Salam gunungapi,

Bumi memang mendingin secara gradual, tetapi sampai sekarang pun, dari 
bukti-bukti pengukuran GPS, lempeng-lempeng masih bergerak. Artinya adalah 
bahwa meskipun Bumi semakin mendingin, ia masih cukup panas untuk mempunyai 
sirkulasi material di mantel dan inti luarnya. Implikasi ini adalah bahwa 
bencana yang berhubungan dengan gerak lempeng seperti gempa dan letusan 
gunungapi masih bisa terjadi, termasuk yang katastrofik seperti erupsi Krakatau 
atau Tambora.

Khusus Krakatau, kita cek saja geologi dan sejarah letusan atau penelitian yang 
pernah dilakukan di sini, sejak zaman Verbeek (1885), dua tahun setelah letusan 
katastrofiknya (1883) sampai penelitian2 para ahli gunungapi Indonesia seperti 
Pak Tikno Bronto, Pak Yatno, Pak Gendoet, Pak Igan, dan yang lainnya. Kita juga 
harus melihat situasi tektonik tempat gunungapi itu muncul.

Berdasarkan rekonstruksi terbaru (misalnya dari Robert Hall, 1995-2003), Selat 
Sunda tempat Krakatau muncul, belum ada sebelum 10 juta tahun yang lalu. Selat 
ini berkembang dalam 10 juta tahun terakhir. Sebelumnya, Jawa masih terikat 
dengan Sumatra dalam arah yang mirip Sumatra yaitu BL-Tenggara. Kalau Jawa 
sekarang arahnya B-T, itu karena lepas dari Sumatra dalam 10 juta tahun 
terakhir kemudian terputar melawan arah jarum jam. Perpisahan Jawa-Sumatra ini 
membuka Selat Sunda, sehingga tidak mengherankan mengapa Selat Sunda menyempit 
di timurlaut dan melebar ke arah baratdaya, ini adalah efek rotasi 
anti-clockwise dengan titik rotasi (pivot point) di sebelah timurlaut. Yang 
menyebabkan Jawa terpisah dari Sumatra adalah majunya Australia ke arah utara 
di ujung Busur Banda. Apakah rekonstrksi ini benar ? Mungkin benar, seperti 
dibuktikan oleh pengukuran radiometric dan paleomagnetik beberapa batuan 
Paleogen-Neogen di Jawa yang dilakukan oleh Ngkoimani et
 al. (2006) yang menyimpulkan bahwa separuh Jawa bagian timur dulunya berlokasi 
lebih selatan daripada posisinya sekarang.

Sebuah rotasi Jawa yang anticlockwise dan Sumatra yang juga terputar clockwise 
(Barber et al., 2005) akan mengharuskan sistem retakan di Selatan Sunda sebagai 
retakan berorientasi BD-TL. Dan, sistem retakan ini telah dijadikan jalur lemah 
munculnya rentetan gunungapi di Selat Sunda dari Sebesi di selatan, Sebuku di 
tengah sampai Raja Bassa di utara. Gunung Peucang dan intrusi linear dykes di 
sepanjang pantai timur Pulau Panaitan harus dipandang sebagai bagian jalur ini. 
Dan, adalah Verbeek (1885) yang pertama kali menyebutkan bahwa Krakatau 
sebenarnya terletak di titik perpotongan dua jalur : jalur Sumatra yang 
BL-Tenggara dan jalur Selat Sunda yang BD-TL. Verbeek juga menulis dalam 
laporannya bahwa aktivitas panjang Krakatau disebabkan lokasinya yang merupakan 
focus injeksi magma, yang juga mempengaruhi bentuk dapur magmanya. Karena 
posisi tektonik Krakatau tidak berubah dalam 10 juta tahun terakhir ini, maka 
aktivitas erupsi yang sama yang pernah
 terjadi pada 1883 dan sebelumnya tak mungkin tak terjadi lagi. Hanya tingkat 
letusannya yang harus kita cermati. 

Bila ditelusuri riwayatnya, seperti banyak gunungapi lainnya, Krakatau punya 
sejarah panjang periode dormant (istirahat) dan erupsinya. Suatu siklus besar 
dalam kehidupan gunungapi bermula dengan tumbuhnya kerucut permukaan dan 
berakhir dengan keruntuhan sebagian puncak ini membentuk kaldera. Krakatau 
telah mengalamai dua siklus besar jenis ini. 

Siklus pertama Krakatau dimulai pada masa pra-sejarah, dan mungkin berakhir 
pada abad ke-5 Masehi. Selama siklus ini, sebuah kerucut andesitic terbangun 
sampai ketinggian sekitar 2000 meter -ini tentu disimpulkan dari rekonstruksi 
berdasarkan shattered remains-nya -sisa-sisa hancurannya. Ketinggian ini lebih 
dari dua kali ketinggian Anak Krakatau sekarang. Diameter kerucut ini sekitar 
15 km di dasarnya, sekitar setengah ukuran Gunungapi Merapi di utara 
Yogyakarta. Kaldera selebar 10 km mengakhiri daur ini dan menyisakan bekas2nya 
berupa empat pulau : Verlaten (Sertung), Krakatau (Rakata), Lang (Rakata Kecil) 
dan Police Hat. 

Uniknya adalah bahwa seorang peneliti bernama Judd (1888) menghubungkan 
berakhirnya siklus pertama Krakatau ini dengan "Pustaka Raja" sebuah buku 
berbahasa Jawa kuno yang menceritakan sebuah letusan dahsyat di sebelah barat 
Jawa. Terjemahan uraian dalam Pustaka Raja adalah "Dalam tahun 338 Syaka (416 
M) sebuah bunyi Guntur terdengar dari pegunungan Batuwara (sekarang disebut 
Pulosari di utara Banten), yang kemudian dijawab oleh bunyi Guntur yang yang 
sama berasal dari gunung Kapi (Krakatau ?), yang terletak di sebelah barat 
Banten. Api besar yang menyala mencapai langit keluar dari Kapi, disertai oleh 
hujan badai. Suaranya begitu menakutkan, dan akhirnya gunung Kapi dengan 
raungan dahsyat hancur berkeping-keping." (ditulis ulang dari Simkin dan Fiske, 
1983).

Siklus kedua Krakatau dimulai ketika sebuah kerucut basalt yang kaya olivine 
muncul di tepi tenggara kaldera siklus pertama. Tinggi Krakatau saat itu 800 
meter. Kemudian letusan-letusan berikutnya telah bergeser mengikuti jalur 
utara-baratlaut membentuk kerucut-kerucut Danan dan Perboewatan yang terbuat 
dari material andesitic kaya hipersten. Laporan-laporan dari pelayaran di Selat 
Sunda menyebutkan bahwa Perboewatan muncul pada 1680 dengan ketinggian yang 
lebih rendah dari Krakatau. Seperti juga terjadi di kaldera Tengger saat ini, 
maka gunung-gunung di dalam kaldera akan semakin kecil semakin muda, dan yang 
paling kecil berlokasi di titik geseran paling ujung.

Siklus kedua ini berakhir pada hari Senin 27 Agustus 1883 pukul 10.00 (Simon 
Winchester, 2000)dalam sebuah letusan paroxysmal yang terkenal itu, yang juga 
melenyapkan Perboewatan, Danan, dan setengah badan sebelah utara Krakatau. Saat 
itu langsung terbentuk kaldera sedalam 300 meter yang berisi air laut. 
Pengukuran hidrografik setelah masa letusan berakhir menunjukkan bahwa kaldera 
siklus kedua ini hampir sama dimensinya dengan kaldera siklus pertama, tetapi 
ia memanjang agak ke selatan baratdaya, menunjukkan runtuhan dapur magma 
mengikuti struktur regionalnya.

Siklus ketiga bermula ketika Anak Krakatau (Krakatau yang kita kenal sekarang) 
muncul pada suatu pagi pada tahun 1927 (van Bemmelen, 1949). Sang Anak tumbuh 
dengan cepat, jauh melebihi kecepatan pertumbuhan makhluk hidup mana pun, yaitu 
sekitar 5 meter per tahun (Willumsen, 1997). Anak Krakatau saat ini dibangun 
oleh material basaltic. Kapan siklus ketiga ini akan berakhir, mengikuti 
sejarah ayah dan kakeknya, maka ia akan meletus hebat ketika material magmanya 
sudah menjadi asam. Mungkin letusannya tak akan sehebat tahun 416 atau 1883, 
tetapi dengan makin padatnya penduduk sekitar pantai Banten dan Lampung; maka 
jumlah korban potensial bisa lebih besar daripada letusan 416 dan 1883.

Penelitian para ahli gunungapi Belanda van Bemmelen (1949), Verbeek (1885) dan 
G.A. de Neve (1981) - de Neve adalah kawan senior saya sesama pemburu buku 
loakan di Cihapit Bandung 1977-1980 -ternyata saya juga akhirnya jadi seorang 
geologist seperti de Neve, saat itu saya anak SMP yang haus buku tetapi tak 
punya uang sehingga bisanya hanya membeli di loakan sedangkan de Neve adalah 
seorang gurubesar geologi...hm sedikit nostalgia-berhasil merekonstruksi kimia 
magma semua siklus dormant dan erupsi Krakatau. Mereka menyimpulkan bahwa 
Kompleks Krakatau selalu mulai dengan magma basalt, maju ke andesite, dan 
meletus hebat secara paroxysmal ketika magmanya menjadi asam (riolitik). 
Menurut rekonstruksi mereka (dikompilasi dengan sangat baik oleh Willumsen, 
1997), letusan hebat Kakek Krakatau pada 416 M (?) terjadi saat komposisi magma 
riolitik mencapai Kadar SiO2 70 %, begitu juga dengan erupsi Krakatau 1883 yang 
meletus hebat saat komposisi magma mencapai 70
 % SiO2. Nah, si Anak Krakatau ini agak lain - plottingnya tak mengikuti kakek 
dan ayahnya -mungkin datanya lebih banyak; yang jelas Anak Krakatau sejak 
lahirnya pada tahun 1927 sampai sekarang tak pernah mencapai komposisi magma 
riolitik (> 65 % SiO2). Saat letusannya pertama terjadi pada tahun 1930 ia ada 
di level SiO2 62 %. Tahun 1960 bahkan magmanya berdiferensiasi menjadi basaltic 
dari andesit, sekarang tengah andesit. Saat level SiO2-nya sudah mencapai 65 % 
di situlah mulai membayang letusan paroxysmal. Melihat kecenderungannya, 
mungkin ini akan terjadi masih jauh dari sekarang, paling tidak tak sampai 100 
tahun dari sekarang. 

Begitu kalau mengikuti kimia magma, tetapi Verbeek (1885) dan Judd (1888) punya 
teori unik tentang mengapa Krakatau 1883 meletus begitu hebat. Mereka percaya 
bahwa air laut yang merembes ke kantong magma telah berperan dalam hal ini. Air 
ini akan menaikkan tekanan. Magma naik akibat tekanan tambahan dari air ini. 
Magma yang naik ini akan menggerogoti akar kerucut volkanik di atasnya sampai 
badan kerucut gunungapi menipis seperti seperti selaput saja. Ketika selaput 
gunungapi ini runtuh, laut akan punya akses masuk ke kantong magma dan 
menyebabkan erupsi besar yang melemparkan pumis (batuapung). 

Kalau kakek Krakatau benar meletus pada 416 M sesuai Pustaka Raja, dan kita 
tahu Krakatau 1883 meletus sama hebatnya pada 1883, maka terbentang periode 
selama 1467 tahun. Dalam masa itu terjadi diferensiasi magma Krakatau dari 
riolit-andesit-basaltik-andesit-riolit. Bila kimia magma satu-satunya kunci ke 
letusan paroxysmal, maka periode letusan paroxysmal Anak Krakatau mungkin akan 
terjadi pada 1883 + 1467 = tahun 3350. Ini tentu hitungan di atas kertas dan 
menyederhanakan sekali banyak hal serta menggunakan banyak asumsi yang semuanya 
bisa salah besar seketika.

Yang penting adalah amati terus kimia magma Anak Krakatau. Hati-hati saat ia di 
ujung andesitic dan mau masuk ke riolitik. Kapan itu akan terjadi kita tak tahu 
sebab pengetahuan kita begitu tak sempurna sementara Mother Earth punya banyak 
misteri.

Demikian, semoga berguna.

Salam,
Awang


--- On Tue, 6/23/09, Hiltrudis Gendoet Hartono <l3c04...@yahoo.com> wrote:

> From: Hiltrudis Gendoet Hartono <l3c04...@yahoo.com>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Masih mungkinkah ada letusan gunungapi sedahsyat    
>   Krakatau atau  Tambora ?
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Tuesday, June 23, 2009, 2:50 PM
> Salam gunung api,
> 
> Ikut nimbung ya...setuju dengan pendapat pak Yatno...selain
> itu juga perlu diperhatikan durasi lama hidup dan waktu
> istirahat gunung apinya...disini waktu istirahat g.api
> berhubungan dengan pengumpulan energi atau pengakumulasian
> faktor-faktor energi dalam usahanya untuk membongkar penutup
> kawah bahkan bodi kerucut bagian atas g.apinya. Waktu
> istirahat bisa mencapai ratusan tahun bahkan ribuan tahun
> (Ferari, 1995).... tampaknya waktu istirahat panjang
> tersebut bukan umur kita, namun secara statistik apa ada
> gunung api di Indonesia yang sdh beristirahat selama itu
> (?), nah itu yang perlu kita cari atau tanyakan ke mas Igan
> dan Zen.....he he..ke pak Surono langsung ya. Durasi itu 
> kemungkinan juga berujung kepada perilaku magma yang selalu
> menjadi lebih asam (Bowen series).......suwun.
> 
> hgh
> 
> --- On Mon, 6/22/09, yuw...@gc.itb.ac.id
> <yuw...@gc.itb.ac.id>
> wrote:
> 
> From: yuw...@gc.itb.ac.id
> <yuw...@gc.itb.ac.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Masih mungkinkah ada letusan
> gunungapi sedahsyat      Krakatau atau 
> Tambora ?
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>,
> "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>
> Date: Monday, June 22, 2009, 6:51 AM
> 
> 
> Letusan sebesar Krakatau ataupun Tambora masih sangat
> mungkin terjadi.
> Letusan besar seperti itu tidak ada kaitannya dengan suhu
> bumi yang
> mendingin. Letusan katastropis (ultra Plinian) berhubungan
> dengan
> akumulasi tekanan yang salah satu faktornya adalah
> komposisi magma yang
> semakin asam sehingga mengental dan menyumbat lubang
> kepundan.
> Salam,
> Yatno. (YSY)
> 
> > Ada sebuah pertanyaan yang datang dari pembaca Dongeng
> Geologi.
> > Apakah di bumi ini masih ada kemungkinan gunung
> meletus sekuat letusan
> > Tambora atau Krakatau ? Ataukah bumi sudah mendingin
> sehingga letusan
> > besar sudah tidak akan terjadi lagi ?
> >
> > Logikanya sih sepertinya OK saja, karena memang bumi
> ini mendingin
> > sejak terbentuknya dulu, sehingga "mungkin" letusan
> besar tidak akan
> > terjadi "lagi". Hmm tetapi spekulasi seperti ini juga
> berbahaya.
> > Ada komentar ?
> >
> > RDP
> >
> >
> --------------------------------------------------------------------------------
> > PP-IAGI 2008-2011:
> > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak
> biro...
> >
> --------------------------------------------------------------------------------
> > ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
> > yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
> > 13-14 Oktober 2009
> >
> -----------------------------------------------------------------------------
> > To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> > To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> > No. Rek: 123 0085005314
> > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> > Bank BCA KCP. Manara Mulia
> > No. Rekening: 255-1088580
> > A/n: Shinta Damayanti
> > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard
> to information
> > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or
> others. In no event
> > shall IAGI and its members be liable for any,
> including but not limited to
> > direct or indirect damages, or damages of any kind
> whatsoever, resulting
> > from loss of use, data or profits, arising out of or
> in connection with
> > the use of any information posted on IAGI mailing
> list.
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> >
> >
> 
> 
> 
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak
> biro...
> --------------------------------------------------------------------------------
> ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
> yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
> 13-14 Oktober 2009
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to:
> iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to:
> iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
> information posted on its mailing lists, whether posted by
> IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be
> liable for any, including but not limited to direct or
> indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
> resulting from loss of use, data or profits, arising out of
> or in connection with the use of any information posted on
> IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
> 
> 
> 
> 
>       




--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke