From: <ALUMNUS JURUSAN MATEMATIKA DI EROPA>

To: Nasrullah Idris<[EMAIL PROTECTED]>
Date: Saturday, February 05, 2000 21:24


Hallo Mas ......................
Terima kasih atas responnya.

*****Saya tidak terlalu mengerti dengan bidang yang anda katakan yaitu,
Reformasi  Sains Matematika Teknologi.  namun saya tetap akan mencoba untuk
mengerti dan menjawab pertanyaan-pertanyaan anda.
#####"Reformasi Sains/Matematika/Teknologi" adalah bidang studi saya yang
sudah saya geluti sejak delapan tahun secara autodidak.  Maksudnya adalah :
Memperluas ruang aplikasi pada S/M/T, Memperbanyak sosialisasi cara pandang
terhadap S/M/T,  Meluruskan image keliru  seputar S/M/T, dan  Mempercepat
pemahaman S/M/T.

*****Pertama. Kemungkinan seorang putra Indonesia untuk menemukan sesuatu
yang  fundametal theory di bidang matematika, seperti Pythagoras Theorem ...
menurut saya kecil sekali.
#####Justru saya melakukan pengkajian Reformasi S/M/T untuk membuktikan
bahwa peluang bagi bangsa Indonesia untuk menemukan Teori Matematika
Monumental (TMM) masih luas. Sekaligus mengubah segala bentuk mitos yang
menganggap peluang itu sangat kecil, sebagaimana kata anda, plus beberapa
profesor yang nadanya pun sama.  Saya mengatakan begini secara sentral,
dalam artian, terlepas, apakah saya orang Indonesia atau bukan. Jadi
intinya, setiap bangsa mempunyai peluang yang sama.
     Apa yang dinamakan TMM belumlah seberapa dibandingkan dengan yang belum
ditemukan. Ini harus dijadikan pegangan pokok. Jadi pintu penemuan lainnya
masih terbuka luas.
     Pada kesempatan berikutnya akan saya ungkapan beberapa argumentasinya.
*****Alasan saya mengatakan kecil sekali adalah karena Indonesia  tidak
memiliki sejarah yang kokoh di bidang ini.
#####Karena itulah perlu dijadikan pecutan untuk mengejar ketertinggalan.
Tetapi bukan berarti tidak mempunyai peluang.
*****Kita baru memulai pengenalan akan matematika sedangkan orang-orang yang
anda sebut itu membangun dan merancang matematika saat itu.
#####Kalau Matematika itu sendiri didefinisikan sebagai ruang lingkup dan
kaidah-kaidah yang terbatas, ya terang aja anda berpendapat demikian.
*****Bisa dikatakan bahwa mereka-mereka itulah para penemu matematika itu
sendiri.
#####Kebesaran suatu bangsa di bidang Matematika tidak ditentukan oleh
warisan para penemunya, tetapi bagaimana bangsa itu sendiri memperbanyak
warisan penemuan.
*****Rasanya sulit untuk mencari seorang jenius yang bisa menemukan sesuatu
sekaliber itu di saat sekarang ini.
#####Soalnya pendidikan Matematika cenderung mengarahkan terdidik untuk
menimba ilmu Matematika sebanyak-banyaknya sampai substansi yang sulit
dilakukan oleh kebanyakan orang secara berjenjang. Seharusnya juga
mengarahkan terdidik memikirkan Matematika yang tidak terpikirkan oleh
kebanyakan orang secara berjenjang.

*****Alasan kedua adalah kita tidak pernah memandang bidang foundation of
math. itu sebagai suatu bidang
yang menarik.
#####Ya betul. Karena format Matematika itu bak "8 4 1 7 9 5 3 0 6 2",
bukannya "0 1 2 3 4 5 6 7 8 9". Siapa pun akan lebih mudah menghapal yang
kedua ketimbang yang terakhir. Karena yang kedua lebih menarik ketimbang
pertama.

Persoalan ini jangan hanya dibebankan kepada pakar Matematika. Apa salahnya
psikiater, psikolog, dan dokter syaraf ikut dilibatkan dalam perencanaan
ini. Bukankah suksesnya tim sepakbola tidak dibebankan pada pelatih, juga
tim medis.

*****Di jaman ini, di mana matematika sudah begitu rapi terbangun, kita
tidak lagi berbicara founda-
tion of math. tetapi banyak sekali tantangan di bidang lain seperti
matematika  kelautan, matematika terapan, dll.
#####Terkadang apa yang kita namakan TMM pada awal terciptanya tidaklah
dianggap sebagai TMM. Ini harus dijadikan renungan.

Salam,

Nasrullah Idris













Kirim email ke