> 
Kartiko

Gaji anggota DPR lebih satu milyard
?
Besar ? Kecil ?
Menjadi relatif , mungkin perlu juga
dipertimbangkan hal hal berikut (bukan belain mereka lho), gaji mereka
dipotong :
1. Setoran ke partai .
2. Gaji staf khususnya , yng
membantu mencari data , memonitor aspirasi  para pemilihnya  dsb
(apa iya mereka punya dan mau mengeluarkan itu dari gajinya ya ).
Menurut saya setiap anggota DPR TIDAK MUNGKIN bekerja tanpa staf staf
ahli seperti yang saya maksudkan.
3. Sumbangan sumbangan kepada para
pemilih yang datang pada mereka (saya dengar ini banyak lho).
4.
Biaya kantornya,

Coba siapa bisa menghitung berapa sisanya
?Kalau ndak ada nanti Si bah coba mereka - reka.

Si Abah (yang
mencoba mengerti)

______________________________________________________________________


 

   Buat nambah motivasi yang
mencalonkan diri jadi anggota DPR ( maaf kalau 
> ternyata oot ,
tidak perlu ditanggapi) 
> 
>
http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.21.09045485&channel=1&mn=1&idx=1

> 
> 
> Senin, 21 Januari 2008 | 09:04 WIB 
> 
> *"Dulu modal saya untuk jadi anggota Dewan
Perwakilan Rakyat itu Rp 187 
> juta. Enam bulan pertama sudah
BEP, break even point." 
> * 
> Sembari makan siang
di kantin, seorang anggota Dewan menceritakan 
> pengalamannya
secara blak-blakan kepada wartawan. 
> 
> Dia juga
menceritakan bagaimana praktik-praktik politik uang yang terjadi 
> di 
> DPR yang tidak bisa diceritakan dalam tulisan ini.

> 
> Karena itu, dia termasuk yang tidak setuju dengan
berbagai kebijakan 
> anggaran di DPR yang arahnya terus menguras
uang negara demi mempertebal 
> "kantong" anggota Dewan.
Dia merasa berbagai fasilitas yang selama ini dia 
> terima sudah
lebih dari cukup. 
> 
> Pemberian insentif legislasi Rp 1
juta ke semua anggota Dewan yang tidak 
> terlibat dalam
pembahasan setiap kali pengesahan rancangan undang-undang, 
>
menurut dia, salah satu kebijakan yang tidak tepat. 
> 
>
*Dua tahun terakhir* 
> 
> Seorang anggota Dewan lain
secara blak-blakan menunjukkan seluruh catatan 
> penghasilan yang
dia terima dari negara selama dua tahun terakhir. 
> 
>
Dari catatan itu diketahui, penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga

> kategori. Ada yang bersifat rutin bulanan, ada yang rutin
nonbulanan, dan 
> ada juga yang sesekali. 
> 
>
Yang sifatnya rutin bulanan adalah gaji paket Rp 15.510.00; bantuan 
> listrik 
> Rp 5.496.000; tunjangan aspirasi Rp 7,2 juta;
tunjangan kehormatan Rp 3,15 
> juta; tunjangan komunikasi
intensif Rp 12 juta; dan tunjangan pengawasan 
> Rp 
> 2,1
juta. Total berjumlah Rp 46,1 juta per bulan. Jadi, setahun mencapai 
> lebih dari setengah miliar, Rp 554 juta. "Pendapatan bulanan
ini semua 
> anggota DPR sama," katanya. 
> 
> Penerimaan nonbulanan banyak jenisnya, mulai dari penerimaan gaji
ke-13 
> setiap Juni Rp 16,4 juta dan dana penyerapan aspirasi
setiap masa reses Rp 
> 31,5 juta. Dalam satu tahun sidang ada
empat kali masa reses. Ada juga 
> dana 
> perjalanan
dinas komisi, perjalanan dinas ke luar negeri, atau perjalanan 
>
dinas saat reses. Total keseluruhan dalam setahun sekitar Rp 188 juta. 
> 
> Sementara itu, penghasilan yang sifatnya sewaktu-waktu
adalah insentif 
> pembahasan rancangan undang-undang dan honor
melakukan uji kelayakan dan 
> kepatutan yang besarnya Rp 5 juta
per kegiatan. 
> 
> Dengan adanya kebijakan baru berupa
uang insentif legislasi Rp 1 juta 
> per-RUU, semakin menambah
lagi pemasukan anggota DPR. Uang insentif 
> legislasi yang dia
terima Rp 39,7 juta. 
> 
> Apabila keseluruhan penerimaan
negara itu dihitung, total uang yang 
> diterima 
>
seorang anggota DPR dalam setahun hampir Rp 1 miliar. Sebagai anggota DPR

> yang tidak terlalu aktif saja, selama tahun 2006, dia menerima
Rp 761,3 
> juta, sedangkan tahun 2007 Rp 787, 1 juta. 
>

> Anggota Dewan yang merangkap anggota badan selain komisi juga
mendapat 
> tunjangan khusus. Demikian pula anggota yang merangkap
pimpinan alat 
> kelengkapan, banyak melakukan studi banding ke
luar negeri, memimpin 
> panitia-panitia khusus pembahasan RUU,
serta menjadi pimpinan fraksi, atau 
> pimpinan DPR. 
>

> Dengan uang yang diberikan negara itu, dia yakin semua anggota
DPR bisa 
> menjadi profesional, independen, dan
bersungguh-sungguh memperjuangkan 
> aspirasi rakyat. 
>

> Namun, kalau ditanya soal cukup, menurut dia, setiap orang akan
memiliki 
> pandangan yang berbeda. 
> 
>
"Ibarat minum air, ada yang merasa cukup, ada juga yang malah semakin

> haus," 
> ucapnya sambil tertawa. 
> 
> Idealisme 550 anggota DPR yang duduk di Senayan memang beragam.
Mereka 
> tidak 
> bisa begitu saja digeneralisasi.
Terkait pemberian insentif legislasi Rp 1 
> juta saja, misalnya,
ada fraksi yang menolak dan ada fraksi yang menerima 
> dengan
sejumlah alasan. 
> 
> Anggota yang memiliki idealisme
seperti tadi sesungguhnya tak hanya satu, 
> dua. Namun, karena
jumlahnya kalah banyak, suara mereka sering kali 
> tertelan.
Seorang anggota Dewan yang dulu bergelut di dunia akademisi dan 
>
sekarang terjun ke politik praktis malah mengaku sempat juga terkena 
> getahnya. Saat dia ke kampus, rekannya menyesalkan dirinya terjun
ke dunia 
> politik praktis karena menjadi ikut "kotor".

> 
> *Tidak semua kotor* 
> 
> Menilai
anggota DPR seluruhnya "kotor" tentu tak tepat karena pada 
> kenyataannya ada juga yang berusaha untuk "bersih" di
tengah kekeruhan. 
> Yang 
> perlu dilakukan adalah
memberikan dukungan kepada mereka yang bersih agar 
> mereka tak
tercemar, tetapi malah membawa warna jernih. 
> 
> DPR
yang bersih akan membawa pemerintahan juga menjadi bersih karena salah 
> satu fungsi DPR adalah bidang pengawasan. Anggaran di eksekutif
juga 
> beratus-ratus kali lipat anggaran di DPR. 
> 
> Siapakah anggota DPR yang perlu didukung itu? Tentunya, mereka yang
bisa 
> merasakan cukup dan lebih memprioritaskan orang yang
kerongkongannya 
> kering 
> karena dahaga. *(Sutta
Dharmasaputra)* 
> 
> *Sutta Dharmasaputra* 
> 

Kirim email ke