Saya heran mengapa seorang pemegang medali olimpiade kebumian tingkat
internasional hanya bisa ranking 16, sedikit di luar 15 besar yang
mendapatkan jatah formulir SNMPTN Undangan dari PTN. Kalau alasannya adalah
karena ketinggalan sewaktu dikarantina dalam rangka mempersiapkan diri untuk
ikut olimpiade, kok tampaknya baru kali ini kejadian seperti ini terjadi,
benarkah demikian? Atau mungkin sudah ada kejadian tapi tidak diekspos oleh
media massa karena tidak adalah masalah yang muncul?

Kalau dilihat dari sisi yang positif, berarti siswa di SMA ini pinter-pinter
semua, sehingga wajarlah yang masuk 15 besar, yang sudah bekerja dan belajar
keras sehingga bisa mendapatkan ranking lebih tinggi daripada seorang
pemegang medali, berhak mendapatkan jatah formulir SNMPTN Undangan tersebut.
Ini juga berarti sistem karantina untuk olimpiade kebumian ini bisa
berakibat buruk untuk siswa, mungkin perlu dipertimbangkan lagi bagaimana
baiknya sehingga siswa tidak ketinggalan pelajaran dan perlu kejelasan,
penghargaan yang layak untuk seorang siswa yang telah mendapatkan medali
olimpiade itu dalam bentuk apa dan mekanismenya seperti apa.

Tapi lagi, seorang pemegang medali olimpiade kebumian tingkat internasional
tidak bisa menjadi 15 siswa terbaik di angkatannya? Rasanya aneh sekali.
Apakah memang sekolahnya sudah menilai dengan benar? Atau siswanya berubah
menjadi tidak ada motivasi untuk belajar karena sudah merasa mendapatkan
tiket untuk masuk universitas??

Salam
Minarwan
2011/6/8 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>

> Setahu saya Uiversitas Indonesia tidak seperti di negeri lain.
> Di negeri Paman Sam, juara basket walaupun kurang pinter akan diterima
> sebagai mahasiswa di perguruan tinggi untuk mengangkat harkat (ranking)
> university karena nanti kalau lomba basket universitas tsb menjadi juwara,
> dan terkenal. Hal speerti ini tidak ada di Indonesia, karena "jauh" dari
> fakultas yang ada. Teori "pencitraan" di Indonesia masih dianggap tabu, atau
> bahkan masuk usaha terlarang.
>
> Juwara olimpiade fisika di Indonesia juga tidak otomatis masuk university,
> tetapi harus mengikuti jalur administrasi yang benar. di Indonesia ini kalau
> ada yg tidak mengikuti administrasi yang bener bisa kena panggilan KPK.
> Mengambil "kebijakan" di Indonesia saat ini lebih sulit dan "ndrawasi"
> (mengkhawatirkan) kalau kepleset bisa masuk bui.
>
> Dibawah ini contoh di milist sebelah tentang bagaimana seorang jawarapun
> harus mengikuti jalurnya dan memang mendapatkan kemudahan setelah
> administrasinya diikuti. Tetap harus proaktif !
>
> RDP




-- 
- when one teaches, two learn -
http://www.geotutor.tk
http://www.linkedin.com/in/minarwan

Kirim email ke