Saya kira industri m&gb menuntut keduanya (idealnya) sekaligus: sekil 
workstation (tools/software) dan ilmu (pengetahuan/logik/nalar) geologi yang 
cukup .. keduanya seharusnya tidak dipisahkan .

Memang mengusai sekil (tool) 'lebih mudah' asal punya common sense yg cukup krn 
bersifat engineering (umumnya predictable/'pasti', uniform, linear, statik, 
finite, reproductive) sedangkan geology/nature adalah kompleks, anisotropik, 
open system, nonlinear,unik/empirikal etc..jadi enggak heran untuk newcomers 
biasanya mulai dengan menguasai tools dan ini path yang wajar saja. 

Nalar geologi akan bertambah saya kira dengan bertambahnya masa kerja ...saya 
aja merasakan celik matanya mengenai konsep dan kebenaran geologi setelah 
bertahun-tahun bekerja..(soalnya banyak hal dulu hanya di telen/hapal hehehe) 
.. jadi memang perlu kemauan belajar terus menerus (i.e. baca, aktif dalam 
komunitas profesi dll juga pelatihan/virtual&actual mapping dan mentoring 
seperti Pak Awang singgung)

Omong2 Pak Ben, apakah di ITB misalnya sudah (lebih) difokuskan adanya major  
Geologi Perminyakan dengan ditambahkannya beberapa mata pelajaran yang baru 
mis. Reservoir Engineering, Rock/Petro Physics, Seismic, Drilling? Jaman saya 
untuk mata kuliah yg berhubungan (langsung) dgn Petroleum Geology hanya Geologi 
M&GB saja sedangkan Well Logging & Subsurface Geology hanya elektif . Mohon 
updatenya

Salam
SH


--- On Sun, 4/4/10, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> wrote:

From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar      
Geologi?
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, 
"Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Date: Sunday, 4 April, 2010, 10:22 PM

Bila teknologi berdampak negatif, teknologi itu sendiri tidak bersalah, yang 
bersalah adalah orang yang menggunakan teknologi itu. Teknologi adalah 
implikasi tuntutan zaman. Ia diciptakan karena tuntutan zaman. 
 
Software geologi/geofisika dibuat untuk membantu pekerjaan-pekerjaan 
geologi/geofisika. Software2 tersebut diciptakan karena tuntutan zaman, saat 
ekplorasi migas semakin sulit, saat semakin diperlukan integrasi antar berbagai 
aspek, saat diperlukan kuantifikasi, saat diperlukan iterasi atau pengulangan 
analisis yang melibatkan data yang masif, saat diperlukan kecepatan dan 
ketepatan. Tak ada yang sempurna, begitu pun dengan software. Ada bagian-bagian 
lemahnya, bagian-bagian yang harus dikoreksi atau dilengkapi dengan nalar otak 
manusia. Maka menerima bulat-bulat hasil analisis software adalah suatu 
kesalahan. Analisis softwar adalah suatu mata rantai, bukan keputusan final, ia 
masih harus dicek dan disintesis oleh otak manusia. Tidak melakukan penalaran 
atas hasil software, maka bisa berakibat fatal.
 
Generasi muda berada dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan generasi 
pendahulunya. Mereka berada di tengah kepungan teknologi dan software canggih, 
sementara generasi pendahulunya masih sepi dari software, mereka hanya 
mengandalkan otak dan tangannya. Kampus-kampus kini dibanjiri 
mahasiswa-mahasiswa geologi, para dosen kesulitan membagi perhatian yang penuh 
untuk setiap individu. Bila dulu saya kuliah geologi dengan 30 teman 
seangkatan, kadang-kadang hanya 20 teman; sekarang mereka kuliah dengan lebih 
dari 100 teman seangkatan. Dulu, saat ke lapangan, dosen bisa meminta 
setiap mahasiswanya memerikan singkapan yang dilihat di depannya. Kini, belum 
tentu setiap mahasiswa bisa melihat singkapan itu sebab terhalang oleh puluhan 
temannya di depan, apalagi bisa memerikannya. Dulu, mencari kapling pemetaan 
tak terlalu susah, sekarang, susahnya bukan main mencari kapling pemetaan yang 
belum banyak dipetakan sebelumnya. Dulu, dosen bisa leluasa memeriksa
 latihan map contouring atau analisis log setiap mahasiswanya dan 
memberitahukan kesalahan mereka satu demi satu; sekarang dengan ratusan 
mahasiswa yang dibimbingnya apa masih mungkin melakukan hal itu sementara para 
dosen pun mesti membina kariernya juga ? Dulu, saat melamar pekerjaan tak ada 
tuh yang namanya harus bisa menjalankan software ini software itu. Sekarang, 
yang bisa menjalankan software ini software itu dianggap nilai plus.
 
Nah, dengan situasi-situasi dahulu dan kini yang berbeda seperti di atas itu, 
apakah kita layak mengharapkan para generasi muda geologi punya nalar geologi 
yang sama seperti generasi pendahulunya ? Generasi muda dan generasi pendahulu 
punya kecanggihannya masing-masing. Kecanggihan2 dua generasi ini mesti 
digabung, bukan yang satu menyalahkan yang lain. Generasi muda tentu kurang 
pengalaman dibandingkan pendahulunya. Generasi pendahulu waktu baru memulai 
kariernya pun banyak kesalahan yang dibuatnya, yang wajar sekali diulangi oleh 
penerusnya juga. Kesalahan adalah alat ajar terbaik untuk menuju hal yang 
benar. 
 
Di sebuah perusahaan minyak nasional, saya melihat harmoni yang baik antara 
generasi muda dan generasi pendahulunya. Yang muda menggunakan ketrampilannya 
bermain software. Yang senior memeriksa hasilnya lalu mengoreksinya menggunakan 
nalar geologi lewat mentoring. Mentoring ini lama-lama akan memperbaiki 
kualitas pekerjaan yang muda. Bila dilakukan secara persistent dan konsisten 
serta yang muda mau belajar dan yang senior sabar dalam mengajar,  maka 
generasi muda ini akhirnya akan serbacanggih, canggih dalam menjalankan 
software, canggih dalam bernalar geologi. Wow...kemampuan yang langka ! Di 
perusahaan yang sama, sering diundang para ahli geologi berkaliber nasional  
yang tentu saja nalar geologinya tak usah diragukan lagi. In-house training 
dilakukan, dalam usaha membuat para generasi muda memiliki nalar geologi yang 
canggih.
 
Harus diakui bahwa profesionalisme geologi memang secara global menurun (Rose 
dan Sonnenberg, 2006). Menurut Weimer (1980, 1984) dan Sonnenberg (2004), ada 
tujuh penyebabnya : 1. kekurangan sikap profesional, 2. kekurangan etika 
profesional, 3.kekurangan continuing education, 4. kekurangan mentor, 
5.kekurangan penghargaan atas profesionalisme, 6. kesalahan kriteria sukse, 7. 
pendekatan instan. 
 
Saya ingin menekankan yang nomor 4, bahwa setiap generasi pendahulu, para 
senior, adalah mentor generasi mudanya. Bila kita ingin para generasi muda 
bernalar geologi sebaik kita, mari kita melatihnya sebab memang mereka ada di 
situasi yang kurang kondusif seperti zaman kita yang bisa menantang nalar 
geologi. Dan, untuk ibu/bapak dosen2 di perguruan2 tinggi pikirkanlah cara 
terbaik kegiatan belajar dan mengajar di tengah situasi yang kurang kondusif 
ini agar para lulusan geologi dapat bernalar geologi yang baik, tidak hanya 
canggih bermain software.
 
"Understanding is seldom gained from a distance." - Robert C.Shoup (2006)
 
(Saat peta hasil CPS3-nya salah, tak nalar, mari kita koreksi dan lakukan 
mentoring dari dekat, kelak ia tak akan mengulangi kesalahannya lagi sebab ia 
memperoleh satu nalar dari kita).
 
salam,
Awang
 

--- Pada Ming, 4/4/10, Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id> menulis:


Dari: Benyamin Sapiie <bsap...@bdg.centrin.net.id>
Judul: Re: [iagi-net-l] Fwd: Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 4 April, 2010, 7:47 PM


Ini adalah dampak negatif atau buntut dari kemajuan teknologi, contoh saja
awalnya pemakaian kalkulator yg berakibat banyak pendekatan aljabar,
trigonometri bahkan statistik praktis menghilang dengan sendirinya karena
tinggal pencet.  Auto picking, algoritma kontur belum lagi 3D modeling
dll., yang semuanya menjanjikan solusi canggih dan akurat bahakan tanpa
atau sedikit sentuha geologist...wow luar biasa.. (moga2 tidak ada auto
mapping ya..) Akibatnya seringkali hasilnya tidak dievaluasi karena tidak
mengerti apa yang harus QC utk mencheck yang salah. Hal ini terjadi karena
pengetahuan dasar geologinya kurang bahkan seringkali tidak tahu. Tetapi,
pemakaian teknologi canggih jelas tidak bisa dihindarkan karena kita sudah
berada dalam dunia teknologi maju yang harus bisa dimanfaatkan utk
kepentingan ilmu geologi, tetapi memang tidak boleh kebablasan serta perlu
pengetahuan dasar yang baik tidak hanya know how..

Masalah pemetaan memang sudah sangat menyedihkan serta memprihatinkan.
Secara umum keadaannya memang seperti agurmennya vita, sehingga ini juga
yang membuat kami di dunia pendidikan ditantang harus membuat strategi
yang berbeda untuk pendidikan masa depan (future geologist). Kata back to
basic yg sering terdengar itu memang harus tapi harus dengan pemanfaatan
teknologi yang ada.

Selain itu industri juga yang harus awas dalam membantu menseleksi calon
geologist muda, harus juga melakukan tatap muka dan mengevaluasi yang
mendalam calon tidak hanya berdasarkan IP tinggi. Hal ini akan sangat
membantu kami yang ada dalam dunia pendidikan karena memberikan dampak
positif bagi mahasiswa yang memang true geologist.

Mungkin juga definisinya profesi geologistnya harus ditambah subtitle
seperti: petrologist, sedimentologist, paleontologist dll. Sehingga bisa
ada batasan dalam soal keahlian dan pengetahuannya.

Saat ini kami terus berusaha dan kampanye field mapping as a heart and
soul every geolgists.

Salam.

Ben Sapiie





---------- Forwarded message ----------
From: Ida Bagus Ari Kresnawan <ibari.kresna...@yahoo.co.id>
Date: Sun, 4 Apr 2010 12:14:17 +0700
Subject: RE: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?
To: iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com

-TOPBS- .....
Setuju banget.
Apapun kerjaan kita,
Walaupun tidak bekerja sebagai geologist,
Tapi 'JIWA' geologist kita selalu ada ...
saat jalan2 pun kita selalu berfikir kenapa ini dan itu bisa terjadi.
Misal :
Kalau orang awam mengkomentari Banjir di Jakarta, pasti tanggapannya hanya
berkisar
Tentang

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Sunday, April 04, 2010 10:54 AM
To: IAGI; geologi...@googlegroups.com
Subject: [iagi-net-l] Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi?

PErcaya ngga ? .....
Ah masa sih ?RDP
Generation Y: Lebih tidak punya Nalar Geologi? <goog_1582993258> by
Parvita
S*(Saya tulis blog ini dengan bahasa Indonesia juga, agar bisa dibaca oleh
rekan2 mahasiswa Jurusan Geologi maupun mahasiswa2 di Indonesia).*
<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02501.jpg>

True geologist appreciate geology, however they are

Saya mulai merasa sedikit khawatir dengan generasi muda sekarang.  Apakah
mereka benar *passionate *tentang geologi?  Apakah mereka hanya sekedar
operator software?  Saya cerita sedikit mengenai pekerjaan seorang
geologist
maupun geoscientist di perusahaan minyak (tentunya applicable di
perusahaan2
lain yang membutuhkan interpretasi bawah permukaan juga).

Pekerjaan seorang geologist di perusahaan minyak mencakup mengumpulkan
data
bawah permukaan, membuat peta, membuat rekonstruksi paleo-depositional
environment, dan interpretasi.  Interpretasi inilah yang menentukan apakah
seorang geologist itu geologist yang baik atau bukan, dengan kemampuan
mempertahankan hipotesanya atas kesimpulan yang diambil.
<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/imac.jpg>

Gen Y: Gadget and software operator generation?

Sekarang banyak sekali *software* yang mempermudah pekerjaan seorang
geologist.  Mulai dari perangkat lunak pemetaan yang membantu seorang
geologist untuk membuat peta permukaan, modeling bentuk reservoir,
modeling
bentuk cekungan untuk interpretasi regional dan juga *software *untuk
mengetahui sifat fisik batuan yang dibor, untuk mengetahui kadar
hydrocarbon
dari sekuen batuan yang telah dibor.  Sepertinya tinggal pencet, sudah,
keluar semua parameter.

Zaman saya dulu, taruhlah pemetaan.  Semua dilakukan dengan tangan.
Sembari
menarik garis, kami dipaksa untuk memikirkan geologi bawah permukaannya.
Apakah mungkin garis ini saya tarik ke utara?  Bagaimana struktur
regionalnya?  Kalau saya buat penyebaran batuannya seperti ini, apakah
konsisten dengan geologi regional yang sudah ada? Sehingga peta yang
dihasilkan adalah hasil dari pemikiran matang dari seorang ilmuwan.

Sekarang, dengan kemudahan pemetaan dengan segala *software, *orang2
seakan
lupa dengan konsep pemetaan.  Masukkan data interpretasi horizon, atau
isochron/isopach,  masukkan ke program pemetaan, *voila*, peta jadi.
Padahal, pemetaan bawah permukaan harus selalu diteliti kembali dengan
data
yang kita punya.  Kenapa tiba2 di sini ada tinggian?  Kenapa di sini
kecepatannya lebih cepat?  Proses pemetaan adalah proses interpretasi
kembali, yang membutuhkan kegiatan kembali melihat data, modifikasi, dan
lain-lain.  Bukan hanya sekedar pencet tombol, lalu keluar peta dan
presentasikan di depan management.

Sama seperti attribute yang digunakan di program2 geofisika.  "Bright
Amplitude" adalah salah satu, sekali lagi, *hanya salah satu* petunjuk
bahwa
di sekuen itu terdapat beda impedance.  Bukan karena ada hidrokarbon saja.
Amplitude anomaly, hanya menunjukkan perbedaan sifat fisik batuan.  Hanya
menunjukkan beda akustik impedance.  Tetapi banyak, terutama geophysicist,
yang tidak berpikir lebih jauh, *bagaimana menerjemahkan hal tersebut
sebagai geologi?  Bagaimana memasukkan hydrocarbon ke dalam system
tersebut?  Apakah itu benar channel yang berisi pasir? *
<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc02602.jpg>

Small scale reversed fault. Scale is important when interpreting.

Ini yang kadang mengecewakan saya.  Dengan arogannya, seorang lulusan
geologi menulis di CV sudah pernah memakai software ini itu.  Padalah
kalau
interview dengan saya, fresh graduate ini saya sodorkan batu.  Dan begitu
deskripsi batuan, atau saya beri contoh soal mengenai singkapan di
lapangan,
mereka gelagapan.

Berkali-kali saya ungkapkan, pemakaian software itu bisa dilatih. Hanya
yang
perlu adalah, *basic understanding of the philosophy of the geology* dan
apakah mereka tahu apa yang dilakukan oleh komputer tersebut.  Kenapa
ada *bulls
eyes *dalam peta?  Apakah itu real?
<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/chinese-geologist-marking_swt103
9.jpg>

Mapping. Are you really mapping?

Saya ingat pengalaman berdebat dengan seorang expat yang menghasilkan peta
dan kami sedang meeting di depan boss kami.  Ketika saya perhatikan
petanya,
semua yang di ujung2 line seismik memberikan fenomena yang aneh, sehingga
bentuk peta yang dihasilkan menjadi aneh pula, dan tidak menunjukkan
kondisi
geologi yang real.  Begitu ditanya, dia hanya gelagapan.  Satu skor buat
saya.  Peta saya malah tidak pakai rumus ini itu, tetapi lebih ke arah
melihat trend, kombinasi antara batuan yang ada, dan tarik tangan alias
manual.  Dan herannya, generasi2 muda ini malas untuk kontur tangan.
Malas
untuk kalkulasi cadangan dengan memakai kertas grafik.

Apakah karena di era serba cepat dan komputer ini semua ingin serba mudah
tanpa menggunakan otak dan nalar geologi mereka lagi?  Karena kalau hanya
pencet tombol, anak LPK Tarakanita juga bisa.  Kalau hanya tarik horizon
di
seismik mengikuti amplitude yang anomali tanpa memikirkan implikasi
geologi
atas interpretasi, keponakan saya yang SD juga bisa.  Sebagaimana menarik
horison sea bottom.

Dan jangan kira ini  hanya fresh graduate saja.  Kadang2 yang berpengalama
5-7 tahun juga demikian.  Kalau sudah begini, saya lihat petanya, saya QC
kembali, lihat *throw* di sesar2, wah, saya bisa suruh mereka untuk ulang
mapping lagi.

Apakah Gen Y sekarang memang lebih canggih dengan software dan gadget2
teknologi tetapi lebih lemah dalam memakai nalar dan otaknya?  Memang
*passion
*terhadap ilmu geologi tidak dimiliki semua geologist.  Itu akan tercermin
dari hasil interpretasinya, hasil kerjanya dan buah karyanya.  Dan
tentunya
ini juga tercermin dari produk hasil pekerjaannya.
<http://parvita.files.wordpress.com/2010/04/dsc03324.jpg>

Me, interpreting the rocks, East Kalimantan

Seorang geologist atau geoscientist harus bisa menerjemahkan data menjadi
sebuat konstruksi batuan.  Seorang geoscientist yang baik tidak akan hanya
menyerahkan data untuk diolah semata-mata oleh sebuah perangkat mati.
Seorang geoscientist tidak hanya berhenti pada deskripsi batuan dan
pengumpulan data, tetapi juga rasa keingin tahuan terhadap fenomena
geologinya akan membuat ia tidak tidur semalam suntuk memikirkan proses2
alam, yang berakhir kepada pensyukuran dan pengakuan penuh terhadap
kebesaran Tuhan sang Maha Pencipta.

Lets look at the rocks, think about the process and just let computers be
computers, to make our job easier.  Not to think for us.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap
spam
http://id.mail.yahoo.com

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out
of or in connection with the use of any information posted on IAGI
mailing list.
---------------------------------------------------------------------


--
Sent from my mobile device

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with
the use of any information posted on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------



--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------




      Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/


      Get your new Email address!
Grab the Email name you&#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke