BBM yg disubsidi itu quotanya 40 juta KL naik dari tahun 2010 yg hanya 35 juta 
KL terdiri dari premium, solar dan minyak tanah , yg cepat jebol melebihi 
quotanya adalah premeum, dan  yg gampang diselewengkan itu solar yg dijual di 
industri, karena BBM ini bebas dibeli oleh siapa saja maka banyak salah sasaran 
subsidinya ,Hal ini berbeda dg listrik yg msh disubsidi itu hanya pada 
penggunaan tertentu dg daya kecil dan perbedaan biaya pembangkitanya dg 
tarifnya relatif kecil kira kira hanya  300 Rp/Kwh , inipun bisa diminimalkan 
lagi kalau pembangkit pembangkit besar dual firing { 11000 MW}  dipenuhi gasnya 
spt tambak lorok semarang , Bali , Belawan sumut, muara tawar, muara karang, 
priuk, gresik,paiton dan teluk lembu riau .
Sedangkan klau BBM perbedaan  biaya produksinya dg harga jualnya cukup besar 
shg rawan diselundupkan disisi lain quota BBM bersubsidi sering tembus sebelum 
akhir tahun serta fluktuatifnya  harga crude yg cenderung semakin naik.
Yg harus dilakukan adalah menaikan harga BBM yg tdk terlalu tinggi dan bertahap 
, disisi lain mengurangi belanja pemeritah kecuali untuk infra struktur 
khususnya transportasi, 
Coba ada nggak calon presiden 2014 nanti yg berani berkamapanye untuk tidak 
akan menaikan harga BBM selama kepemimpinannya 

Ism
 
Sent by Liamsi's Mobile Phone

-----Original Message-----
From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
Date: Tue, 27 Mar 2012 04:11:05 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: RE: [iagi-net-l] kenaikan (harga) BBM...

Pak Bambang,
 
Kenaikan konsumsi BBM kita bukan hanya karena kenaikkan jumlah penduduk, tapi 
yang lebih signifikan adalah karena kenaikan konsumsi per kapita. Perkiraan 
saya ini adalah berbanding lurus dengan naiknya pendapatan per kapita rakyat 
Indonesia....
 
Yang dulu jalan, sekarang naik motor (perlu bensin), yang naik motor kemudian 
bisa nyicil mobil (perlu bensin lebih besar lagi). Yang tadinya belum 
berlistrik dan gak ada TV, sekarang berlistrik dan pasang TV (PLN perlu solar 
untuk pembangkitnya)....dst..
 
Menyoal tentang penyelundupan: itu kemungkinan besar benar...sekarang saja 
masih banyak ditemukan timbunan solar di mana-mana....:-)
 
 
salam,
 

--- On Tue, 3/27/12, Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com> wrote:


From: Bambang P. Istadi <bambang.ist...@energi-mp.com>
Subject: RE: [iagi-net-l] kenaikan (harga) BBM...
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Tuesday, March 27, 2012, 5:06 AM







Teman2 sekalian,
 
Kalau kita lihat grafik konsumsi minyak Indonesia, trendnya meningkat, jelas 
karena jumlah penduduk Indonesia juga meningkat,.. kalau di tahun 2000 masih 
sekitar 205 juta jiwa, ditahun 2010 sudah lebih dari 237 juta jiwa, naiknya 
cukup signifikan 32 juta jiwa lebih dalam 10 tahun. Jelas konsumsi minyaknya 
akan meningkat siring dengan pertambahan jumlah penduduk ini. Dari sisi 
produksi minyak sudah banyak dipaparkan teman2,.. turun terus dan sudah jadi 
net importer.
 
Namun, ada hal yang menarik dari trend konsumsi minyak ini. Kalau kita lihat 
tahun 1998, konsumsi meningkat secara tajam!! Padahal kita tahu pada saat itu 
sedang terjadi krismon, banyak pabrik2 yang tutup, banyak penduduk pemilik 
pabrik yang eksodus keluar negeri dan banyak juga yang takut keluar rumah 
karena situasi tidak menentu,.. anehnya konsumsi malah meningkat secara tajam, 
ada apa? Kita ingat bahwa pada saat krisis itu rupiah melemah, bahkan sampai 
lebih dari Rp 12 ribu/ dollar dari sekitar Rp 4 ribu/dollar, artinya bensin di 
Indonesia jadi sangat murah sekali dalam dollar, sehingga disparitas harga 
bensin di Indonesia dengan negara2 tetangga yang menganut sistim pasar menjadi 
besar sekali. Bisa saja saya berandai-andai, kalau diselundupkan keluar negeri 
untungnya jadi berlipat-lipat. Jadi bukan saja disparitas harga yang besar 
sehingga ada keuntungan besar dengan mengoplos minyak tanah, solar, premium 
dengan pertamax umpamanya, tapi bisa jadi ada
 pemain2 besar yang cukup memberikan dampak pada trend konsumsi yang naik tajam 
dengan menyelundupkan keluar. Jadi mungkin banyak pihak2 yang diuntungkan 
dengan harga bbm murah ini. 
 
Hal serupa kita  dilhat di tahun 2008, ada kenaikan konsumsi yang tajam saat 
harga minyak dunia melambung diatas $100/barel. Subsidi minyak dan listrik saat 
itu lebih dari Rp 220 triliun, atau hampir seperempat APBN dialokasikan hanya 
untuk subsidi minyak dan listrik. Saya hanya bisa berfikir tanpa bisa melakukan 
apa2,.. mana ada sisa anggaran untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur kalau 
dananya habis untuk subsidi transportasi dan listrik.
 
Salam,
Bambang
 
 

From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, March 27, 2012 2:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] kenaikan (harga) BBM...
 





yuppp...

dan peran utama adalah talkshow televisi yang tidak pernah menuju arah 
positif....isinya malah bikin panas kepala penontonnya...:-)



--- On Tue, 3/27/12, Agus Budiluhur <agus.budilu...@gmail.com> wrote:


From: Agus Budiluhur <agus.budilu...@gmail.com>
Subject: Re: [iagi-net-l] kenaikan (harga) BBM...
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tuesday, March 27, 2012, 12:03 AM


Rekans

 

Fenomena yang terjadi saat ini, sangat kemungkinan dipicu oleh kondisi 
psikologis masyarakat, dimana masyarakat (atau setidaknya terwakili oleh saya) 
hampir setiap hari disuguhuin oleh berita-berita yang menggambarkan betapa 
tidak efesien-nya penyelenggaraan administrasi (kekuasaan) negara sekarang ini 
(baik yang di eksekutif, legislatif atau bahkan yudikatif), yaitu dengan 
banyaknya kebocoran keuangan negara, dan problem yang menyakitkan adalah 
hal-hal tersebut tidak pernah tuntas terselesaikan tetapi malah ditimpa dengan 
penyimpangan (kasus2 korupsi) yang lain! Dan kita sudah terlalu muak untuk 
melihat kondisi ini, tanpa bisa melakukan apa-apa hanya bengong2 aja 
menyaksikan para badut2 tersebut bermain di panggung sandiwara. Maka tidak 
heran, logika para anti&demonstran hanyalah suatu penolakan yang recessive, 
lebih2 kalau kemudian ditunggangi oleh badut2 politisi yang saat tidak kebagian 
kue...

 

Kalau dibilang bahwa waktunya (untuk menaikkan harga BBM) tidak tepat, terus 
kapan? Kapan republik ini bisa membenahi administrasinya (regardless mereka 
berasal dari existing partai manapun)? Belum lagi masalah pembangunan nasional 
yang tak tahu arah (tak jelas) di hampir semuuuaa sektor.  

 

Kalau mau melogikakan kondisi saat ini apakah harga BBM atau tidak perlu, 
sebaiknya jangan pakai logika! 

 

Salam

 

-abl- (rakyat kecil yang berharap situasi ini tetap dalam koridor damai dan 
tidak mengganggu kepentingan umum)

NPA 2156

2012/3/27 PRAKOSO, Anton <prakoso.an...@gmail.com>


sebenarnya subsidi BBM itu bisa ditekan kalau sarana dan prasarana yang ada itu 
nyaman, aman dan efisien; misalkan public transportation contohnya

 

kalau ini bisa dibikin nyaman, aman dan efisien (tepat waktu), banyak mungkin 
yang nggak ke kantor bawa kendaraan pribadi tetapi naik public transport; 
berapa konsumsi BBM yang bisa dikurangi/ditekan

 

lhah di jakarta yang nggak lihat jam dan hari; dimana-mana macet, bahkan sempat 
denger ada yang bilang bahwa jakarta sudah bukan 'macet' lagi istilahnya, tapi 
'kendaraan parkir di jalan' plus mesin dan AC yang hidup terus, berapa konsumsi 
BBM yg terbuang sia-sia hanya untuk diam di jalan ataupun kalau jalan hanya 10 
meter/jam apalagi klo hujan

 

jalanan sempit dan rusak pun mengakibatkan konsumsi BBM yang tinggi juga, truk2 
pengangkut sembako yang harusnya bisa sampe tujuan 10 jam, molor jadi 17 jam; 
kan sudah agenda rutin tahunan sebelum Lebaran kalau pantura itu selalu 
diperbaiki karena jalan yg banyak lubang, rusak, bocel sana sini

jadi hemat saya kalau cuman lihat big picture nya bahwa BBM naik karena harga 
minyak mentah naik kok ya kurang pas juga; karena komponen2 lain yang membuat 
subsidi BBM melonjak itu nggak coba diurut satu2, karena nggak cuma di jakarta 
saja tetapi hampir disemua daerah lebarnya ruas jalan nggak/kurang berkembang 
cepat yang mengakibatkan lambatnya perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, 
efeknya ke BBM

 

pertanyaannya, apakah dengan naikkan BBM ini solusi sesaat atau jangka panjang 
? ataukah benang kusut konsumsi BBM yang meningkat ini perlu dilihat lebih 
jernih lagi sebabnya... 

 

monggo kerso




On 26 Mar 2012, at 21:56, Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com> wrote:


Harga BBM di dunia akan naik terus untuk negara yang kecil cadangannya seperti 
Indonesia dan tergantung atas import, waktu kenaikan BBM juga tak bisa di tolak 
lagi kapan akan dinaikkan, bisa tiap semester. setiap tahun sampai negara ini 
sudah tak mampu mengontrolnya lagi. 

Selama kebanyakan dari bangsa ini life stylenya boros BBM maka kesulitan 
tersebut lebih terasa. Sampai waktunya negara tak bisa lagi mengontrol tingkat 
konsumsi BBM maka swasta akan mengambil alih sepenuhnya harga BBM sesuai 
permintaan. Akankah harga BBM akan bisa lebih tinggi dari saat ini?, sangat 
mungkin bisa 2x lipat dan seterusnya karena pemerintah tak punya cadangan 
devisa untuk menyuplai BBM.

 

2012/3/27 noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
Dari Detik....

>PDI Perjuangan, kata Aria Bima, menolak kenaikan harga BBM lantaran >meyakini 
>pemerintah sebenarnya masih bisa mencari jalan keluar selain >menaikkan harga 
>BBM. Misalnya melakukan penghematan anggaran perjalanan >dinas pejabat, 
>melakukan efisiensi BPH Migas dan Pertamina, serta >meningkatkan produksi 
>(lifting) minyak dalam negeri.

===> sepakat, tapi seberapa realistis sih hal ini?
- yang terus ngotot study banding ke LN juga orang-orang DPR
- BPH MIGAS: apa sih perannya kok sampai in-efisiensinya bisa menekan harga BBM?
- peningkatan produksi dan atau lifting: sepakat, tapi kalau defisit BBM sudah 
sedemikian besar kok rasanya berat untuk swasembada lagi walau produksi 
digenjot habis-habisan (kalaupun bisa)...


>Pemerintah, ujar Aria Bima, juga bisa menekan harga BBM dengan membeli 
>>langsung minyak mentah kepada negara produsen, bukan melalui makelar dan 
>>spekulan seperti selama ini. Seiring dengan itu, pemerintah bisa >menyiapkan 
>kilang-kilang pengolahan BBM di dalam negeri dan mengembangkan >industri bahan 
>bakar nabati pengganti BBM.

==> sepakat juga, ada yang tahu seberapa besar "fee" yang diambil mereka dan 
apakah cukup untuk nombok subsidi BBM?
Menyiapkan kilang = membangun kilang..? lha kha tetap perlu crude juga untuk 
bisa dikilang...kalau crude dalam negeri nggak cukup khan masih harus import 
juga...


>"Namun, opsi selain menaikkan harga BBM itu tidak pernah serius >dilakukan. 
>Pemerintah hanya mau cari gampangnya saja dengan langsung >menaikkan harga 
>BBM," katanya.

==> sepakat juga, tapi DPR juga saya rasa cuman cari gampangnya: menyalahkan 
pemerintah dan tidak mau tahu permasalahan kronik yang sedang kita hadapi 
ini....


salam,

NSy
(pemakai BBM non subsidi, dan setia membeli di SPBU Pertamina)


--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------




 
-- 
Sent from my Computer®
 



-- 
Agus Budiluhur
 

Kirim email ke