Testing

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S. (Daru) 
Prihatmoko
Sent: Monday, December 12, 2016 3:06 PM
To: Sugeng Hartono
Cc: iagi-net@iagi.or.id; Mailist MGEI
Subject: [iagi-net] Gempa Aceh --> was: Buku: RAFFLES dan Invasi ke Jawa, dan 
laporan Letusan Tambora

 

Pak Sugeng dkk,

 

Maaf baru reply. Kita semua berduka dengan kejadian gempa Aceh minggu lalu yg 
membawa korban meninggal lebih dari 100 dan belum terhitung korban materi dll. 
Apresiasi tinggi kita sampaikan kpd BNPB dan semua instansi/ badan yg telah 
dengan sigap menangani, mengevakuasi dan memberi pertolongan kpd para korban di 
lokasi. 

 

Dari aspek mitigasi (spt kata-kata klise) mestinya dari kejadian ini (dan juga 
kejadian mirip sebelumnya) harus menjadi pelajaran dalam menyusun strategi 
mitigasi bencana gempa bumi di tanah air. Beberapa hal saya ungkapkan melalui 
wawancara media, salah satunya adalah bagaimana menerjemahkan peta-peta zona 
gempa (dan mikro zonasi – kalau sudah ada) menjadi menyambung dengan regulasi 
yg implementatif. Mungkin dengan menyambungkannya dengan “kode-kode bangunan” 
yg harus dipatuhi dalam mendirikan bangunan/ infrastruktur. Lebih jauhnya 
barangkali bisa sampai menjadi persyaratan dalam memperoleh IMB. Setiap wilayah 
dengan zona “kerentanan” gempa yg berbeda seharusnya memiliki “building codes” 
yg berbeda pula. Saya kira rekan-rekan geologi teknik (MGTI) dan sipil bisa 
mengelaborasikannya dengan lebih baik.

 

Tentang buku Raffles: benar memang menarik, apalagi saat masuk ke bab yang 
menyangkut ke aspek geologi…

 

Salam,

Daru   

 

From: Sugeng Hartono <sugeng.harton...@yahoo.com>
Reply-To: Sugeng Hartono <sugeng.harton...@yahoo.com>
Date: Thursday, December 8, 2016 at 5:05 AM
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>, Sukmandaru Prihatmoko 
<sprihatm...@gmail.com>
Subject: Buku: RAFFLES dan Invasi ke Jawa, dan laporan Letusan Tambora

 

Salam sejahtera.

Kami prihatin dan simpati dengan saudara-2 kita yang menjadi korban gempa Aceh, 
semoga segera mendapat perhatian; juga menyampaikan apresiasi yang tinggi 
kepada Pak Daru yang sudah tampil di Tivi, juga Pak Paripurno dan Pak Surono 
yang berbicara di Radio Elshinta.

Eropa.

Buku Raffles dan Invasi ke Jawa sudah selesai saya baca beberapa tahun yang 
lalu.

"Mungkin lebih baik kalau kita dulu dijajah Inggris, bukan Belanda" kata 
beberapa orang Indonesia. Demikian komentar Tim Hannigan--penulis, juga 
beberapa teman saya.

Namun Indonesia pernah dijajah Inggris antara tahun 1811 dan 1816, ketika 
negeri Belanda diduduki Napoleon, Inggris melakukan invasi dan merebut Jawa 
dari Belanda. Selama lima tahun, Jawa diperintah oleh seorang tokok yang dampak 
masa kekuasaannya terus terasa hingga ratusan tahun kemudian: Thomas Stamford 
Raffles.

 

Bagi sementara kalangan, nama Raffles harum sebagai pendiri Singapura dan tokoh 
visioner liberal di tengah zaman kolonialisme Eropa. Namun ceritanya bukan cuma 
itu. Tim Hannigan mengungkap sisi lain Raffles yang tampak ketika dia berkuasa 
di Jawa: seseorang yang bermimpi menjadi penguasa tertinggi di Jawa, 
meluluhtantakkan Keraton Yogyakarta, mempermalukan para raja dan pangeran 
pribumi, memicu pembantaian Palembang, dan mencoba menerapkan sistem sewa tanah 
yang mengubah ekonomi di Jawa.

 

Memang di dalam buku ini diceritakan ketika Raffles marah besar di hadapan 
Sultan Yogya gara-2 letak kursinya sedikit lebih rendah dari kursi Sultan, 
padahal tradisi ini sudah berlangsung lebih dari seratus tahun sejak Belanda 
memerintah Jawa. Yang memprihatinkan, kalau tidak boleh disebut "kurangajar" 
Raffles mengerahkan tentara India untuk meluluhlantakkan Keraton Yogya. 
Kompleks keraton diberondong dengan meriam dari Benteng Vandenburg (?) yang 
terletak di seberang Alun-alun, sekarang di selatan Pasar Beringharjo. Ketika 
keraton hangus dan porak-poranda, sementara para wanita keraton berlarian 
menyelamatkan diri sambil menggendong anak-2 dan membawa bungkusan para tentara 
India yang berkumis tebal dan berwajah seram ini tidak jarang memandangi mereka 
dengan wajah sinis...

 

Diceritakan juga ketika dalam perjalanan dari Yogya ke Surakarta, rombongan 
mereka menemukan kompleks Candi Sewu yang tertutup semak belukar dan pepohonan 
perdu.... 

 

Pada 5 April 1815, awak kapal Benares yang sedang berlabuh di Makassar 
mendengar bunyi tembakan meriam. Mereka pun berlayar ke arah selatan untuk 
menghadang (perkiraan mereka) para bajak laut... Dengan teropong mereka tidak 
menemukannya. Tanggal 11 April terdengar lebih banyak ledakan"secara berurutan, 
terkadang seperti tiga atau empat meriam ditembakkan secara bersamaan".. 
Selanjutnya mereka baru sadar bahwa sebuah gunung di Flores meletus hebat. 
Ketika kapal mendekat pulau terasa kegelapan terus mendekat, berubah warna 
menjadi kemerahan ibarat neraka. Laut di sekitar lambung kapal menjadi 
berminyak... "Aku tidak pernah melihat sesuatu yang sama dengan kejadian ini 
dalam malam yang gelap; tangan yang didekatkan ke mata pun tak terlihat" tulis 
kapten. Hanya arloji, didekatkan ke api lilin yang bergoyang, yang memberitahu 
mereka bahwa hari telah benar-benar malam, dan abu halus terus turun.....

Letusan Tambora dilaporkan cukup detil.

 

Bagi banyak orang Jawa (waktu itu tentunya) letusan dahsyat di timur pada akhir 
musim hujan merupakan tanda perubahan yang tak terbantahkan. Letusan gunung api 
yang besar selalu merupakan hukuman atau pertanda. Residen Gresik melaporkan 
bahwa sebagian penduduk setempat "menganggap sebagai isyarat perubahan, 
pendirian kembali pemerintah lama (Belanda) ; yang lain memberi penjelasan 
lebih sederhana, dengan mengacu pada tahyul dongeng legenda mereka dan 
mengatakan bahwa Nyi Roro Kidul yang dipuja telah menikahkan anaknya, dan 
letusan itu tembakan penghormatan dari artileri supranaturalnya. Mereka 
menyebut abu sebagai ampas tembakannya..."

 

Membaca buku Raffles sunggung mengasyikan. .. Khusus laporan tentang letusan 
Tambora akan lebih menarik kalau sambil buka-2 buku Prof. Adjat Sudradjat dan 
Heryadi Rachmat yang berjudul:  Greeting From TAMBORA.  A Potpurri of Stories 
on The Diedliest Volcanic Eruption.

 

Salam hangat dari Lebakbulus.


----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.


----------------------------------------------------



Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016

Bandung , October 10-13 2016

for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id



----------------------------------------------------



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)

No. Rek: 123 0085005314

Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)

No. Rekening: 255-1088580



----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

Kirim email ke