just curious, angka 47% itu dari total existing field yang ada di Indonesia, 
atau WK Pertamina 47% dari total wilayah kerja yang ada di Indonesia. Saya agak 
ragu kalau itu angka dari existing field.

Salam,

Andri



________________________________
 Dari: "abacht...@cbn.net.id" <abacht...@cbn.net.id>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id 
Dikirim: Kamis, 13 September 2012 15:14
Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina 
Cuma Nomor 3
 
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom 
ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan 
pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan 
intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas 
kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.

Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan 
untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas 
produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang 
Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan 
mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini.

Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas 
sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina 
belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia 
benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis 
krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg 
cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn 
Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di 
WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg 
bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk 
dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.

Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 
diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg 
mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok 
keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas 
tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama 
kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa 
diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede 
apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih.

Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data 
teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya 
akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di 
Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan 
bhw semua data migas milik negara!!!! Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah.

Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 
kita sdh bicara aneh2 kayak begini.

Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?

Salam
ADB
Geologist Merdeka
(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi 
lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan 
dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri!!!!)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: <lia...@indo.net.id>
Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma 
Nomor 3
Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rista Rama Dhany - detikfinance
Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB
Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa
lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini.
Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai
Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor
3.
"Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja
migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3
dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi
di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012).
Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk
menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan
asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam.
Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan
asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018.
Pertamina memang mengincar lapangan migas ini.
"Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan
produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi.
Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu
didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun
apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia
dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan
Pertamina mampu menggarap semuanya.
"Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia.
Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina
mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total?
Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak
sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok
tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya
akan mulai dari awal lagi," ujar Rudi.
Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan
produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. "Maksimalkan
apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini
Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas
pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak
per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya
memiliki 2 wilayah kerja saja," tegas Rudi.
Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total
E&P Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi
produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara
minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah
kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu
barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah
kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3
ribu barel setara minyak per hari.




___________________________________________________________
indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id 



--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
REGISTER NOW !
Contact Person:
Email : pit.iagi.2...@gmail.com
Phone : +62 82223 222341 (lisa) 
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id 
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ 
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi 
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke