Alhamdulillah,

Ibarat ikan yang fitrahnya hidup di dalam air, manusia memang diciptakan
fitrahnya untuk hidup di dalam samudra dzikrullah. Bila ikan melawan fitrahnya
mencoba hidup di darat akan mati, manusia yang hidup tanpa dzikrullah hatinya
akan selalu gelisah megap-megap mencari air penyejuk kehidupannya, kalau tidak
ketemu-ketemu akan binasa juga. Alaa bidzikrillah tathmainul quluub (ayat yang
dikutip QS. Ar Ra'd).

Dzikrullah memang tidak hanya hati mengingat atau lisan mengucap, akan tetapi
barangkali lebih lengkapnya hati, lisan dan perbuatan yang selalu *nyambung* ke
Allah. Bagaimana biar bisa istiqomah dalam berdzikir ? Barangkali hatinya harus
dibangunkan dulu sampai sadar bahwa diri ini selalu berhadapan dengan Allah
(tajalli / musyahadah). Bagaimana biar bisa bangun ? Barangkali perlu dibanjur
dengan cahaya ilmu ma'rifat terlebih dahulu.

Jadi berdzikir bukan buat sekadar mencari ketenangan atau mencari hidup yang
lebih luar biasa. Tapi cuma karena memang manusia sudah diciptakannya begitu.

Tambahan sedikit Bang Syaifuddin, untuk menyelami samudra dzikrullah itu perlu
kehati-hatian dan kecermatan, jadi tidak bisa sembarangan. Bagusnya ada
pembimbing. Sebab banyak juga air yang beracun atau tidak sesuai peruntukannya.
Ibarat ikan laut tidak bisa hidup di sungai. Kalau dalam dunia tarekat,
lafazh-lafazh dzikir atau hizib-hizib tidak boleh diamalkan melainkan bila
memang telah diijinkan oleh pembimbing spirtualnya. Ini untuk keselamatan sang
pedzikir sendiri, supaya tidak meracuni diri sendiri di luar kemampuan dan
kapasitas yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Wallaahu 'alam,

= Wizh =




Please respond to Milis is-lam <is-lam@milis.isnet.org>

To:   "Milis is-lam" <is-lam@milis.isnet.org>
cc:    (bcc: IPD Wiska Susetio/QA/domino_srv)

Subject:  [is-lam] Dahsyatnya Zikir



DAHSYATNYA ZIKIR
Oleh Syaifuddin Ma'rifatullah - Medan

Al-Qurthubi, dalam tafsirnya no.6/4482, yang dikutip oleh Prof. Syeikh
Muhammad Mutawalli Sya'rawi dalam bukunya "Shalatnya Orang-Orang Khusyu',
Penerbit Najla Press, Jakarta, Cetakan Pertama, tahun 2004, halaman 95"
menjelaskan bahwa ketika Nabi Ibrahim (as) hendak dilempar ke dalam api yang
telah dipersiapkan oleh Raja Namrud, tiba-tiba malaikat Jibril datang dan
bertanya kepadanya :

"Apakah kamu membutuhkan suatu bantuan ?"

Tanpa menyombongkan diri, serta merta Nabi Ibrahim menjawab "Sementara
kepadamu tidak dan Ilmu-Nya tentang keadaan saya tidak membutuhkan
permintaan dari saya", maka seketika itu juga Allah berfirman :

"Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".
(QS 21:69)

Seorang Ibrahim tak pernah lalai dari ingat atau zikir kepada Allah Tuhannya
yang Maha Mengawasi, Yang Maha Menolong, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
yang mampu berbuat sekehendak hati-Nya, sehingga meskipun pada saat
segenting itu, dia tetap tenang dan tidak merasa khawatir atau bersedih.
Ingatan dan keimanannya kepada Allah tuhannya begitu teguh, yang akhirnya
mendatangkan kekuatan yang Maha Dahsyat, yang datang dari Allah yang Maha
Perkasa : "Api yang panas menjadi dingin dan menyelamatkannya dari ganasnya
api yang telah disiapkan oleh Raja Namrud".

Zikir Penentram Hati Orang Beriman

Maha Suci Allah yang tidak pernah menyalahi janji-Nya. Allah berfirman :

"., ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu [dengan
melimpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku". (QS 2:152)

Ketika seorang hamba Allah ingat kepada Allah, maka seketika itu juga Allah
ingat kepadanya. Ketika seorang mengetahui hal ini, seorang hamba Allah,
hatinya menjadi aman dan tentram. Allah telah berfirman tentang hal ini :

". orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram". (QS 13:28)

Dia ayat ini menjelaskan bagaimana seornag Ibrahim bisa menjadi tetap merasa
aman dan tentram menghadapi ancaman maut yang menghadang di depannya.
Begitulah dahsyatnya zikir yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim (as), zikir yang
tidak diucapkan hanya di mulut dan tidak diteriakkan di tengah keramaian
orang banyak. Nabi Ibrahim berzikir dengan cara yang sangat rahasia, yang
hanya diketahui oleh dirinya dan Allah Rabb-nya, sehingga Raja Namrud tidak
mampu menangkat sinyal zikirnya Nabri Ibrahim yang akan dibakarnya
hidup-hidup.

Kita mungkin bisa berdalih bahwa kejadian itu adalah sebuah mukjizat seorang
nabi, yang tidak mungkin terjadi pada seorang manusia seperti kita.
Pernyataan pesimistik ini, sesungguhnya berasal dari syetan yang
menghembuskan keraguan ke dalam hati kita. Lain yang dialami Nabi Ibrahim,
tentu lain pula yang kita alami.

Saya pertaruhkan keimanan diri saya, bahwa Allah tidak pernah mengubah
janji-Nya. Allah akan tetap dan tidak pernah lalai dari ingat dan tetap
mengawasi hamba-Nya yang ingat (zikir) kepada-Nya. Dan sunnah-Nya juga tidak
pernah berubah bahwa siapa pun dari orang beriman yang berzikir dengan
ikhlas hanya kepada Allah, niscaya hatinya akan merasa aman dan tentram.

Apakah Allah akan tetap menolong orang-orang beriman dari manusia biasa,
yang selalu ikhlas berzikir kepada-Nya, dalam keadaan segenting Nabi Ibrahim
itu ? Tak usah sejauh itu, "apakah dapat menolong hamba-Nya dalam memenuhi
kebutuhannya meskipun dalam keadaan segenting apa pun ?". Percayakah bahwa
Anda pun bisa mendapatkan keajaiban yang sama bila Anda memang
sungguh-sungguh berzikir kepada Allah ? Mari kita lanjutkan dengan membahas
makna zikir yang sesungguhnya, yang pengaruhnya sebegitu dahsyatnya.

Zikir Itu Adalah Ingat Atau Eling

Kita sering rancu dalam memahami makna zikir. Di satu fihak, ada orang yang
berzikir dengan suara keras-keras dan di fihak lain ada juga orang yang
tanpa bersuara tetapi menghitung-hitung buah tasbih, disebut juga berzikir.
Dan yang lainnya, tanpa kelihatan ha-hi-hu-nya, seseroang sudah melakukan
zikir. Kita kemudian bertanya : "Apakah  yang sesungguhnya disebut berzikir
itu ?". Mari kita diskusikan bersama !

"Zikir" adalah kata bahasa Arab, yang bermakna "Ingat" dalam bahasa
Indonesia atau bermakna "Eling" dalam bahasa Jawa. Yang dimaksud ingat di
sini adalah ingat kepada Allah dengan segala sifat-Nya. Zikir adalah
kegiatan yang dilakukan oleh hati, yang kemudian dengan serta merta
dicetuskan oleh lisan, berupa kalimat-kalimat tasbih, tahlil, tahmid, dan
hawlaquwala.

Zikir adalah kegiatan mengingat Allah dengan segala sifat-sifat-Nya. Bila
hal itu terucap, hal itu adalah karena hatinya mengingat. Jika telinganya
mendengar ayat-ayat Allah, maka hatinya bergetar. Jika matanya melihat
ciptaan Allah, maka hanya Allahlah yang teringat. Ketika dari tidur dia
terjaga, maka hatinya tenteram karena yakin Allah yang Maha Perkasa-lah yang
menjaga. Dia tak merasa kekurangan rizki, karena dia yakin, Allah yang Maha
Adil-lah yang membagi rizki untuknya. Tak merasa takut, karena hanya
Allah-lah yang siksa-Nya ditakutinya. Seorang pezikir yang ikhlash selalu
hati merasa aman dan tenteram, dapat berfikir jernih, tidak emosional dan
cerdas.

Berzikirlah Tanpa Bersuara Keras

Jadi, zikir bukanlah kegiatan mengucapkan dengan suara keras suatu kalimat
pujian dan sanjungan kepada Allah kecuali dalam hal melakukan pembelajaran
kepada sekelompok orang yang sedang belajar mengingat dengan mendengarkan
suatu ucapan, malainkan suatu kegiatan hati sebagai proses untuk menanamkan
ingatan ke dalam alat pengingat dan mengingat sesuatu yang pernah ditanamkan
sebelumnya di dalam media pengingat tentang Allah dan sifat-sifat-Nya..

Lebih jelas lagi,  Allah telah memberikan adab-adab dalam berzikir
kepada-Nya:

"Dan berzikirlah kepada Tuhannmu dalam hatiumu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai". (QS 7:205)

Diriwayatkan, bahwa ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat dalam sebuah
perjalanan perang, beliau singgah bersama para sahabat tersebut di sebuah
lembah. Tiba-tiba sekelompok sahabat bertakbir dan bertahlil dengan suara
keras, maka Rasulullah menegur mereka dan bersabda :

"Wahai sekalian manusia ! Rendahkanlah suara kalian, sesungguhnya kalian
tidak menyeru Tuhan yang tuli lagi jauh, tetapi kelian menyeru Tuhan Yang
Maha Mendengar lagi sangat dekat". (HR. Bukhari, dalam shahihnya, 6384).

Allah itu memang tidak tuli, Dia Maha Mendengar dan sangat dekat. Untuk
mengajar berzikir kepada sekelompok murid yang sedang belajar memanglah
harus dapat didengar dan diresapkan di dalam hati. Akan tetapi untuk
berzikir itu sendiri, suara keras tidaklah diperlukan lagi. Setiap yang
ciptaan Allah yang dapat kita dengar dan kita lihat hendaklah dapat kita
resapkan di dalam hati pada saat pertama hal itu terjadi, akan tetapi pada
waktu yang lain mungkin kita cukup menampilkan kembali (mengingat) apa yang
sudah kita resapkan di dalam hati itu untuk menjadi suatu petunjuk atau
referensi dalam setiap tindakan kita. Itu proses berzikir yang sesungguhnya.

Berzikirlah Agar Dibimbing Allah

Asal mulanya suatu kegiatan yang kita lakukan adalah berasal dari adanya
suatu keinginan yang melintas di dalam hati. Di dalam hati setiap manusia
terdapat dua bisikan yang mempengaruhi, yaitu bisikan kefasikan yang berasal
dari syetan dan bisikan ketaatan kepada Allah berasal bimbingan dan petunjuk
Allah kepada kita. Hal ini telah diinformasikan oleh Allah di dalam
firman-Nya berikut ini:

". maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya". (QS 91:8)

Jika di dalam hati banyak dilakukan kegiatan mengingat Allah dengan
sebenar-benarnya, maka bisikan ketaatanlah yang kuat suaranya untuk
memerintahkan kita melakukan suatu gerakan. Rasa aman dan tenteram hanya
berasal dari perasaan kedekatan dengan Allah Sang Maha Pemelihara. Sedangkan
kegundahgulanaan ditimbulkan oleh suara bisikan syetan, yang selalu mencoba
menjauhkan  manusia dari Allah,Tuhan yang selalu memelihara manusia.

Oleh sebab itu, Allah berpesan kepada manusia agar berzikir banyak-banyak
semampu yang kita lakukan, sedapat mungkin setiap saat tanpa henti, sehingga
hati (jiwa) kita dipenuhi oleh ingatan kepada Allah saja:

"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan
petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
(yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
 beriman". (QS 33:41-43)

Pada ayat ini, Allah menyatakan bahwa dengan berzikir akan menyebabkan
orang-orang beriman mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah dan selalu
mendapat kemudahan dari kegelapan menjadi terang benderang, karena Dia ingin
menolong orang-orang yang beriman kepada-Nya.

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mu'min [Yang dimaksud dengan "muslim" di sini ialah orang-orang yang
mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan
orang-orang mu'min di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus
dibenarkan dengan hatinya.], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan  perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
berzikir (mengingat) kepada Allah, Allah telah menyediakan  untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar". (QS 33:35)

Kini jelas bagi kita bahwa hakikat zikir yang sesungguhnya adalah
menyibukkan hati kita dengan kegiatan mempelajari, memperdalam dan mengingat
Allah dalam segala keadaan. Rasa aman dan ketenteraman hati akan muncul
secara otomatis pada orang yang selalu berzikir kepada Allah tanpa henti,
baik berdiri, duduk atau berbaring, baik pagi maupun petang, baik siang
maupun malam.

Kelebihan Orang Yang Berzikir Dari Orang Yang Berdo'a

Orang yang berdo'a tidak akan mungkin dapat berdo'a kecuali jika dia ingat
(zikir) atau tahu kepada siapa dia berdo'a. Akan tetapi Allah memberikan
penilaian yang lebih kepada orang-orang yang berzikir dibandingkan dengan
orang-orang yang berdo'a.

Pada awak tulisan ini, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki keyakinan
(zikir) yang teguh dan pasti bahwa Allah telah mengetahui apa yang
dibutuhkan olehnya meskipun tanpa dimintanya, dan seketika itu juga Allah
memerintahkan api yang akan membakarnya menjadi dingin dan menyelamatkan
Nabi Ibrahim dari kekejaman Raja Namrud yang hendak membakarnya dengan api.

Nabi Ibrahim selalu zikir (ingat) kepada Allah, yang selalu ia taati
perintah-Nya. Nabi Ibrahim hanya melayani Allah tanpa meminta upahnya, dia
bekerja tanpa pamrih. Akan tetapi Allah yang Maha Mengetahui, yang Maha
Bijaksana, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, tidak pernah melepaskan
pengawasan-Nya kepada Nabi Ibrahim. Allah selalu melindungi Nabi Ibrahim
yang menyerahkan seluruh dirinya ke dalam pengabdian kepada Allah itu.

Dalam suatu hadits Qudsi Rasul Allah menjelaskan sebagai berikut :

"Barang siapa disibukkan oleh dzikir kepada-Ku dari meminta-Ku, maka Aku
akan memberikannya yang lebih baik daripada yang Aku berikan kepada
orang-orang yang meminta". (HR Tirmidzi, dalam Sunan-nya, 2926)

Dzikir yang seperti apakah yang menyebabkan Allah memberikan lebih daripada
kepada orang yang berdo'a ? Bukankah dzikir itu hanya mengingat, sedangkan
do'a itu meminta, mengapa yang meminta (berdo'a) justeru diberikan tidak
lebih banyak dari orang yang hanya mengingat-ingat Allah ? Kita akan mencoba
mencari catatan, pengaruh dzikir maupun do'a terhadap kehidupa muslim dari
orang-orang yang pernah melakukannya.

Sharing Pengaruh Dzikir Terhadap Kehidupan Muslim

Penulis berharap para pembaca mau melakukan sharing (berbagi pengalaman)
kepada penulis, dengan mengirimkan pengalaman pribadi yang berkaitan dengan
dzikir atau do'a yang telah dilakukannya, yang ternyata memberikan kesan
atau pengabulan yang sangat luar biasa bagi kehidupan pribadinya.

Silahkan kirimkan pengalaman mengesankan Anda tersebut sebanyak-banyaknya
kepada penulis via e-mail pribadi ke :

Syaifuddin Ma'rifatullah [EMAIL PROTECTED]

atau dikirimkan via pos ke alamat rumah :

Syaifuddin Ma'rifatullah
Jl. Kelapa 2 No.11/18, Komplek RISPA III
Kel. Gedong Johor, Kec. Medan Johor
Medan 20144,
Sumatera Utara, Indonesia.

Insha Allah ungkapan pengalaman pribadi yang mengesankan ini akan hamba
rangkum sebagai sambungan artikel ini. Meskipun Anda tidak ingin dicantumkan
identitas diri Anda dalam artikel ini berikutnya, namun untuk catatan bagi
penulis, kiranya Anda tidak berkeberatan untuk sekedar mencantumkan nama dan
alamat Anda. Terima kasih.

As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Syaifuddin Ma'rifatullah - Medan







_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke