Saya justru mendukung sosialisasi ilmu geologi ke segala arah seperti yg
dikatakan pak Saiful atau yg sudah dilakukan oleh pak Awang sehingga
blunder2 teologi tidak perlu terjadi lagi. Saya salut dgn apa yg telah
dilakukan pak Awang, paling tidak bisa menjembatani antara teologi dengan
ilmu pengetahuan. Dan bisa menjawab keberatan2 kaum skeptis serta membuka
mata lebar2 kaum fundamentalis.
Adanya IAGI net ini salah satunya (saya pikir) tujuan utamanya adalah ingin
mengembangkan keilmuan kita dibidang geologi secara khusus. Jadi ranahnya
adalah keilmuan "ilmu manusia"(dalam tanda kutip). Sedangkan "ilmu
allah"(istilah pak Chairul) mempunyai ranah yg berbeda, contoh "ilmu allah"
tidak bisa menjawab secara detail kejadian2 geologi yg terjadi. Paling2
hanya menyentuh kulit bagian luar dari ilmu alam selebihnya hanya kepandaian
sang geologist ber"retorika".
Saya akan memberi contoh hubungan "ilmu manusia" dgn "ilmu allah", sejak
manusia diciptakan telah dianugerahi kecukupan yg layak dan kelayakan yg
cukup sebagai mahkluk yg bermartabat, nah, nilai martabat inilah
gambaran 'terbatas' dari Diri Allah yg serba Maha...., sejak penciptaannya
manusia sudah memegang mandat dari atas untuk mengelola bumi ini dgn baik.
Kalau kenyataannya bumi ini rusak maka 'salah satu' faktornya adalah manusia
yg menyalahi mandat Tuhan itu-manusia yg tidak paham "ilmu allah" itu. Jadi
tidak perlu "ilmu" satu meniadakan "ilmu" lainnya atau kita berpihak pada
"ilmu" satu-menendang "ilmu" lainnya (ilmu dalam konteks ini). Tidak ada yg
salah dengan ilmu pengetahuan/geologi.

Mari kita membangun peradaban melalui ilmu pengetahuan/geologi sebagai
mandat-NYA yg telah diberikan kepada kita-para geologist.
Habis!

Salam,
Gde

2010/12/24 <chairul_...@yahoo.co.id>

> Bukan alergi bung. Saya sudah pernah mengalami dan merasakan menggali ilmu
> geologi selama 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus. Dari hari ke hari
> ilmu saya bergtambah; tapi seiring dengan itu saya merasa bertambah banyak
> yg tidak saya ketahui, sampai kepada kesimpulan bhw ilmu kita ini tidak ada
> apa2nya dibanding ilmu Allah. Saya hanya ingin memberikan peringatan kpd
> teman2 geologists agar tidak terjebak pada hal2 yg tidak perlu didiskusikan,
> yg mungkin akan menggoyahkan iman kita. Hanya itu saja.
> Wass,
> Chairul Nas
> IAGI/468
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
>  From: gde.wira...@gmail.com
> Date: Fri, 24 Dec 2010 01:40:47
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
> Pencipta dgn ciptaan ya jelas beda, pak?
> Allah memberikan akal budi kepada manusia untuk dipergunakan
> sebaik-baiknya. Allah menyerahkan bumi ini kpd manusia supaya dikelola dgn
> baik!
> Ilmu geologi merupakan pemanfatan dan perkembangan akal budi manusia utk
> kepentingan manusia sendiri. Lewat ilmu geologi misteri bumi bisa terungkap
> walaupun belum/tidak semua. Jgn alergi dgn "ilmu manusia" ahh..! Kita ini
> geologist, jangan terlalu fundamentalis lah, yeeee?
> Cheers,
> Gde
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: chairul_...@yahoo.co.id
> Date: Fri, 24 Dec 2010 01:43:37
> To: IAGI Pusat<iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
> Betul kata Pak Rizal. Pokoknya, jika ingin mendiskusikan ilmu dengan agama,
> ada yg harus diingat: iman harus kuat dan mantap. Kalau tidak, salah2 kita
> bisa jadi murtad. Dalilnya adalah: ilmu manusia manapun tidak ada apa2nya
> dibanding ilmu Allah. Saya sudah menyadari benar, makin kita gali suatu ilmu
> - terasa kita tak ada apa2nya, dan akhirnya meyakini betul bhw ilmu kita
> memang amat sangat sedikt dibanding ilmu Allah. Masih amat banyak yang tidak
> kita ketahui. Renungkanlah !!!!!!!!!!!!!
> Wass,
> CN
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: rizalband...@yahoo.com
> Date: Fri, 24 Dec 2010 01:01:55
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
> Kalau pak Awang mengunakan. Referensi dari Al Qur'an sangat banyak
> menceritakan tentang bencana ini. A.l. Bencana datang adalah akibat
> perbuatan / ulah tangan manusia manusia seperti banjir (banyak lagi yg
> lain),  Tidak satupun kejadian dimuka bumi ini lepas dari kehendak Allah
> Yang Maha Kuasa, Sesungguhnya bencana itu datang akan membeda manusia mana
> yg mukmin dan mana yg kafir, Tidak akan beriman seseorang hamba apabila dia
> tidak diujin dan seterusnya. Masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur'an
> menjelaskan tentang hal itu. Demikian sekedar sharing informasi. Tks.
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
> Date: Fri, 24 Dec 2010 08:48:56
> To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Geo Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>;
> Eksplorasi BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>; Forum HAGI<
> fo...@hagi.or.id>
> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: [iagi-net-l] Teologi Kebencanaan
> Hari Sabtu minggu yang lalu, saya hadir di sebuah gereja di wilayah Cibubur
> dalam sebuah diskusi panel berjudul "bencana alam: fenomena alam atau
> hukuman Tuhan?". Diskusi dihadiri oleh lima orang pendeta, beberapa orang
> relawan dan penggiat LSM bencana, dan sekitar 30 orang warga gereja
> setempat.
>
> Diskusi ini diadakan dalam rangka pembahasan "teologi kebencanaan" oleh PGI
> (persekutuan gereja-gereja di Indonesia) sebagai upaya menjawab pertanyaan
> di masyarakat yang senantiasa merasa atau bertanya apakah bencana merupakan
> hukuman Tuhan.
>
> Setelah kebaktian singkat yang dipimpin oleh seorang pendeta, saya diminta
> mempresentasikan materi yang telah saya siapkan, berjudul sama dengan tema
> diskusi panel, "bencana alam: fenomena alam atau hukuman Tuhan?". Materi
> yang saya bawakan terbagi menjadi tiga bagian: hakikat bencana, geologi dan
> bencana alam di Indonesia, bencana alam: fenomena alam atau hukuman Tuhan?
> Bencana yang dibahas terutama yang berhubungan dengan proses-proses geologi
> yang sering terjadi di Indonesia, yaitu gempa, tsunami, erupsi gunungapi.
> Para pendeta dan peserta diskusi panel, hari itu belajar tentang planet
> Bumi, tektonik lempeng, mekanisme gempa-tsunami-erupsi gunungapi.
>
> Setelah melakukan presentasi sekitar 1,5 jam menayangkan 65 slides,
> dimulailah sesi tanya jawab menyangkut geologi, filosofi dan teologi
> kebencanaan. Saya ingin ceritakan beberapa tanya jawab menyangkut hakikat
> kebencanaan dari segi filosofi dan teologi. Beberapa di antaranya adalah
> seperti di bawah ini.
>
> (1) Pertanyaan mendasar pertama datang dari seorang pendeta, apakah itu
> hukum alam, apakah itu hukum TUHAN, kapan TUHAN menggunakan hukum alam untuk
> menyatakan maksudnya, apakah TUHAN hanya "menumpang" hukum alam untuk
> menyatakan maksudNya, apakah alam itu beritme?
>
> Saya menjawab, sejak zaman Galileo, ilmu tentang alam semesta didasarkan
> pada ketiga postulat: (1) adanya hukum-hukum universal yang bersifat
> matematik, (2) penemuan hukum-hukum yang terjadi melalui eksperimentasi
> ilmiah, (3) data-data eksperimen yang bisa diulang-ulangi  dengan hasil yang
> sama, sehingga setiap fenomena alam punya tingkat prediktibilitas - itulah
> hukum alam. Tuhan telah memberikan kepada manusia sebuah dunia yang tertib
> (Tuhan tidak bermain dadu dengan alam semesta, kata Einstein), atau alam
> semesta yang bernalar kata Paul Davies-ahli fisika penulis buku-buku sains,
> yang menjadikan dunia ini nyaman dihuni (misalnya ada jaminan bahwa matahari
> tidak tiba-tiba menghilang).
>
> Dunia yang dapat dihuni ini adalah fakta bahwa hukum-hukum alam bisa
> diandalkan, dan selalu bekerja dengan cara yang sama. Proses-proses geologi
> pun tidak terjadi sembarangan, mereka mengikuti aturan-aturan, hukum-hukum,
> yang diketahui berdasarkan penyelidikan dan penelitian sekian lama, dan
> setiap proses itu punya nilai prediktibilitas baik ke masa lalu (key to the
> past) maupun ke masa depan (key to the future). Proses-proses geologi adalah
> hukum alam. Sebab bagi orang percaya bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam
> semesta, maka hukum-hukum alam yang mengatur jalannya alam semesta adalah
> juga hukum-hukum Tuhan. Tuhan menggunakan hukum alam yang diciptakanNya
> sesuai kehendakNya, dan Dia tidak pernah "menumpang" kepada hukum alam,
> sebab hukum alam adalah hukum Tuhan, milikNya sendiri. Alam memang beritme,
> bersiklus, yang terjadi sepanjang sejarah Bumi, sepanjang zaman-zaman
> geologi.
>
> (2) Seorang pendeta berpendapat bahwa proses-proses geologi hanyalah
> mengikuti hukum kekekalan massa, kekekalan energi dan kesetimbangan, dan
> bahwa sesungguhnya tak adalah yang namanya bencana itu secara proses
> geologi. Bencana, menurutnya hanyalah pandangan antroposentrisme, bukan
> pandangan geologi.
>
> Saya membenarkannya. Betul, seperti kata Gordon Oakeshott(1972 dalam sebuah
> buku 'Man and His Physical Envionment'), "There are no a geologic hazards
> without people. Geologic hazards are merely normal geologic processes or
> events until man gets in the way; then the processes or events become
> hazards". Saya menambahkan bahwa yang terasa sebagai "bencana" itu hanyalah
> relatif untuk segolongan korban pada saat itu. Pada periode lain, proses
> geologi yang menjadi "bencana" itu ternyata membawa berkat juga. Hujan pasir
> dan abu volkanik serta terjangan awan panas menjadi bencana buat segolongan
> orang pada suatu masa. Pada masa lain semua pasir dan abu volkanik hasil
> letusan itu kemudian bisa menjadi sumber nafkah segolongan orang pada masa
> berikutnya yang melakukan penambangan pasir. Benturan meteorit di Afrika
> Selatan tentu menjadi bencana katastrofik pada suatu masa ketika ia jatuh,
> tetapi pada masa lain ternyata sebuah teori mengatakan bahwa meteorit itu
>  bisa menjadi tambang intan. Maka bencana itu relatif, proses geologi
> hanyalah proses geologi, ia menjadi bencana saat bersentuhan dengan manusia,
> dan ketika kita memandangnya secara antroposentris.
>
> (3) Seorang peserta diskusi menanyakan sebuah pertanyaan, mengapa Tuhan
> yang baik membiarkan bencana yang buruk terjadi. Apakah doa-doa, akan
> membebaskan Indonesia dari bencana ?
>
> Saya menjawab, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan terkenal yang biasa
> muncul di buku-buku ateisme. Silogisme ateis menyebutkan: kalau Tuhan
> mahabaik, Ia akan hancurkan kejahatan. Kalau Tuhan mahakuasa, Ia dapat
> menghancurkan kejahatan. Tetapi kita melihat kejahatan ada terus dan mungkin
> semakin jahat, maka kalau begitu tak ada Tuhan sebab kejahatan meraja lela.
> "Si Deus est, unde malum?" - Kalau Tuhan ada, mengapa ada kejahatan? David
> Hume, filsuf dari abad ke-18 menulis, " Adakah Allah bermaksud mencegah
> kejahatan tetapi tidak sanggup? Maka itu berarti Dia tidak berkuasa.
> 'Problem of evil' (termasuk 'kejahatan' alam dalam rupa bencana)
> sesungguhnya telah menjadi argumen klasik sejak zaman Epikurus (341-270 SM)
> yang menanyakan keadilan dan kasih sayang Tuhan di mana ketika kejahatan
> meraja lela. Akhirnya ini mengarah ke keberadaan Tuhan sendiri. Tulis
> Epikurus, "Tuhan ingin menyingkirkan kejahatan, tetapi Ia tak mampu, atau Ia
> mampu, tetapi tidak
>  mau, atau Dia tak mau dan tak mampu. Kalau Tuhan mau tetapi tak mampu,
> maka Ia Tuhan yang lemah. Kalau Tuhan tak mau dan juga tak mampu, maka Ia
> Tuhan yang dengki dan lemah, jadi bukanlah Tuhan.
>
> Bagi seorang ateis, begitu banyaknya kejahatan dan penderitaan manusia
> telah menjadi argumen tangguh untuk ateisme. Adanya kejahatan dan
> penderitaan merupakan sebab utama keragu-raguan iman dan pemberontakan
> melawan Allah. Thomas Aquinas merumuskan pandangan ateisme itu, "Seandainya
> Allah ada, tidak akan ada satu tempat pun di mana kejahatan ditemukan.
> Padahal kejahatan ditemukan di dunia. Maka Allah tidak ada.
>
> Bagi orang yang beragama, Tuhan berada di balik setiap peristiwa. Tak ada
> peristiwa akan terjadi tanpa kehendakNya. Louis Leahy dan Budhy
> Munawar-Rachman (STF Driyarkara) menulis bahwa pendapat seperti itu akan
> mengarah kepada Tuhan yang sewenang-wenang. Mengapa sekumpulan orang yang
> tak bersalah mati karena bencana, sementara sekumpulan orang lain tidak.
> Jadi, Tuhan tidak selalu ada di balik setiap peristiwa. Mereka menulis bahwa
> sebenarnya dalam setiap kejadian belum tentu kita dapat menemukan pesan
> sebab memang tak ada pesan apa-apa. Tidak ada alasan mengapa sekumpulan
> orang ini kena musibah, sementara yang lain tidak. Peristiwa-peristiwa
> bencana tidak mencerminkan pilihan Tuhan, itu peristiwa-peristiwa yang
> terjadi begitu saja. Segala bentuk bencana bukanlah kehendak Tuhan, demikian
> Leahy dan Munawar-Rachman berpendapat dalam artikel "Tuhan dan Masalah
> Penderitaan" (Kanisius, 2008).
>
> Tetapi, berbeda dari pandangan Leahy dan Munawar-Rachman (2008) ada
> beberapa bencana yang memang dikehendaki Tuhan, dan Tuhan berada di balik
> peristiwa itu, yaitu pembinasaan Sodom dan Gomora yang dikisahkan dalam
> kitab-kitab suci (Alkitab, Kejadian 19: 15, 24 - Al Qur-an, Surat Huud : 76,
> 82) yang dalam penafsiran saya disebabkan oleh gempa katastrofik dan letusan
> gunung garam yang mengandung aspal, minyak, ter dan belerang serta kedua
> kota mengalami likuifaksi ke bawah Laut Mati (lihat abstrak makalah tentang
> ini di bawah). Terhadap hal-hal ini, ada pelajaran bahwa semua bencana
> adalah fenomena alam, tetapi sebagian bencana bisa merupakan sarana
> penghukuman Tuhan.
>
> Tuhan telah memberikan kepada manusia sebuah dunia yang tertib, yang
> menjadikan dunia ini nyaman dihuni. Dunia yang dapat dihuni ini adalah fakta
> bahwa hukum-hukum alam bisa diandalkan, dan selalu bekerja dengan cara yang
> sama. Tetapi ada juga yang perlu disadari dari fakta hukum alam ini adalah,
> bahwa hukum alam bukan hanya memberi kesan keteraturan saja, tetapi juga
> dari hukum yang sama, bisa terjadi bencana bagi manusia. Hukum alam berupa
> gravitasi misalnya, membuat kita hidup, tetapi hukum alam yang sama bisa
> menyebabkan jembatan atau gedung runtuh. Kita tidak bisa hidup tanpa
> hukum-hukum alam, tetapi hidup dengan hukum alam berarti kita juga
> dikelilingi begitu banyak bahaya yang menyebabkan penderitaan.
>
> Kesimpulannya, hukum alam netral, ia bisa terasa baik atau jahat. Hukum
> alam tidak bersifat baik atau jahat, ia hanya tak peduli, berlaku sama bagi
> semua orang. Hukum alam tidak mengenal perkecualian, ia tidak membedakan
> suku bangsa, agama, golongan, bisa melanda siapa pun, orang jahat atau baik.
>
> Indonesia, selama ia duduk di atas lempeng-lmpeng yang saling bertubrukan,
> di area tepi-tepi tubrukan atau papasan lempeng itulah selalu akan ada
> proses-proses gempa, tsunami dan erupsi gunungapi yang bisa jadi bencana
> kala bersentuhan dengan manusia. Doa-doa barangkali tak akan membebaskan
> Indonesia dari bencana itu sebab itu hukum alam, hukum Tuhan. Tetapi doa
> barangkali bisa membuat manusia diberikan akal budi untuk menghindari
> bencana atau berkawan hidup di tengah bencana.
>
> Demikian sedikit ulasan.  Beberapa kesimpulan saya terkait hal ini:
>
> 1.      Karena kondisi geologinya yang merupakan wilayah pertemuan antara
> tiga lempeng besar, Indonesia adalah wilayah yang paling rawan
> gempa-tsunami-erupsi gunungapi di dunia.
>
> 2.      Secara geologi,  gempa-tsunami-erupsi gunungapi adalah proses alam
> biasa karena kesetimbangan gaya  dan kekekalan energi.
>
> 3.      Bencana alam gempa-tsunami-erupsi gunungapi adalah fenomena alam,
> yang dapat digunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya atau melakukan
> penghukuman.
>
> 4. Bencana-bencana alam di Indonesia hanyalah proses geologi biasa,
> fenomena alam, yang bisa menjadi bencana kala bersentuhan dengan manusia,
> apakah itu hukuman Tuhan, susah menjawabnya tetapi dari sejarah, bukan suatu
> kemustahilan kalau Tuhan mau menggunakan proses-proses geologi untuk
> menyampaikan maksudnya.
>
> Salam,
> Awang
>
>
> LAMPIRAN
> ------------------------------------------------
> PROCEEDINGS PIT IAGI LOMBOK 2010
> The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition
>
> “KIAMAT” 2000 SM DI SODOM DAN GOMORA:
> KETIKA TUHAN MENGGERAKKAN RETAKAN GEOLOGI LAUT MATI
>
> Awang Harun Satyana (BPMIGAS) Jakarta
>
> SARI
>
> Kitab Suci Agama Kristen dan Islam mencatat pembinasaan kota-kota Sodom dan
> Gomora oleh hukuman Tuhan. “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api
> atas Sodom dan Gomora...dan ditunggangbalikkanNyalah kota-kota itu...asap
> dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur
> peleburan.” (Kitab Kejadian 19 : 24-28). “Maka tatkala datang azab Kami,
> Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah... dan Kami hujani
> mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
> bertubi-tubi.” (Surat Huud : 82).
>
> Penelitian-penelitian arkeologi dan geologi yang telah dilakukan sejak
> tahun 1920-an di wilayah Laut Mati menemukan bahwa bekas-bekas kota Sodom
> dan Gomora paling mungkin terletak di tepi tenggara Laut Mati, yaitu dua
> kota yang di dalam arkeologi dikenal sebagai Bab edh-Dhra (Sodom) dan
> Numeira (Gomora). Di kedua kota itu ditemukan banyak artefak dan rangka
> manusia yang menunjukkan bekas kejadian bencana pada sekitar tahun 2000 SM.
>
> Laut Mati menempati bagian utara jalur Lembah Retakan Besar (Great Rift
> Valley) yang memanjang dari Mozambik (Afrika Tenggara) sampai Siria (Asia
> Baratdaya) sepanjang 4830 km menghubungkan lembah-lembah retakan: East
> African Rift Valley-Laut Merah-Teluk Aqaba-Laut Mati-Sungai Yordan-
> Danau Galilea. Retakan Laut Mati merupakan transform boundary yang aktif
> bergerak antara Lempeng Arabia dan Sub-Lempeng Sinai. Laut Mati merupakan
> pull-apart basin yang dibentuk oleh tarikan transtensional dua sesar
> mendatar mengiri (sinistral-transtensional duplex) Sesar Yudea dan Sesar
> Moab.
>
> Sodom dan Gomora terletak di atas Sesar Moab. Laut Mati dicirikan oleh
> endapan elisional, kegempaan yang tinggi, fenomena diapir, gunung garam dan
> gunung lumpur, serta akumulasi hidrokarbon (aspal dan bitumen) dengan kadar
> belerang tinggi.
>
> Pembinasaan Sodom dan Gomora diinterpretasikan terjadi melalui bencana
> geologi dengan urutan : (1) pergerakan Sesar Moab, (2) gempa dengan
> magnitude 7,0+ yang menghancurkan kota-kota dan sekitarnya serta likuifaksi
> yang menenggelamkan sebagian wilayah kota-kota, (3) erupsi gunung garam dan
> gunung lumpur yang meletuskan halit, anhidrit, batu-batuan, lumpur, aspal,
> bitumen, dan belerang,(4) kebakaran kota-kota dan sekitarnya karena material
> hidrokarbon yang diletuskan terbakar sehingga
> menjadi hujan api dan belerang. Bencana katastrofik ini telah meratakan
> Sodom dan Gomora dan menewaskan seluruh penduduknya kecuali Lot/Luth dan dua
> putrinya.
>
> Api dari langit yang menghujani Sodom dan Gomora bukan fenomena astroblem
> (seperti meteor), melainkan fenomena katastrofi (malapetaka) geologi berupa
> aspal dan bitumen yang terbakar serta belerang yang berasal dari letusan
> gunung garam dan gunung lumpur.
>
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

Kirim email ke