Ahamdullilah, sudah ada banyak kemajuan tentang penyelesaian gempa. Ini muncul dari dosen Geofisika FMIPA UGM, Dr. Wahyudi. Orang yang tekun, rajin, dan selalu semangat menebar salam kesemua orang. Nah, bagaimana Atropatena akan menyumbang prediksi gempa, kita tunggu ulasan dari dhen baguse yang punya teori. Paper Atropatena, muncul (yang ku tahu pertama kalinya) di Ultah ke-50 Teknik Geologi UGM Agustus 2010 lalu. Waktu itu mas Salam, juga sibuk menebar Salamology di situ. Di Bulan yang sama 3 tahun sebelumnya, 6-9 Agustus 2006, di publikasikannya Siklus LINDU" Large Intensity Natural Disassater from Undeground". Di lanjutkan Siklus REDI "Recorded Evolution, Development, and Implication" of Merapi, di bulan berikutnya. Ketiganya, di tempat Hotel yang sama (Hotel Mercure) di Ngayogjokarto Hadiningrat itu. Konsep Siklus LINDU, dan REDI, menilik sejarah gempa di seluruh Indonesia, yang mempunyai siklus 70 th. Ini dari data th 1800-2000 Masehi. Terbagi menjadi 10 tahunan dari 1934-2011, maka puncak adalah th 2003-2011. Dua pereode 70 th sebelumnya, puncak selalu di ujung atas waktunya. Kejadian itu terjadi ketika Kalender Salam, dua dimensi grafik Salam unit vs Tahun, adalah kondisi pada infection point down, zcd "zeco cross down", kecepataan perubahan maximum pada siklus sinusoidal Salam. Ini bersesuaian dengan perubhana terbesar untuk Global temperatur memanas, muka laut naik, gravitasi membesar, elektromagnetik membesar, bumi mendekat matahari. Lebih lanjut, gempa lebih banyak di minggu purnama dan minggu bulan mati, di banding dua minggu lainnya di suatu bulan. Di ketuai dhen bei Djedi, di tahun 2007 di Bandung, konverensi Seismo Electromagnetic, Prediksi Gempa dengan Elektromagnetik, memperlihatkan perubahan magnetik seminggu sebelum gempa. Tawaran alat dari Jepang di ajukan untuk prediksi itu. Saya belum tahu, apakah Indonesia membelinya. Dan sejauh mana ini aplikasinya. Salamology telah anjurkan penempatan geophone spacing 35 km sepanjang pulau di mana dekat subduction zone, Sumatra-Jawa-Nusatenggara, Banda, Sulawesi, Sangihe, Irian. Berharap, data gempa kecil, sekecil 1 SR bisa di deteksi, untuk melihat kebenaran siklus LINDU (dengan data yang lebih banyak, tak hanya lebih besar 6 SR yang ku punya kini), untuk menduga apakah bisa meramalkan gempa besar akan terjadi. Gempa besar, sering di dahului dengan gempa-gempa kecil yang terus meningkat intensitas dan jumlahnya. Gitu hipotesanya mas Mar. Gelombang massa, yakni Gelombang Masmar, perlihatkan massa dengan pereode 7x10^n, untuk n dari -21 hingga +28. Lempeng tektonik terpotong-poting dengan 700 km, 70 km, 7 km, dan gelobang kecilnya yang tak sampai memotongnya. Ada gelombang warna, gelombvang elektromagnetik, Gamma, Beta, Alpha, dengan pereode Masmar tadi. Yang surprise juga, belum sebulan ini, saya dapatkan grafik ketinggian air sungai di 4 kota Spanyol, sejak 1966- sampai 1992, yang ke empatnya amat tinggi korelasinya (93 %) dengan siklus 7 th, minimum air adalah th 1969, 1976, 1983, dst. Ini bersaman dengan tingkat ekonomi global, terprediksi dari garfik Bunga Bank Kanada 1919-2009, terendah pada tahun-tahun itu. Seminggu ketemu pak henri Posaamenter di Senggigi, Lombok 23-27 Mei lalu, membuat beliau makin manthuk-manthuk, terperanjat, atas 'coisident' yang amat banyak dari Gelombang Masmar Salam ini. Di namai apaya ya siklus muka air sungai global ini ? TOYA ? (a di baca seperti a pada kata sega, lima, maca dalam aksen Bhs. Jawa). Mau bikin Siklus TOYA ach.... Wass, Maryanto. Bisa juga di baca di blog kami, juga lihat kaitan papernya : http://salamology.wordpress.com/forum-discuss/#comment-161