Hehehe biasa to nas, kalo gak cocok yaa sebut saja oknum, biasa birokrat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: danny.hil...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 07:00:07 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-----Original Message-----
From: "Budi Brahmantyo" <bud...@gc.itb.ac.id>
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail <lia...@indo.net.id>
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> ------------------------------
>> *From: *"yahdi zaim" <z...@gc.itb.ac.id>
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +0000
>> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
>> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> ------------------------------
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com<e_rid...@yahoo.com>; IAGI<iagi-net@iagi.or.id>
>> *ReplyTo: *<iagi-net@iagi.or.id>
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com<refere...@yahoogroups.com>;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com<alumni_gamais_...@yahoogroups.com>
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta ....  Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya .... Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja .... Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>> .... Bukan seperti itu "reward" atau penghargaan yang diperoleh oleh
>> seorang penemu sejati. Ketika nanti manusia menyadari, barulah "nama"
>> anda
>> akan dikenal dan "dikenang". Syukur-syukur didoakan, ilmu yg bermanfaat
>> adalah sebuah amal jariah.
>>
>> Kalau anda menemukan sesuatu ikhlas saja dengan apa yg ditemukan. Memang
>> kalau diamati, hanya penemuan yg berlanjut yang bermanfaat. Jadi satu
>> hal
>> lain yang penting adalah sikap dari si peneliti ketika menemukan hasil
>> risetnya. Sikap "low profile", lembah manah, sopan, membuat orang
>> memberikan apresiasi atas penemuan dan kalau diteruskan maka penemuan
>> itu
>> menjadi sebuah ilmu yg bermanfaat. Yang seperti ditulis diatas, menjadi
>> amal jariah.
>>
>> So,
>> Kalau anda merasa menemukan sesuatu, uNgkapkan saja apa adanya
>> sejujurnya.
>> Duniapun Sekarang tahu bahwa bukan Darwin yg menemukan teori evolusi,
>> dia
>> Hanyalah mengembangkan dan menuliskan, namun saat ini semua tahu bahwa
>> Lamark, juga Wallace lebih duluan mengemukakan ide evolusi yang
>> fenomenal
>> ini. Malah Darwin yg akhirnya dicaci oleh orang yg "tersinggung" karena
>> penemuan teori evolusi.
>>
>> Salam riset
>>
>> Rdp
>>
>> On Thursday, February 16, 2012, e_ridzky <e_rid...@yahoo.com> wrote:
>> >
>> > Jangan kapok Jadi Peneliti di Indonesia
>> > (Quo Vadis Budaya Riset?)
>> >
>> > Oleh: Lily Tjahjandari*
>> >
>> > Berbagai polemik seputar keberadaan piramida di Garut di ruang media
>> massa yang padat dengan aksi serang menyerang antar ilmuwan untuk
>> mempertahankan logika hasil riset bahwa ada sesuatu yang bermakna di
>> balik
>> gunung Garut patut dicermati dengan perasaan prihatin.
>> >
>> > Pertama, prihatin bahwa masyarakat Indonesia tampaknya memang belum
>> siap
>> dengan berbagai hipotesa temuan ilmiah yang dinilai mencengangkan dan
>> berusaha secara skeptis menolak, kedua yang sangat memprihatinkan adalah
>> ketika serangan datang bukan dari masyarakat awam melainkan dari
>> perwakilan
>> akademisi yang terlalu dini untuk mengartikulasikan penolakan bahkan
>> melalui lontaran-lontaran pendapat yang bernada sinis.
>> >
>> > Dunia akademisi selayaknya mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang
>> belum diketahui manusia dapat ditelaah secara ilmiah dan membuka ruang
>> kemungkinan bahwa suatu hipotesa layak dibuktikan. Manusia diciptakan
>> untuk
>> mencari, hal itu yang menjadi dasar bagi Plato melalui perumpamaan
>> Hoehlengleichnis (perumpamaan gua). Manusia yang di hidup di gua tidak
>> mampu menangkap hal-hal yang berada di luar gua, namun mereka berusaha
>> meraba melalui bayangan-bayangan yang tampak yang dipantulkan dari yang
>> masuk ke dalam gua dan mereka berusaha menjelaskan tentang keberadaan
>> benda-benda di luar gua.
>> >
>> > Esensi pencarian kebenaran memang tampaknya tidak selalu berujung
>> penerimaan positif masyarakat, bahkan sejak masa Galileo Galilei,
>> Christoporus Columbus hingga Charles Darwin, hipotesa ilmiah memng
>> sering
>> berbenturan dengan persepsi subyektif. Namun kadang kebenaran tidak bisa
>> terhindarkan bahkan saat sang perintis telah lama tiada. Filsafat
>> Aufklaerung mengemuka dengan pemikiran Descartes “ Cogito Ergo Sum�
>> mematahkan pandangan kolot masa kegelapan di Eropa. Bahwa segala sesuatu
>> tampak mungkin dan memang sah untuk dibuktikan, perkembangan pesat
>> Aufklaerung di Eropa didukung oleh kematangan berpikir masyarakat dan
>> lebarnya ruang artikulasi ilmiah.
>> >
>> > Hipotesa ilmiah layak didiskusikan melalui forum-forum pemikiran yang
>> matang, dan bukan forum-forum saling mengecam serta merendahkan. Apakah
>> kita harus mengulang persitiwa Columbus dan tidak mengambil pelajaran
>> darinya? Jutaan cercaan harus dihadapi columbus saat memperjuangkan
>> hipotesa bahwa bumi memang bulat.
>> >
>> > Kita hidup di masa ratusan tahun setelah peristiwa itu dan semestinya
>> ruang artikulasi pemikiran sudah melampaui kematangan. Masyarakat
>> Indonesia
>> menunggu para pemikir nasional yang mampu melakukan terobosan untuk masa
>> mendatang, dan tentu apa yang diungkapkan oleh para peneliti piramida
>> bukan
>> hanya bersandar pada kepentingan saat ini, namun juga mewakili visi
>> bangsa
>> ke depan. Usaha untuk mengupas identitas dan mencari kemungkinan
>> kehidupan
>> di masa lampau selayaknya dihargai dan diberukan ruang untuk
>> mengartikulasikan pemikiran. Hal ini tentu sungguh bertolak belakang
>> dengan
>> apa yang terjadi di luar Indonesia, konkritnya mungkin bagaimana
>> masyarakat
>> barat tidak serta merta memandang skeptis fenomena extraterrestrial.
>> Bahkan
>> mereka mencoba mendekati berbagai temuan dan mendirikan berbagai pusat
>> riset untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan tersebut, seperti UFO
>> Studies
>> Center yang menjamur di Amerika dan Eropa. Melihat kenyataan tersebut,
>> tampaknya kita perlu merenungkan, apakah kita akan terus bertikai di
>> dalam
>> perjalanan mencari identitas kita sendiri, seperti kasus penemuan
>> piramida
>> di Garut dan juga hipotesa tentang gunung Padang? Dan bukan melalui
>> ruang-ruang diskusi yang hangat dan membuka celah-celah pemikiran baru
>> yang
>> mendukung kemajuan bangsa. Entah kapan budaya riset yang sinergis
>> menjadi
>> budaya di kalangan masyarakat Indonesia khususnya ilmuwan.
>> >
>> > *Penulis adalah peneliti dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI
>> > 
>>
>> --
>> *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*
>>
>
>
>
> --
> Sent from my Computer®
>



--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke