Ada sedikit ulasan dari milis tetangga mengenai pendaki Indonesia di
McKinley, yah semoga bisa jadi bahan renungan dan pembelajaran bagi kita
semua,...amiiin.
 
-------Original Message-------
 
From:  <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Djoko H
Date: 7/11/2008 3:24:34 PM
To:  <mailto:[EMAIL PROTECTED]> rudy
Subject: MENGAPA TIDAK TEMBUS ?
 
TULUSNYA SUDAH OK , FOKUSNYA SUDAH DILAKUKAN , TAPI KALI INI ( SAYANG )
TIDAK TEMBUS. DIMANA LETAK KESALAHANNYA ?
 
001
Keberangkatan Pungkas Tri Baruno , 20 thn. - mahasiswa Universitas
Mercubuana- beserta timnya ( Tim Tunas ) dari Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka mendapat restu dari pemerintah/Menko Kesra.Menpora.
Ekspedisi beranggotakan 4 orang tsb. mendaki gunung MCKinley (
ketinggian 6194 meter dpl ) di Taman Nasional Denali , Alaska. 
 
002
Pendakian ke McKinley ini dimaksudkan sebagai "pemanasan" ( latihan )
sebelum melaksanakan misi utama menaklukkan puncak gunung Vison Massif
di Antartica nantinya.
 
003
2 pendaki "menyerah" dan menghentikan pendakiannya di base camp , sedang
Pungkas dan Zulfa Achyar berhasil mencapai puncak McKinley dan
menancapkan/mengibarkan bendera merah putih disana. Setelah
Summit/Victory Ceremony itu kedua pendaki mulai perjalanannya kembali
turun. Tiba-tiba Pungkas jatuh ( jatuh disini bukan terjatuh kedalam
jurang atau terpeleset ditebing , melainkan jatuh dalam arti ambruk ,
tidak mampu berdiri lagi ). Sesaat kemudian ia berusaha , dan bisa
berdiri lagi.
Tapi lagi-lagi kembali ambruk dan langsung jatuh pingsan.
 
004
Zulfa dan seorang porter ( Ranger yang menyertai sebagai pemandu
jalan/route diwilayah yang sangat liar tsb ) melakukan tindakan
pertolongan. Dilakukan pernafasan buatan / pemberian oxygen , namun
Pungkas tidak mampu berjalan. Ia tewas ditempat yang belum jauh dari
puncak tsb.
 
005
Sampai sekarang sudah lewat 3 hari tetapi proses evakuasi jenasahnya
tetap belum bisa dilakukan karena buruknya cuaca.
 
006
Berbulan bulan sebelum ekspedisi dimulai , Pungkas telah fokus melakukan
latihan yang dilakukannya secara tulus dan serius. Dia telah berlatih
selama 3 bulan agar sasaran misinya bisa tembus ( berhasil mencapai
puncak dan pulang kembali dengan selamat ).
Namun semua usaha keras dan konsentrasinya , kesungguhannya selama ini
ternyata tidak tembus ( berhasil / tercapai dan tuntas ). Apakah ada
yang salah ? Sudah tulus , sudah fokus tetapi ternyata tujuan akhirnya (
kembali dengan selamat ) tidak tembus !
Memang kita bisa saja mengatakan secara cepat "ya memang sudah takdirNya
dia harus meninggal disana !" , tetapi lebih baik lagi kalau kita semua
selalu mencoba melakukan evaluasi & evaluasi setiap kali
melihat/mengalami musibah atau kegagalan semacam itu.
( di klub saya, kebiasaan melakukan evalusi setiap akhir
ekspedisi/aktivitas, untuk menemukan koreksi perbaikan apa yang bisa
dilakukan kedepan , itu juga telah memberikan kontribusi klub dengan "39
tahun tanpa korban/kecelakaan fatal, meskipun beberapa klub lain yang
lebih besar telah mengalami jatuhnya beberapa korban jiwa anggotanya" ).
 
007
Betulkah bahwa Tulus - Fokus , pasti Tembus !!
Sebetulnya jawabannya ada 2 , yaitu Ya ( betul ) , dan ( bisa juga )
Tidak 
Kapankah harus dijawab/diyakini sebagai YA
Dan betulkah endingnya bisa Tidak ? ( = mungkinkah sebuah kegagalan bisa
terjadi ? ).
 
Jawab :
Kata "pasti" ( dalam pasti tembus ) itu perlu kita yakini/miliki ( hanya
) sebagai motivator , pendorong semangat kita agar tetap tinggi.
 
Namun jika ( ending / hasil ) yang terjadi nanti ternyata berbeda dengan
yang kita harapkan ( = yang terjadi adalah kegagalan ), maka sebaiknya
kita tidak perlu mengingkarinya. Kita harus berani menghadapi kenyataan
letika sebuah kegagalan sedang muncul terjadi. Dalam kondisi semacam itu
yang diperlukan justru adalah "keiklasan" dan kemampuan untuk melakukan
evaluasi dan perbaikan. Kalau itu ( sudah ) dimiliki, maka evaluasi itu
-lebih nesar kemungkinannya- akan memberikan hasil ( artinya dimana
letak point kesalahannya akan berhasil diketahui. Namun jika kenyataan
kegagalan itu dihindari -misalnya dengan:"Ini tidak mungkin terjadi !"
atau "Bagaimana ini mungkin terjadi ?" maka
evaluasi/introspeksi/analisis akan menjadi lebih sulit ).
 
007
Jadi mengapa Pungkas yang sudah demikian tinggi semangat , motivasi dan
ketulusannya , ternyata gagal dan kegagalannya justru bukan disebabkan
oleh kecelakaan ( jatuh kejurang , tertimbun avalanche/salju longsor dsb
) melainkan hanya karena "kehabisan nafas" ( akibat kelelahan dan tidak
tahan terhadap lingkungan ).
 
008
Peristiwa "tujuan ( pulang selamat ) yang tidak tembus" itu terjadi
akibat adanya ssuatu yang keliru. Yang keliru bukan karena Pungkas
kurang serius/fokus , karena dia sudah sangat serius dan fokus. Juga
sama sekali tidak ada tanda tanda apapun yang menunjukkan bahwa dia
kurang tulus melakukan misinya. Semua kesungguhannya menunjukkan bahwa
dia tulus menjalankan semuanya.
 
009
Jadi dimana letak kesalahan utamanya ?
Menurut saya , masalahnya terletak pada KURANGNYA PENGETAHUAN ( alias
pemahaman yang dimiliki/dianut tentang masalah yang dihadapi TIDAK
PAS/SALAH ). Kekeliruan "knowledge" itulah sumber utama yang akhirnya
mengantarkan/mendatangkan keyakinan diri yang berlebihan ( over
confidence ) dan berakhir dengan musibah.
Mengapa saya meyakini adanya "kesalahan pemahaman/knowledge" ini ?
 
010
Semula saya belum menangkap benar peringatan-peringatan ( statement )
dari pendaki senior Don Hasman dkk ( Dondy Rahardjo & Okta ) yang
menilai bahwa tim Pungkas , Rudi ( yg tidak jadi berangkat ) dkk adalah
"tim yang tidak masuk akal" 
Tim ini -menurut para pendaki senior tsb yang menjadi penasehat tim
Tunas tetapi akhirnya mengundurkan diri sebagai penasehat karena menilai
tim tsb "belum waktunya/layak mendaki MCKinley" sementara tim tetap
berkeras berangkat dan merasa mampu.
 
011
Tetapi setelah saya membaca sendiri ABSTRAK dari Tim Tunas ( seperti
terlampir ) -mungkin abstrak ini pula yang menjadi proposal yang
diajukan ke pemerintah ( ? )- saya menjadi paham tentang apa yang
dimaksudkan dengan "tim tsb tidak masuk akal" oleh Don dkk.
 
Dari abstark itu terbaca jelas bahwa pengalaman Pungkas baru sebatas
mendaki G. Salak ( 2211 meter ) dan G. Galunggung ( 2167 m ). Mungkin
juga G.Gede ( 2958 ). Boleh saja teman-temannya para pramuka pendaki
memberikan komentar bahwa Pungkas sangat gesit/kuat saat mendaki , tapi
kalau itu benar maka kekuatan/kegesitan itu baru boleh diakui & diyakini
bagi lingkungan gunung-gunung tropis dengan ketinggian disekitar 2000
meter atau dibawah 3000 meter.
 
Ini salah satu titik kritis "penyebab" yang perlu diwaspadai. Kalau kita
berpijak pada Abstrak tsb. berarti Pungkas belum pernah sekalipun
mendaki ke ketinggian diatas 3000 meter. Seberapapun rajinnya ia
berlatih di Cibubur , bagaimana mungkin seorang pendaki 3000 an meter
tiba-tiba merasa kuat untuk langsung menaklukkan ketinggian diatas 6000
meter ? ( McKenley 6194 meter ).
 
012
Bukankah ketrampilan & kompetensi seorang pendaki harus selalu diasah
secara bertahap ( katakanlah dari lingkungan ketinggian 2000 an meter ,
naik kelas ke 3000 an , lalu 4000 an , 5000 an dst. dan bukan dari 2000
an langsung ke 6000 an. Demikian juga area tropis sangat berbeda dengan
sub tropis dan area antartika.
 
013
Setiap perbedaan ketinggian ( yang "hanya" ) 1000 meter memberikan
perubahan yang cukup ekstrim. Rupanya bekal utama Pungkas mendaki
MCKinley "hanyalah" motivasi dan tekad saja , tetapi pengalaman dan
pengetahuannya -adalah betul- masih sangat tidak masuk akal ( maksudnya
belum cukup ) untuk dipakai mendaki McKinley. Hanya motivasi itulah yang
masih menyebabkan kakinya sampai ke puncak. Hanya tekadnyalah yang
membuat kakinya tetap sampai menginjak puncak , tetapi begitu "sasaran
utama" itu tercapai, fisik dan "nafas"nya langsung tersadar dan
berhenti, bagaikan pelari marathon yang fisiknya tidak kenal menyerah,
tetapi tiba-tiba ambruk "menyerah" setelah menyentuh garis finish.
 
Padahal tujuan sebenarnya dari "latihan secara bertahap" itu bukan (
hanya ) agar mampu mencapai puncak, melainkan itu prasyarat & prosedur
SAFETY. Dan safety harus diartikan "sampai kembali kerumah dalam keadaan
selamat"
 
014
Dari ketinggian 2000 an langsung ke 6000 an ?
Menurut saya , itulah yang disebut "tidak masuk akal" oleh Don dkk.
Wawasan ( pengetahuan akan inti masalah ) yang keliru itulah yang
mendatangkan over confidence yang sangat berbahaya.
 
015
Saya setuju bahwa Pungkas sebetulnya masuk golongan pendaki berbakat.
Sebetulnya ia memang pendaki yang mumpuni dan mampu , namun seharusnya
ia menjalankannya tahap demi tahap. Melakukannya langsung dari 2000 an
meter ke 6000 an , sangatlah berbahaya.
 
016
Pendapat ini bukan sekedar apa yang sering direspons/dituding orang
dengan "ya tentu saja demua bisa. Semua orang hanya komentar setelah
sesuatu terjadi" , melainkan mencoba untuk mengevaluasi ( tentu saja
dari kacamata pribadi dan keterbatasan pengetahuan ).
 
Djoko H.                     
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke