Pak Koesoema memang sangat mengagumkan. Ditunggu oleh2 tulisan berikutnya, pak. 
Anggap saja ini Goro2 di SH dulu ya, pak.

Salam,
Syaiful

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: koesoema <koeso...@melsa.net.id>
Date: Mon, 04 Jun 2012 15:43:27 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] TINJAUAN PARIWISATA G. PADANG:
TINJAUAN PARIWISATA G. PADANG:

Hari Sabtu tgl 2 Mei 2012 saya berkesempatan untuk melakukan fieldtrip 
bersama dengan pagyuban Bandung Heritage. Kami berangkat beserta isteri 
dan adi ipar kami yang bertindak sebagai  penjaga kami, mengingat kami 
berdua itu sudah di atas kepala tujuh, dan antisipasi akan adanya naik 
ke puncak adanya situs purbakala G. Padang. Field trip ini dipandu oleh 
Sdr. Budi Brahmantio, mungkin satu-satunya geologist selain saya. 
Peserta lainnya adalah antara lain dari arsitektur dan planologi.
Kesampai Situs (Accessibility)
Ternyata G. Padang sudah menjadi objek tujuan wisata resmi dari 
Kementrian Pariwisata, sehingga perjalanan cukup mudah. Dari Bandung  ke 
arah Sukabumi setelah melewati Warungkondang Cianjur, sebelum Gekbrong, 
ada simpang jalan ke kiri yang diberi tanda Situs G. Padang (walaupun 
tidak terlalu besar). Pada setiap simpang jalan tanda ini terus 
diketemukan, sehingga tidak sulit untuk sampai ke situs ini. Setelah 
melewati stasiun KA dengan terowongan Lampegan-nya, jalan menjadi 
sempit, sehingga sulit untuk berpapasan,  yang tidak lain adalah jalan 
perkebunan, tetapi sudah diaspal kecuali beberapa ratus meter terakhir 
saja. Sepanjang jalan sudah cukup banyak pengunjung yang kebanyakannya 
naik motor. Tujuan wisata ini sudah mulai ditata secara baik, pada ujung 
jalan aspal, kampong Cimanggu sudah disiapkan tempat parkir, cukup untuk 
beberapa puluh mobil. Sebelumnya kami melakukan tinjauan jarak jauh dari 
situs G. Padang ini dan kelihatan betapa terjalnya jalan 
bertangga-tangga yang menuju situs tersebut, sehingga dapa menyurutkan 
nyali untuk mendakinya. Setelah berjalan sekitar 300 m dari  Cimanggu 
kami sampai ke tempat dimulainya pendakian. Disitu sudah didirikan 
bangunan-bangunan kecil termasuk ruang untuk penjelasan, mushola dan WC 
umum dan tentu loket untuk pembayaran ticket masuk ( Rp.2000).
Dari gerbang G. Padang ini terdapat dua jalan bertangga untuk naik ke 
situs, satu jalan lama yang cukup curam dan tersusun dari kolom-kolom 
batuan dan menuju langsung ke puncak bukit di mana situs berada, dan 
satu jalan baru dengan anak tangga yang rendah yang baru dibangun dari 
beton, tetapi melebar dan cukup landai, tetapi tentu lebih jauh. Karena 
ego saya merasa ditantang, saya memilih jalan yang curam, ingin mengetes 
sampai di mana kekuatan mental saya. Saya tidak menyesal mengambil jalan 
ini, tetapi merasa kelelahan sampai harus beristirahat sampai mungkin 4 
kali. Ternyata kecapaian ini bukan jantung yang berdebar-debar 
(rasa-rasanya detak jantung ini normal saja) juga napas rasanya masih 
tidak tersendat-sendat (tidak hah-heh=hoh), bahkan mampu mengambil napas 
panjang, tetapi yang terasa adalah pusing dan mulai melihat 
kunang-kunang. Saya sudah mulai ada pikiran wah jangan-jangan saya 
bernasib sama dengan Wamen ESDM  di G. Rinjani, namun saya segera hapus 
bayangan ini dari pikiran saya, dan yang menyertai sayapun (antara lain 
Budi) saya tidak beri tahu bagaimana parahnya saya waktu itu. 
Alhamdulillah walhasil kami sampai ke teras pertama dari situs megalitik 
G. Padang. Eh ternyata isteri saya tadinya tidak mau ikut naik  sudah 
menunggu setengah jam di sana, dan sama sekali tidak menunjukkan 
tanda-tanda kecapaian sedikitpun mengikuti jalan yang lebih jauh itu. 
Selain itu juga sudah banyak wisatawan lokal disini. Memerlukan waktu 
lebih dari setengah jam saya istirahat di pelataran pertama dari situs 
megalithic ini, baru sesudah makan siang (nasi kotak lumpia Semarang, 
waktu sudah lewat jam 12 siang) dan minum secukupnya saya merasa cukup 
pulih kembali untuk melanjutkan ke puncak, walaupun masih lemas rasanya. 
Kebetulan di atas ini ada tukang cingcau, yang menjual minuman cingcau 
asli dari daun “camcauh” dengan gula aren. (ternyata daerah ini adalah 
terkenal sebagai daerah yang memproduksi gula aren). Setelah minum 
cincau inilah saya merasa segar dan fisik saya pulih kembali, bahkan 
sampai ke Bandung pun tidak merasa lelah sama sekali, bahkan besok 
harinya dapat menghadiri beberapa undangan. Saya baru menyadari sekarang 
bahwa apa yang terjadi itu karena saya menginap penyakit gula (diabetes) 
dan makan obat. Kelihatannya waktu saya naik ini enersi saya terkuras 
habis, dan pancreas saya tidak mampu memberikan cukup supply gula ke 
darah saya. Saya kira lain kali saya harus bawa permen. Karena ternyata 
cincau dengan gula aren itu telah memulihkan tenaga saya (self-diagnose, 
seharusnya saya konsultasi ke dokter apa yang sebenarnya terjadi).
Kesimpulan mengenai kesampaian: Situs megalithic G. Padang  cukup mudah 
untuk dicapai. Ini bisa dibuktikan bahwa isteri saya saja yang sudah 
berkepala tujuh, boleh dikatakan tidak pernah naik gunung, olah raganya 
tennis, sehingga lutut-nya agak bermasalah, kalau jalan-jalan paling2 di 
mall berjam-jam, tetapi memang terlatih di rumah karena harus turun-naik 
tanngga, mampu mencapai puncak dari G. Padang ini tanpa banyak 
mengeluarkan keringat.
Untuk hasil pengamatan saya adalah pada e-mail berikutnya
Wassalam
RPK

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke