau Timor. Kenapa bangsa-bangsa 
Asia Tenggara tidak boleh melakukan hal yang sama dengan motivasi yang lebih 
mulia, yakni kemanusiaan? Kalau dahulu bangsa Eropa melakukan ekspansi karena 
alasan ekonomi dengan menguasai sumber daya alam, tetapi kita dapat melakukan 
hal yang sama atas dasar keselamatan dan eksistensi manusia.

Kerja sama internasional dapat membuka ruang bagi kita untuk memperoleh hak 
hidup lebih layak dan aman. Apa artinya warga dunia menyebut dirinya sebagai 
"komunitas global" kalau dalam situasi kesulitan seperti yang kita hadapi 
mereka tidak mampu memberikan solusi yang lebih adil....

Mu'man Nuryana Peneliti Tamu di Hosei School of Policy Sciences, Universitas 
Hosei, Tokyo

-- 
http://rovicky.wordpress.com/

 

 

________________________________

Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green Center. 
<http://us.rd.yahoo.com/evt=48246/*http:/autos.yahoo.com/green_center/;_ylc=X3oDMTE5cDF2bXZzBF9TAzk3MTA3MDc2BHNlYwNtYWlsdGFncwRzbGsDZ3JlZW4tY2VudGVy>
 



DISCLAIMER : This e-mail and any files transmitted with it ("Message") is 
intended only for the use of the recipient(s) named above and may contain 
confidential information.  You are hereby notified that the taking of any 
action in reliance upon, or any review, retransmission, dissemination, 
distribution, printing or copying of this Message or any part thereof by anyone 
other than the intended recipient(s) is strictly prohibited.  If you have 
received this Message in error, you should delete this Message immediately and 
advise the sender by return e-mail. Opinions, conclusions and other information 
in this Message that do not relate to the official business of PETRONAS or its 
Group of Companies shall be understood as neither given nor endorsed by 
PETRONAS or any of the companies within the Group.

Kirim email ke