Saya menyambung posting sebelumnya tentang subyek yang sama, tetapi bagian II. Semoga berguna untuk rekan-rekan milis yang tak mengikuti pertemuan IPA minggu lalu, untuk sekedar tahu beberapa paper di antaranya.
Salam, awang 1. Middle-Lower Eocene Turbidites : A New Deepwater Play Concept, Kutei Basin, East Kalimantan, Indonesia (Wayne Camp dkk. –Anadarko Indonesia). Paper ini menerapkan konsep play turbidit Miosen yang sudah terbukti baik memproduksi hidrokarbon di Selat Makassar. Prosesnya sama, tetapi diterapkan untuk sekuen sedimen yang lebih tua, yaitu Middle-Lower Eocene. Area pembahasan paper adalah Selat Makassar di sebelah selatan Tinggian Mangkalihat. Dua tipe fasies turbidit sekuen ini bisa dibedakan : (1) thin-bedded, low net to gross distal turbidites, dan (2) thick-bedded, high net to gross proximal turbidites. Sebagai reservoir, tentu fasies 2 lebih baik sebab : porous dan quartzitic, juga tebal. Dua fasies ini dilaporkan ditembus beberapa sumur lama. Penelitian di Tinggian Mangkalihat menemukan oil seeps yang ketika dikarakterisasi berasal dari non-marine source rocks. Mengambil model deepwater play Miosen, diperkirakan bahwa source rocks-nya merupakan materi transported juga. KOMENTAR : Paleogen di Kutei Basin dan banyak cekungan di Indonesia Barat adalah sekuen transgresif, proses regresi yang akan menyebabkan lowstand di updip area diperkirakan tak akan maksimal seperti pada Miosen. Sehingga, erosi wilayah updip untuk kemudian ditransportasi dan diendapkan kembali di deep water area diperkirakan tak akan sebaik Miosen. Oil seeps asal non-marin tak mesti segera ditafsirkan sebagai transportes source rocks, bisa saja ia merupakan lacustrine non-marine source rocks yang diendapkan di graben-graben sisa rifting Makassar Strait saat Selat Makassar baru terbuka. 2. Hydrocarbon Prospectivity of the Savu Sea Basin (Toothill & Lamb –CGG Veritas), Savu Basin : A Case of Frontier Basin Area in Eastern Indonesia (Tampubolon & Saamena –ITB & Unpad). Dua paper ini membicarakan cekungan yang sama : Sawu (Savu) di antara Sumba dan Timor. Yang satu ditulis profesional berdasarkan data seismic baru (2002, 2007). Yang satunya lagi paper mahasiswa (S2 & S1) beradasarkan publikasi2 yang ada dengan penafsiran baru. Tentu kita tahu cekungan ini sangat under-explored. Tebal sedimen hampir 5000 meter di deposenternya. Tektonostratigrafinya memperlihatkan efek rifting, uplift dan erosion, pengendapan lagi, kemudian syn-collision. Batuan tertua diperkirakan Late Triassic menurut Toothill dan Lamb. Seismic baru menunjukkan banyak gas chimney dan bright amplitude, mungkin menunjukkan keberadaan good reservoirs dan hidrokarbon. Seeps data beradasarkan satelit muncul di beberapa tempat, dan berdasarkan seismic tempat2 seeps itu berkorelasi dengan deep faults yang sampai ke permukaan. Posisi Sawu saat ini adalah forearc basin. Bagian bawahnya diperkirakan mengandung potensi source rocks. KOMENTAR : Perdebatan tektonik Sumba sebagai mikrokontinen asal Sundaland atau Australia harus diselesaikan dulu untuk membangun model origin Savu Basin. Sumba masuk ke posisinya sekarang sebelum Neogen, bila ia mikrokontinen asal Sundaland. Tetapi bila ia produk escape tectonism dari collision Australia-Timor, maka ia ke posisinya sekarang pada Neogen. Sejarah tektonik ini akan berpengaruh kepada tektonostratigrafi Savu Basin. Basement cekungan diperkirakan kontinen, bukan intermediate apalagi oceanic. Ini akan berpengaruh kepada heatflow cekungan ini. Dengan ketebalan sedimen hampir 5000 meter, mestinya telah ada generasi hidrokarbon di bawahnya. Sumur Savu-1 di sekitar wilayah ini dibor Bocal tahun 1975 dengan kedalaman sekitar 1500 meter dan kering. Sumur ini tentu tak mengartikan Savu seabagai tidak prospek. Sumur bukan di posisi yang baik dan terlalu dangkal. Beberapa seismic terbaru cukup menjanjikan untuk petroleum system berjalan. 3. Application of Plate Reconstructions and 2D Gravity Modeling to Quantify Crustal Stretching during Continental Break-Up : A South China Sea Case (A. Mazur dkk –GETECH). Paper ini menceritakan sejarah pembukaan Laut Cina Selatan (SCS) berdasarkan dua school of thought : tektonik ekstruksi ala Tapponnier atau Molnar sepanjang Red River Fault, atau oleh slab pull saat subduksi terjadi di sebelah baratlaut Kalimantan. Data utamanya adalah gravity model, didukung data geologi. Analisis cenderung menyimpulkan bahwa mekanisme pembukaan SCS dominan oleh slab pull subduction proto SCS di bawah NW Kalimantan, sebab oleh mekanisme extruksi mestinya pull-apart basin, sementara SCS bukan pull-apart. Tetapi kemudian Mazur membuat modifikasi yang menghubungkan bahwa opening SCS bisa terjadi oleh dua mekanisme di atas, hanya Red River strike-slip displacement-nya dikoreksi menjadi sekitar 170 km. KOMENTAR : Escape tectonics (Burke dan Sengor, 1986) atau extrusion tectonics (Tapponnier dan Molnar, 1982) mengharuskan dua gejala terjadi pasca benturan : regional strike-slip dan crustal opening. Pada kasus Asia, hal ideal sebenarnya terjadi. Saat India collided Eurasia pada 50-45 Ma, maka terjadi beberapa sesar mendatar regional besar menjauhi pusat benturan menuju free oceanic edge saat itu. Sesar2 besar yang lari ke SE Asia menjauhi India saat itu adalah Red River Fault (RRF), proto-Sumatran Fault, Three Pagoda Fault, Wang Chao Fault dan banyak sesar lain. Crustal opening dicirikan oleh pembukaan Laut Jepang dan Laut Cina Selatan, terbuka oleh couple strike-slip fault besar yang searah. Studi Mazur dkk tak akan menunjukkan hal ini sebab mereka membatasi di RRF, padahal SCS terbuka oleh banyak sesar2 regional. Slab pull hanyalah suatu mekanisme sea-floor spreading di samping ridge-push dalam plate tectonics; tetapi kita harus mencari penyebab utama apa yang membuat SCS opening; dalam hal ini dari segi time and space, escape tectonics post India-Eurasia collision memuaskan. 4. Understanding Hydrocarbon-Bearing Reservoirs and Their Critical Factors for Deep Water Exploration in The Tarakan Basin, NE Kalimantan, Indonesia (Ukat Sukanta dkk –ENI Indonesia). Paper menceritakan evolusi Tarakan Basin, khususnya bagian deepwaternya. Menggunakan konsep yang sudah proven tentang deep-water play, paper berdasarkan data seismic, sumur, cores, dan biostratigrafi merekonstruksi kapan pengisian cekungan dalam ini terjadi. Pak Ukat dkk mengidentifikasi beberapa periode sea level drop di updip area sepanjang Middle-Miocene sampai Pliosen. Periode lowstand ini menjadi ajang erosi dan transportasi sedimen2 deltaik di updip Tarakan untuk kemudian diendapkan ulang sebagai deposit turbidit yang kaya akan pasir di wilayah slope dan basin floor fan. Penemuan2 hidrokarbon di wilayah slope Tarakan Basin membuktikan bahwa deepwater play berjalan di wilayah ini. KOMENTAR : Evolusi deepwater Tarakan mirip dengan evolusi deepwater Kutei, prosesnya sama, dan waktunya juga lebih kurang sama. Yang sedikit berbeda adalah deformasinya, terutama di bagian atas. Meskipun demikian, harus diamati sumber provenance yang berbeda antara Tarakan dan Kutei. Kutei terkenal mengalami maturation of sediments yang sangat baik dengan terjadinya beberapa recycle sedimen. Puncak2 antiklin di Samarinda antiklinorium telah menjadi sumber provenance sedimen sendiri melalui proses kanibalisasi, akibatnya pasir yang sangat kuarsaan diendapkan sampai jauh. Hal ini belum cukup diketahui terjadi di Kutei sebab deformasi wilayah updip Tarakan dengan deformasi wilayah updip Kutei sangat berbeda. -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... -------------------------------------------------------------------------------- tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 ----------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------------------------