Rekan saya - Firman GEA - ini benar-benar tajam dalam menelisik permasalahan, 
indah dalam mengungkapkan, dan rasanya "mak-nyuuuus" membaca tulisannya; 
terutama karena hal ini terkait erat dengan nasib / masa-depan pendidikan 
geologi di bekas almamater-nya, almamater-saya, juga almamater kang yrs, dan 
ladang pengabdiannya rekan Mino....

Walaupun ini adalah forumnya IAGI - bukan hanya kawan2 dari ITB saja yang ada 
di sini - tapi permasalahan ganjelan suara hati broer Mino yang dikeluarkan 
dengan nada ''pertanyaan2" dan "kekuatiran2" tentang trend pendidikan geologi 
ini nampaknya perlu juga disimak dan di'saur-manuk'-i oleh kawan-kawan di 
komunitas geosains dari mana-pun asal almamater-nya.

Sebenarnyalah, beberapa minggu sebelum, dan juga pada waktu serah-terima 
kepengurusan PP-IAGI Januari 2006... saya (sebagai Ketua IAGI dan ex-Ketua 
IAGI) disambati oleh para sesepuh pendidikan di Geologi ITB dan juga 
rekan-rekan saya yang mengajar disana tentang masalah yang dikemukakan broer 
Mino tersebut. Waktu itu , istilahnya: penjajag-an kalau-kalau IAGI bisa 
melakukan sesuatu dalam rangka memberikan opini - referensi - kritik terhadap 
kebijakan baru ITB dalam bongkar-pasang Departemen2 di FIKTM dan yang terkait. 
Memang saat itu waktu-nya mefet sekali, lagipula saya sedang dalam masa 
transisi: lengser 29 Nov 2005, serah terima 12 Januari 2006, jadi gak "elok" 
kalo bikin kebijakan2, keputusan2, dsb..... sehingga saya sarankan para sesepuh 
pendidikan geologi dan kawan2 dosen tsb meneruskan "sambatan-nya" ke Ketua IAGI 
yang baru, yang kebetulan juga berasal dari almamater yang sama. Jadi, 
permasalahan ganjelan suara hati ini sebenarnya sudah beredar lebih dari 1-1/2 
tahun berputar-putar mendatar mengaduk-aduk perasaan tapi tetap saja 
membentur-bentur dinding tong-lingkaran-setan diseputaran kampus Ganesha. 
Nah,.. ketika rekan Mino mulai posting, kemudian disambut oleh kang YRS yang 
pragmatis tapi menyemangati, dan Firman-Gea yang bijaksana, maka mulai 
keluarlah ganjelan itu ke permukaan. Mudah-mudahan ada partisipasi dari 
kawan-kawan komunitas geosains Indonesia di milis ini yang bisa memberikan 
pencerahan, dan kalau bisa: jalan keluar -- dari ganjelan perasaan yang 
diungkapkan broer Mino tersebut.

Salam

ADB

  
  ----- Original Message ----- 
  From: Firman Gea 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Friday, July 13, 2007 12:02 PM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Geologi ITB maju atau mundur


  Punten ikut nimbrung.

   

  Saya koq gak melihat ada hubungannya dengan tren "global" terhadap kebijakan 
pembagian jurusan di ITB ini. Menurut saya ini mah murni "kreatifitas" (baca: 
keisengan) orang-orang di rektorat yang ngerasa mumpung lagi pegang posisi 
penting aja, gak lebih. Setara lah dengan fenomena UAN yang akhir2 ini malah 
kok kelihatan ruwet, padahal dulu baik-baik aja.

   

  Tapi bagaimanapun, efek "pengglobalan" pendidikan tinggi ini semestinya 
dikritisi. Yang ada di benak kita sekarang seakan-akan model perkembangan 
pendidikan tinggi saat ini adalah suatu keharusan yang mau tidak mau dan suka 
tidak suka harus seperti ini. Padahal sebenarnya jika kita memilki konsep 
"Pendidikan Kerakyatan", dan kita biarkan konsep ini berkembang dengan baik, 
dan terus berkembang dengan baik, banyak orang di negeri ini yang yakin bahwa 
tidak perlu membangun sebuah mall untuk membiayai proses belajar-mengajar di 
kampus. Tidak perlu menerapkan program jalur khusus untuk membiayai proses 
belajar mengajar di kampus. Tidak perlu melihat dosen-dosen pengajar dan 
guru-guru yang kita hormati dan banggakan hilir mudik menjadi konsultan di 
berbagai perusahaan.

   

  Yang terlihat sekarang, kita semua melumrahkan hal tersebut. Menurut banyak 
dari kita mengatakan itu mah memang sudah seharusnya seperti itu. Jadi, kesan 
jelas yang bisa kita tangkap adalah Pendidikan Tinggi di NKRI berbasis bisnis, 
dijalankan oleh bisnis, dan demi kemaslahatan bisnis. Ini kan menyedihkan. Jika 
para pembuat kebijakan di negeri ini, petinggi perguruan tinggi, mahasiswa, 
masyarakat umum, kaum intelektual, mau secara serius dan benar-benar 
brainstorming secara bebas, tidak berpikir untuk mengambil keputusan yang asal 
dan gampang saja, dan mau berpikir secara murni kebenaran akademis, saya yakin, 
konsep pengembangan Pendidikan Tinggi di NKRI tidak akan seperti sekarang ini, 
yaitu berbasis bisnis, oleh bisnis, dan demi kemaslahatan bisnis. Banyak cara 
yang lebih elegan dan sinergi dengan Jiwa Buana Pendidikan Tinggi untuk 
membiayai proses pendidikan itu sendiri, tidak dengan sekedar berbisnis.

   

  Salam,

  Firman Fauzi

   


------------------------------------------------------------------------------

  From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Friday, July 13, 2007 10:28 AM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Geologi ITB maju atau mundur

   

  >Ben

  Jangan kecil hati , ini adalah kecenderungan "global" , ITB tidak mampu 
melawan tarikan tarikan demi perkembangan .
  Sehinggga dengan kondisi ITB sebagai BMHN dan tarikan global yang selalu 
menjadikan perhitungan ekonomi nya (atau DUIT) sebagai panglima maka ITB harus 
menjadi pragmatis , semakin pragmatis dia maka ITB akan lebih bisa survive dan 
berkembang (itu yang ada dibenak Pak rektor dan pimpinan ITB saat ini).
  Dus , kalau Anda berfikir terlalu murni seabagai Ilmuwan , maka Anda akan dan 
tidak akan  bisa menangkap ide "besar" ini.
  Lihat saja , kemarin kan baru akan di - buka ITB filial Kota Delta , nah ini 
kan kecenderungan global . Lihat saja di Jakarta Universitas 2 Ostrali buka 
cabang , bahkan ada yang buka kantor-nya di RUKO . Untung kan ITB - mah akan 
dibuatkan kampus , yang pasti megah.

  Jadi suara Anda itu se-olah2 seperti teriakan satu orang ditengah padang 
pasir.
  Tapi jangan berkecil hati.Tetaplah berkiparah dalam ilmu yang Kau yakini 
benar.

  si Abah


      Rekan2 IAGI Yth, suatu perkembangan atau fenomena baru dalam pendidikan 
  > geologi di ITB terjadi saat ini. Dimana pada waktu yang lalu di kejutkan 
  > oleh perubahan nama departemen menjadi Prodi yang membawahi KK (kelompok 
  > keahlian). Saat ini terbagi menjadi dua KK yaitu KKGP (Geologi dan 
  > Paleontologi) and KKGT (Geologi terapan). Keluaran baru prodi geologi 
  > dipindahkan ke fakultas baru dengan nama yaitu Fakultas Ilmu dan Teknik 
  > Kebumian (FITB) bersama-sama dengan Oceanography dan Meterologi. 
  > Sedangkan Teknik Geofisika, Teknik Pertambangan dan Teknik Perminyakan 
  > menjadi satu fakultas baru dengan nama Fakultas Tambang dan Teknik 
  > Perminyakan (FTTP??). Yang lalu semuanya bernaung di bawah satu fakultas 
  > dengan nama Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral. saya pikir ini 
  > sudah sangat benar sesuai dengan harifah keilmiuan dan tujuan ITB sebagai 
  > sekolah teknik yang juga umum dipakai dibanyak institusi dinegara-negara 
  > lain. 
  > 
  > Terlepas dari keanehan yang amat sangat berupa pemisahan semua ilmu2 yang 
  > memakai geologi dari geologi sendiri sebagai dasarnya(terutama antara 
  > geologi dan geofisik). Apakah perubahan ini menuju pada sesuatu yang baru 
  > dan benar untuk masa yang akan datang? atausebuah pembodohan yang 
  > mengembalikan posisi kita pada tahun 1900. Dimana pada saat itu ilmu 
  > geologi masih dianggap sebagai ilmu science murni ???. Saat ini kita tahu 
  > bahwa perkembagan ilmu kita sudah menjadi applied science dengan pemakaian 
  > yang sangat luas dari keteknikan, air, mineral, energi. lingkungan dan 
  > mitigasi bencana. Jawaban ini perlu saya bagi dengan teman di dunia 
  > Industri maupun pendidikan dari institusi lain di Indonesia dan negara 
  > lainnya. Apakah betul jika sebagai prediksi ekstrim perkembangan kedepan 
  > semua ilmu geologi yang bersifat terapan porsi besarnya akan diambil oleh 
  > tenik geofiska, tambang dan perminyakan??? 
  > 
  > Ben Sapiie/Dosen Struktur Geologi,KKGP -ITB 
  > 
  > 

Kirim email ke