Kayanya masih ada Pak, fosil Mastodon (bukan Stegodon) yg ditemukan di 
kabupaten Ngada masih bisa dilihat di museum Blikon Blewut di dekat Maumere
 
salam
Prianggito
 

________________________________
 From: Bandono Salim <bandon...@gmail.com>
To: Iagi <iagi-net@iagi.or.id> 
Sent: Thursday, 13 September 2012 11:16 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED
  
 
Jadi gak ada hub dengan gajah kerdil kisah wallacea, yaa.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

________________________________

From:  "Agus" <laesa...@gf.itb.ac.id> 
Date: Thu, 13 Sep 2012 08:15:18 -0700
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo:  <iagi-net@iagi.or.id> 
Subject: RE: [iagi-net-l] SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED
 
Kalau cerita gading Gajah di Flores...menurut penduduk setempat
peninggalan era PORTUGIS, 
 kalau melihat gading gajah itu  gede-gede mungkin dibawa dari
Africa sana, diwariskan turun temurun... ,  
PORTUGIS dan orang Eropa kan biasa berburu juga di Africa....he..he... 
  
Agus 
  
From:git sulistiono [mailto:git_m...@yahoo.com] 
Sent: 12 September 2012 16:31
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED   
  
mas Awang, kalau asal-usul
Stegodon yg hidup di Flores bagaimana? Menarik sekali bahwa di hampir semua
pelosok Flores gading gajah merupakan status symbol dan menjadi salah satu
maskawin yg amat dihargai  
   
salam  
Prianggito  
   
From:Awang
Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI
<fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad <geo_un...@yahoogroups.com>;
Eksplorasi BPMIGAS <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> 
Sent: Thursday, 13 September 2012 3:14 AM
Subject: [iagi-net-l] SULAWESI: WHERE TWO WORLDS COLLIDED  
Bulan lalu, Pak Rovicky, Presiden IAGI, meminta saya untuk membantu kawan-kawan 
dari Ekspedisi Cincin Api Kompas dalam melakukan ekspedisinya di Sulawesi. 
Kawan2 Kompas tersebut telah beberapa kali menghubungi saya menanyakan hal-hal 
terkait geologi dan tektonik Sulawesi, terutama tentang wilayah yang terkenal 
bernama Wallacea dan yang terkait.Judul di atas adalah judul utama makalah saya 
yang dipublikasi dan dipresentasikan di pertemuan ilmiah tahunan IAGI dan HAGI 
tahun 2011 di Makassar, dengan subjudul "Geologic Controls on Biogeographic 
Wallace's Line". Beberapa tahun sebelumnya, tema ini pernah menjadi tema yang 
diangkat Research Group of SE Asia di bawah Prof. Robert Hall yang mengadakan 
seminarnya di Inggris, sehingga yang datang ke sana tak banyak dari kita.  Di 
sana pada waktu itu berkumpul para ahli geologi, biologi dan yang terkait 
membicarakan wilayah Indonesia yang sangat menarik ini. Saya sendiri tak datang 
ke pertemuan itu walaupun
 diundang. Saya pikir saya lebih baik mempresentasikannya di Indonesia, di 
Sulawesi, di Makassar dan didengarkan banyak orang Indonesia. Dan sekarang saya 
ingin menuliskan ringkasannya agar banyak teman terinformasikan. Makalah 
lengkapnya ada di proceedings pertemuan JCM - Joint Convention Makassar 2011 
(Satyana, 2011, Sulawesi: Where Two Worlds Collided-Geologic Controls on 
Biogeographic Wallace's Line).Semua orang tahu yang disebut dengan Garis 
Wallace, yaitu garis khayal yang berada memanjang utara-selatan dari Selat 
Makassar ke Selat Lombok, berperan sebagai garis pembatas penyebaran fauna. Ke 
sebelah barat dari garis Wallace fauna didominasi oleh tipe2 Oriental (Asia), 
ke sebelah timur dari garis ini fauna didominasi oleh tipe2 Australian. Garis 
Wallace ini pertama disebut tahun 1863, namanya tentu tak asing lagi berasal 
dari Alfred Russel Wallace, seorang naturalis besar Inggris  yang pernah 
menjelajah Nusantara pada 1854-1862.Garis Wallace adalah
 garis biologi atau lebih tepatnya biogeografi, tetapi sejak awal Raffles 
memikirkan bahwa penyebab garis ini adalah geologi. Dalam suatu pertemuan di 
Linnean Society di London pada 3 November 1859, Wallace mengajukan sebuah paper 
berjudul "On the Zoological Geography of the Malay Archipelago", dan dia 
berkata soal biodiversity Indonesia ini punya hubungan dengan geologi. "Facts 
such as these (biological diversity) can only be explained by a bold acceptance 
of vast changes in the surface of the earth".  Apa yang ditulis Wallace ini 
kita tahu sekarang berhubungan dengan terbentuknya Kepulauan Indonesia sendiri 
sebagai akibat amalgamasi, penyusunan oleh bagian dari Indonesia Barat yang 
kemudian bertemu dengan bagian dari Indonesia Timur sejak Neogen."Wallacea" 
adalah nama yang diberikan untuk wilayah di Indonesia bagian tengah yang 
meliputi Sulawesi, sebagian Nusa Tenggara dan Halmahera, tempat fauna (dan 
flora) bertransisi dari tipe Asiatic ke
 Australian, dan sebaliknya. Daerah Wallacea dibatasi di sebelah barat oleh 
Garis Wallace, dan di sebelah timur oleh Garis Lydekker. Sementara garis Weber 
adalah garis kesetimbangan fauna, tempat fauna Asiatik dan Australian sama 
proporsinya, yaitu  50 : 50. Garis Weber terdapat di tengah anatara Haris 
Wallace dan Garis Lydekker. Ketiga garis ini mempunyai arti geologi. Saat ini, 
Garis Wallace sejajar dengan akhir batas Kuarter Sundaland di sebelah timur, 
sedangkan Garis Lydekker mengikuti batas barat Sahul Land.Sekarang kita lihat 
Sulawesi. Sulawesi secara tektonik merupakan wilayah yang disusun oleh benturan 
dua 'dunia' atau massa kerak benua yaitu : Sundaland, yang menyusun Sulawesi 
Barat dan Australoid, yang menyusun sebagian Sulawesi sebelah timur 
(Banggai-Sula)  dan tenggara (Buton). Terjepit di tengahnya adalah kerak 
oseanik yang kini menjadi ofiolit. Pola-pola tektonik benturan, distribusi 
daratan dan lautan akibat proses amalgamasi Sulawesi
 ini akan memengaruhi penghunian Sulawesi oleh fauna asal Asia dan asal 
Australia.Biota Sulawesi beragam mencerminkan afinitas dengan Asia dan 
Australia (Whitten et al, 2002), seperti terjadi dua benturan fauna dari Asia 
dan Australia seperti juga dicerminkan pada proses pembentukan Sulawesi. Semua 
mamalia Sulawesi yang berplasenta betasalmdari Sundaic, sedangkan yang 
berkantung/marsupiala berasal dari afinitas Australia. Tetapi variasi jenis 
fauna di Sulawesi kalah dengan variasi jenis di tempat2 asalnya yaitu di 
Sundaland dan Australia atau Papua New Guinea. Yang khas dari Sulawesi adalah 
tingkat endemisme (kekhasan, hanya ada di tempat itu) yang tinggi karena pulau 
ini terisolasi dari benua pemasok utamanya. Dari semua mamalia  di Sulawesi, 62 
% merupakan spesies endemik. 19 dari 25 spesies amfibi, 13 dari 40 spesies 
kadal, 15 dari 64 spesies ular adalah endemik dengan genus monotypic, juga 
seperempat dari 328 spesies burung adalah endemik (Whitten
 et al., 2002).Di samping itu, island dwarfism juga adalah efek isolasi 
Sulawesi yang menyebabkan pengerdilan hewan2 yang semula besar dari pemasok 
benua, contohnya adalah anoa yang diperkirakan berasal dari kerbau yang biasa 
kita lihatvdi Jawa. Contoh lain pada masa lalu adalah pengerdilan gajah menjadi 
stegodon yang fosilnya ditemukan di area Cabenge, Sulawesi Selatan.Demikian, di 
Sulawesi kita temukan perbenturan antara dua massa kerak bumi antara Sundaland 
dan Australoid, juga perbenturan dua dunia fauna antara fauna Asiatik dan fauna 
Australian. Mengapa kedua hal itu bisa terjadi, sebab fauna Asiatik adalah 
penumpang massa kerak Sundaland, sementara fauna Australia adalah penumpang 
massa kerak Australoid. Setelah itu, mereka mengalami endemisme tersendiri di 
tempatnya sekarang. Maka Sulawesi adalah: where two geologic and faunal worlds 
collided.Salam,Awang      

Kirim email ke