Pak Awang, Om RDP dkk,

 

Info ttg konferensi di bawah ini barangkali bermanfaat bagi yg serius mau
"nengok" uranium.

 

Salam - Daru

==========================================

AusIMM International Uranium Conference 2008

Taking Best Practice and Education to a New Level

 

18-19 June 2008

Adelaide Convention Centre, Adelaide, South Australia

 

CALLING FOR PAPERS

 

The Conference

As the demand for uranium and new sources of clean and greenhouse friendly
sources of energy increases, this years uranium conference will continue to
build upon The AusIMM's hugely successful uranium conference series that
have been held over the past two years. The 2008 conference is being
internationalized with an expanded focus on developments around the world
and with the participation of approximately 50 delegates from the Uranium
Group which is affiliated with the International Atomic Energy Agency
(IAEA). While the conference is suitable for anyone interested in the
industry, the main focus will continue to be a technically-based with a
strong focus on Best Practice in the sector. This year's conference promises
to be the best one yet and will be held in the beautiful city of Adelaide,
South Australia.

 

The Program

The Conference will give presenters the chance to exchange information on
topics such as:

 

. Uranium Geology, Exploration and Reporting

. Uranium Processing Technologies

. Mining, Milling and Transport

. Uranium Production

. Updates on International Projects

. Uranium Supply and Demand

. Health, Safety and Environment Best Practice

. Approvals Process for Uranium-Related Activities

. Government Approvals, Policy and Community Relations

. Education Training and Skills

 

Submission of Abstracts

Closing date for submission of abstracts: 25 February 2008

 

Please submit an Abstract not exceeding 300 words in English, via email to:

Cassandra Ball, Publications Coordinator

Telephone: +61 3 9658 6153, Email: [EMAIL PROTECTED]          

 

http://www.ausimm.com.au/uranium2008/          

 

All other enquiries including sponsorship and exhibition opportunities,

please contact:

Alison M McKenzie, Senior Coordinator, Conferences & Events,

Telephone: +61 3 9658 6123, Email: [EMAIL PROTECTED]

 

 

-----Original Message-----
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 05, 2008 12:57 PM
To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia; iagi-net@iagi.or.id; Eksplorasi
BPMIGAS; Geo Unpad
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Dimana Potensi Uranium Indonesia ?

 

Uranium terbentuk dalam jumlah sangat kecil di kerak Bumi, hanya 0,00016 %
dari rata-rata batuan kerak benua. Isotopnya yang bisa melakukan fisi
(pembelahan) dan melepaskan energi, yaitu U-235, hanya 1 % dari setiap 139
atom uranium yang ditambang (Press dan Siever, 1998).  Ini untuk
menggambarkan bahwa uranium sebagai bahan baku PLTN sangat langka, maka
perlu teknologi pengayaan uranium. 

   

  Pengayaan uranium adalah proses meningkatkan kapasitas uranium untuk
menjadi bahan bakar PLTN. Uranium di alam terjadi sebagai dua isotop : U-238
(99.3 %) dan U-235 (0.7 %). Kedua atomnya identik kecuali jumlah neutron di
intinya berbeda. U-238 punya neutron lebih banyak  dan ini yang menyebabkan
kemampuannya melakukan fisi berkurang. Pengayaan uranium digunakan untuk
meningkatkan persentase U-235 yang fisil. Reaktor nuklir membutuhkan bahan
bakar uranium yang diperkaya 3-5 % U-235 (bom atom menggunakan U-235 yang
diperkaya sampai 90 %). 

   

  WaPres Yusuf Kala pada Agustus 2007 lalu mengatakan bahwa bila PLTN di
Muria itu jadi didirikan dan menggenerasi listrik mulai tahun 2016, maka
Indonesia akan membeli uranium-235 hasil pengayaan itu dari Australia.
Menambang sendiri deposit uranium di Kalimantan itu masih perlu jangka waktu
lama dan untuk teknologi pengayaannya Indonesia belum memilikinya. Apakah
teknologi pengayaan uranium melanggar ketentuan non-proliferasi nuklir ?
Indonesia adalah penanda tangan perjanjian non-proliferasi nuklir. Australia
memikirkan hal ini, negara ini telah menjual enriched U-235 ke India sebab
India bukan penanda tangan non-proliferasi nuklir. Menurut seorang staf ahli
kepresidenan, tidak masalah, selama enriched U digunakan untuk maksud damai
seperti PLTN.

   

  Kembali ke e-mail Pak Rovicky. Uranium ditemukan dalam jumlah kecil
sebagai mineral uranium oksida uraninite (pitchblende) dalam sulfide veins
di granit atau batuan beku felsic lainnya (mengandung mineral felspar,
felspathoid, silica) - batuan beku asam. Uranium juga ditemukan dalam batuan
sedimen. Di bawah kondisi air tanah dekat permukaan, uranium dalam batuan
beku dapat teroksidasi dan teruraikan, ditransportasi air tanah, kemudian
diendapkan sebagai uraninit dalam batuan sedimen. Deposit uranium terbesar
Amerika ditemukan justru di batuan sedimen berumur Trias-Yura di Plato
Colorado (Utah, Arizona, Wyoming, New Mexico).

   

  Bagaimana di Indonesia ? Kita selama ini memang hanya mengenal Kalimantan
yang sering disebut sebagai sumber uranium terbesar di Indonesia. Pemetaan
bersistem sumberdaya mineral radioaktif oleh Sastratenaya dan Tjokrokardono
(Batan ?) (dipublikasi IAGI, 1985) bisa menjadi acuan awal. Dalam pemetaan
itu deposit mineral radioaktif di Indonesia (Barat khususnya) dibagi menjadi
tiga kategori : DSS - daerah sumberdaya spekulatif, DSSb (daerah sumberdaya
spekulatif berindikasi), DSP (daerah sumberdaya potensial). Urutan tingkat
keyakinannya adalah : 1. DSP, 2. DSSb, 3. DSS. DSP sudah sampai ke tahap
pemetaan sebaran mineralisasi permukaan dan atau bawah permukaan sampai
estimasi cadangan secara geologis. Sementara DSS masih dalam kajian bahan
pustaka. DSSb di antara keduanya, ada penyelidikan lapangan, tetapi belum
detail ke tahap mineralisasi dan cadangan. 

   

  Inilah wilayah2 mineral radioaktif Indonesia (Barat) : Aceh Tenggara,
Tapanuli, Sibolga, Sawahlunto, Muarabungo, Sarko, Lampung Tengah, Tukul,
Bakumpai, Bulit, Mahakam Hulu (semuanya DSSb), Kembayan (DSS), dan dua area
dengan DSP : Jalur Timah dan Laur Ella. Tercampur ke dalam wilayah2 ini
adalah semua mineral radioaktif (thorium, uranium, dll.). 

   

  Saya detailkan yang Laur Ella di Kalimantan yang terkenal sebagai deposit
uranium. Secara geologi, ini merupakan septa malihan dalam jalur tonalit
Mesozoic Schwaner. Mineralisasi tipe urat dan stock werk dalam fraktur
sekistositas dan breksi sesar, umumnya berasosiasi dengan sulfida.
Mineralisasi seingkapan, bongkah batuan berkadar U tinggi, asosiasi sulfida
dan monazit. Mineralisasi tidak beraturan, berasosiasi dengan greisen,
lamprofir dan material granitik, sulfida; kontrol tektonik. Batan pernah
melakukan survey detail beberapa tahun di wilayah dekat Melawi ini bekerja
sama dengan Prancis (kerja sama ini berakhir tidak mulus dan ada selentingan
bahwa Prancis telah mengeruk deposit uranium dari Melawi itu sampai
menimbulkan demo masyarakat setempat - Prancis menggantungkan 75 % energi
listriknya kepada PLTN)

   

  Di Indonesia Timur sebaran mineral radioaktif belum diketahui dengan baik
karena penelitiannya jauh tertinggal daripada penelitian sejenis di
Indonesia Barat. Tetapi, telah diindikasi  tujuh daerah di Sulawesi termasuk
Banggai Sula dan empat daerah di Papua, di wilayah2 yang secara geologi
terdapat batuan granitik dan felsik lainnya. 

   

  Demikian, silakan ditambahkan oleh rekan2 lain (Pak Daru dan Pak Andri
punya informasi banyak dan terkini pasti, silakan).

   

  salam,

  awang

   

  

 

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Untuk mempersiapkan PLTN tentunya kita perlu supply bahan bakar

pembangkit energinya

Selama ini saya nguprek-nguprek database tentang uranium hanya

tertulis yang ada di Kalimantan Barat saja (DESDM). Bagaimana dengan

daerah lain ?

Adakah potensi uranium di Indonesia Timur ?

Kawan-kawan "hard-rocker" barangkali bisa memebrikan sedikit

pencerahan, bagaimana proses keterdapatan endapan atau jebakan uranium

ini terbentuk. Dimana saja yang berpotensi untuk ditambang ?

 

Sharing donk

 

RDP

 

-- 

http://tempe.wordpress.com/

No one can monopolize the truth !

 

_______________________________________________

Kirim email ke