http://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0410/13/otonomi/1259056.htm
Rabu, 13 Oktober 2004

Baduy, antara Konservasi dan Pariwisata

"Itu Bapak saya, berhenti dulu," seru Antiwin (30) dari dalam mobil. Ia 
menunjuk seorang pria Baduy Dalam setengah baya yang berjalan memanggul 
setandan pisang dan bungkusan besar dengan sebilah bambu. Mobil yang 
berjalan dari Desa Ciboleger, Kabupaten Lebak menuju Jakarta itu berhenti. 
Para penumpang turun menyalami Ayah Antiwin.
Melihat Antiwin dan bapaknya seolah melihat dua dunia yang sangat berbeda. 
Antiwin memakai t-shirt, celana pendek, dan sepatu sandal. Rambutnya 
dipotong pendek. Sementara Bapaknya memakai baju adat Baduy Dalam, baju 
tenun berwarna biru tua dan sarung lurik sebatas lutut tanpa alas kaki. 
Rambutnya yang panjang disembunyikan dalam ikatan tutup kepala putih.
Perut Antiwin tampak mulai gendut sementara bapaknya seperti kebanyakan 
orang Baduy Dalam tetap langsing dan kecil. Antiwin biasa naik mobil ke 
mana-mana, sementara bapaknya tetap setia berjalan kaki ke mana pun ia 
pergi. Yang tidak bisa dikelabui dari kedua orang ini adalah garis wajah 
mereka yang mirip, menunjukkan mereka sedarah.
Empat tahun lalu Antiwin memutuskan mengundurkan diri dari Baduy Dalam yang 
sangat ketat dengan aturan adat. Ia keluar dari Kampung Cibeo di wilayah 
Badui Dalam ke Kaduketug, wilayah Baduy Luar yang berbatasan langsung 
dengan Ciboleger, terminal kedatangan wisatawan ke Baduy.
Setelah Antiwin, Sanif (28), dan Yuli (33) beserta keluarganya juga 
mengundurkan diri dari kehidupan adat Baduy Dalam, ke Baduy Luar. Bagi 
mereka, aturan adat terlalu berat dan kurang memberi kesempatan berkembang. 
Mereka generasi muda Baduy Dalam yang sangat sering bersentuhan dengan 
dunia luar. Interaksi itu terjadi ketika mereka menjadi pemandu jalan 
wisatawan mengelilingi Baduy atau melakukan perjalanan ke daerah luar Baduy 
atas izin puun (pemimpin adat) mereka.
Keluarnya Antiwin dan teman-temannya dari masyarakat Baduy Dalam bisa jadi 
sebagai sebuah peristiwa biasa. Namun, pakar kebudayaan Fakultas Ilmu 
Budaya Universitas Indonesia Prof Dr Ayatrohaedi melihatnya sebagai sebuah 
perubahan kebudayaan.
"Pertanyaan apakah hidup di luar tidak lebih baik daripada hidup di dalam, 
tumbuh dalam diri mereka," ujar Ayat. Sementara, adat sama sekali tak 
memberikan toleransi akan perubahan. Konflik batin itu akhirnya melahirkan 
keputusan keluar dari komunitas Baduy Dalam.
DIBUKANYA Ciboleger menjadi terminal wisatawan Baduy di tahun 1992 
menjadikan kawasan Baduy ramai dikunjungi orang. Sejak itu, obyek wisata 
budaya terkenal di Kabupaten Lebak ini setiap hari dikunjungi ratusan 
orang. Walaupun masyarakat Baduy menerima pengunjung dengan terbuka, 
kehidupan mereka tidak terusik.
Pengaruh yang terlihat secara fisik justru berupa hadirnya sampah plastik 
makanan yang berceceran hingga di Baduy Dalam. Perubahan perilaku 
masyarakat Baduy hingga keluarnya Antiwin dan kawan-kawannya adalah dampak 
yang muncul kemudian.
Ayatrohaedi menegaskan bahwa masyarakat selalu berubah. Namun, perubahan 
yang berasal dari diri sendiri yang lebih diharapkan daripada perubahan 
yang dipaksakan.
Ia memberi contoh, kasus upacara Seba Masyarakat Baduy Juni tahun lalu. 
Dalam upacara penghormatan pada pemimpin dengan membawa hasil bumi 
masyarakat Baduy ke Kantor Pemprov Banten ini disuguhi pertunjukan dangdut. 
"Yang terjadi (di Baduy) adalah sebuah gegar budaya," ungkapnya.
Menurut Ayatrohaedi, fenomena tersebut menunjukkan bahwa pola hidup yang 
diyakini masyarakat adat tidak dilindungi oleh pemerintah. Di sisi lain 
pengetatan adat yang tak diimbangi dengan pelaksanaan adat yang baik sama 
saja dengan pemerkosaan adat. Banyak pelanggaran adat yang dilakukan secara 
sembunyi-sembunyi.
"Konservasi masyarakat Indian di Amerika adalah contoh bagus," lanjut 
Ayatrohaedi. Masyarakat Indian sangat terbuka terhadap pengunjung, namun 
tetap bangga menjadi Indian karena pemerintah memberi jaminan perlindungan 
bagi pola hidup mereka.
Selama ini, ketika diadakan dialog tentang masyarakat Baduy, orang Baduy 
sendiri tak pernah diajak. Seolah-olah Baduy dianggap bukan masyarakat 
manusia. "Masyarakat Baduy tak pernah ditanya apa yang mereka inginkan," 
imbuh Ayatrohaedi.
Menurut Mang Ayat (panggilan akrab Ayatrohaedi), pemerintah terkesan instan 
dalam menangani masalah budaya. Pembangunan kebudayaan terlalu dipaksakan. 
"Pokoknya cepat selesai," sambungnya. Padahal, masalah budaya bukan masalah 
lima tahun, bahkan sampai tiga angkatan pun bisa jadi belum selesai.
Saat ini dengan mudah wisatawan masuk wilayah Baduy. Ayat berpendapat, 
penataan alur wisatawan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan daya 
tampung Baduy. Pembagian zona juga perlu diperhatikan. Misalnya zona 
pariwisata, zona penelitian, dan daerah konservasi yang tak bisa diusik.
"Seperti pengelolaan museum, pasti ada koleksi yang tak bisa dilihat 
orang," ujarnya memberi contoh.
Jika saat ini pintu masuk terpusat pada Ciboleger, Ayatrohaedi mengusulkan 
empat pintu lagi, yaitu Cisimeut, Palima, Nanggerang, dan Karoya. Alur 
perjalanan juga ditetapkan. Dengan demikian pengunjung akan terbagi dalam 
jalur-jalur kunjungan yang aman bagi masyarakat Baduy.
Pada praktiknya, kebudayaan dan pariwisata akan selalu berjalan berimpitan. 
Kebudayaan membutuhkan dana untuk mampu bertahan. Sementara, pariwisata 
diharapkan mampu menghasilkan dana untuk kelestarian budaya tersebut.
"Tetapi, yang terpenting adalah menempatkan masyarakat sesuai ekologi 
lingkungannya," papar Ayatrohaedi pula. (Y04)
mi  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/6iY7fA/5WnJAA/Y3ZIAA/yppolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Indonesian Backpacker Communities
visit our website at www.indobackpacker.com
"No Spamming or forwarding unrelated messages, you will be banned immediately"
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/indobackpacker/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke