Teman-teman Indoz-net semua,


Mari kita  baca   bersama  'Berita  Utama',  SUARA  MERDEKA, 
Jumat, 28   Januari  2000   yang ulasan beritanya terbaca dengan
di bawah ini:

 "Di Depan Setia, di Belakang Lain"

      Gus Dur soal Isu Kudeta TNI 
      SK Pensiun 4 Jenderal Diteken 

 JAKARTA-Presiden Abdurrahman Wahid melontarkan  pernyataan  menarik 
 soal ancaman kudeta TNI. Dia mengaku tidak khawatir meninggalkan Tanah 
 Air, karena 10 persen tentara yang tidak loyal tidak  lagi  didengar oleh anak 
 buahnya.

 Hal tersebut  dikemukakannya ketika ditanya wartawan mengenai kebenaran 
 berita pemensiunan  empat  jenderal  yang  kini duduk dalam kabinet, seusai 
 memimpin sidang kabinet paripurna di Bina Graha, Rabu.Presiden membenar-
 kan, sudah menandatangani pensiun beberapa menteri yang hingga kini masih 
 berstatus TNI aktif.

 "Itu karena peraturan Pemerintah, peraturan yang dibuat  dari dulu; siapa orang 
 yang keluar dari lingkungan TNI dalam kerjanya, harus out. Jadi, bukan  karena 
 kemauan saya,  melainkan karena peraturan  yang dibuat  sendiri. Malah ini ter-
 lambat untuk dilaksanakan.''

 Empat jenderal  yang disebut  Gus  Dur segera  pensiun adalah Menko Polkam 
 Wiranto,  Mentamben  Susilo Bambang Yudhoyono, Men-PAN Freddy Numberi, 
 dan Menteri  Perhubungan  Agum Gumelar. Seorang menteri lainnya yang lebih 
 dulu pensiun adalah Mendagri Surjadi Soedirdja.

 Kendati  surat   pensiunnya  sudah  ditandatangani,  menurut   Presiden, masa 
 pensiun keempat jenderal itu berlaku    efektif    mulai tanggal    31 Maret 2000. 
 Mengapa 31 Maret, karena ketentuan   pensiun  TNI   memang  selalu terhitung 
 mulai tanggal tersebut.

 Tak Khawatir

 Saat menanggapi pernyataannya  dalam sebuah wawancara di salah satu televisi
 swasta, yaitu  mayoritas   TNI   sekarang  loyal kepada Pemerintah dan hanya 10 
 persen yang tidak setia, Gus  Dur  mengaku tidak khawatir jika saat pergi ke  luar 
 negeri sampai dua minggu 10 persen TNI yang tidak loyal akan melakukan kudeta.

 "Saya nggak khawatir apa-apa.Saya tinggalkan (Tanah Air) dengan tenang. Kenapa,
 karena saya tahu mereka itu kan sebagian  perwira yang tidak didengar anggotanya. 
 Boleh saja   mereka   perintahkan   apa  saja. Selain itu, mereka juga penakut. Jadi, 
 nggak usah khawatir. Di depan saya, ia ngomong setia, di belakang  lain  lagi bunyi-
 nya,'' demikian Gus Dur.

 Wiranto  yang  ditanya    sebelum  sidang  kabinet  menolak memberikan tanggapan. 
 Sedangkan  Panglima    TNI   Laksamana   (TNI)   Widodo   AS   meminta  wartawan 
 menanyakan kepada Presiden. "Tanya beliau,'' kata Widodo menunjuk Gus Dur yang 
 baru tiba di ruangan.

 Sementara itu, saat menyinggung  matinya enam marinir  saat kunjungan Gus Dur ke 
 Aceh, Widodo   menyatakan   ada   fenomena   faktual  di wilayah tersebut, yaitu ada 
 kelompok sipil bersenjata yang selama ini mengganggu keamanan di sana.

 "Dan aparat di sana, baik TNI maupun Polri melakukan langkah yang dapat dipertang-
 gung-jawabkan   dalam   rangka   penegakan hukum, pembelaan diri, dan penegakan
 simbol-simbol kedaulatan.''

 Kapolri Letjen (Pol) Rusdihardjo membantah   peristiwa   itu menunjukkan ada  konflik 
 antara Polri   dan marinir. Menurutnya, pelaku  penembakan  anggota marinir tersebut 
 adalah dari pihak GAM.

 Salah satu  usaha yang telah dilakukannya antara lain dengan mengadakan pasejeuk
 dengan taliban. Sebab anggota taliban memang berpotensi membantu Polri.

 "Jangan Anda   beranggapan  taliban  itu kayak  di Afghanistan. Taliban  itu santri, 
yang
 potensinya di Aceh cukup besar, dan mereka ingin membantu aparat keamanan.'' Kalau
 ada benturan karena cara-cara dan tindakan aparat kepolisian yang keliru, dirasa 
kurang
 pas, atau kurang memahami budaya masyarakat setempat,  dan  sebagainya,  menurut-
 nya perlu dilupakan untuk mempersatukan kembali.

 Lebih lanjut Kapolri menegaskan, hal yang utama adalah menegakkan hukum. (A20,eh-50t)
                                Copyright© 1996 SUARA MERDEKA
                                 -----------------------(YLH)----------------------

Kirim email ke