Wim F Wertheim, Sahabat dan Pembela Rakyat Indonesia
Nov 5, '05 1:45 PM ET
 
Category: Books
Genre:  Literature & Fiction
Author: A. Kohar Ibrahim
KREASI & PAK WERTHEIM
Oleh: A. Kohar Ibrahim, Editor
 
DARI Bandung pada awal November ini datang undangan untuk menghadiri acara bincang berbincang buku Memperingati Tragedi 1965-2005 bertempat di Toko Buku Malka. Sebagai kegiatan lanjutan setelah peluncurannya di Jakarta beberapa waktu lalu.
 
Tak urung memang penerbitan buku yang erat kaitannya dengan permasalahan sejarah bangsa dan rakyat Indonesia itu sendiri merupakan titik signifikan bersejarah pula. Sejarah dalam dan untuk kesinambungan sejarah itu sendiri. Termasuk cara dan gayanya yang kegotong-royongan dari kaum yang terpinggirkan oleh kaum penguasa Orde Baru selama empat dasa warsa ini.
 
Dalam kaitan itu saya jadi teringat pada salah seorang Belanda yang saya apresiasi banget. Yakni Pak Wim F. Wertheim. Kalau saja beliau masih hidup, pastilah beliaupun akan mengapresiasinya. Seperti bagaimana sambutan atau apresiasi sekalian dukungannya ketika kami mengelola penerbitan yang bersifat sederhana dan yang tergolong pers alternatip periode 1989-1999. Seperti, antara lain, majalah-majalah Kreasi dan Arena.
 
Tapi yang membikin saya tergugah untuk menulis artikel ini memang justeru temponya pun cukup signifikan. Yakni juga di minggu pertama bulan Nopember, Pak Wertheim wafat. Tahun 1998. Tepat sesaat sebelum Majalah Kreasi N° 40 dicetak, yang justeru menurunkan naskah dalam rangka hari ultahnya. Dengan kulit muka memuat foto beliau.
 
Dalam rangka mengenang beliau, kiranya ada manfaatnya juga saya muat ulang tulisan tersebut yang berjudul:
Wim F. Wertheim,
Sahabat dan Pembela Rakyat Indonesia
 
SEJAK terjadi "G30S/Letkol Untung", yang ditumpas "Gestok/Letjen Suharto" pada tahun 1965, rakyat Indonesia mengalami penderitaan teramat berat. Kekuatan rakyat dan pembela kepentingannya yang berada di barisan depan mengalami fintahan, diperhantukan, dikejar-kejar, ditangkap, disiksa, dilempar dalam penjara atau dikirim ke kamp-kamp konsentrasi dan bahkan dibunuh secara keji. Kebiadaban yang tiada taranya dalam lembaran sejarah Indonesia itu dilakukan oleh kekuatan reaksisoner yang dipelopori oleh kaum militer. Segalanya semata-mata demi kekuasaan negara, demi tegaknya rezim yang zalim yang selaras dengan kepentingan kaum reaksioner dalam negeri dan kaum nekolim yang dikepalai oleh imperialis Amerika Serikat. Setelah rezim Sukarno ditumbangkan, berdirilah rezim Suharto yang dinamakan Orde Baru itu.
 
Kebiadaban kekuatan sekaligus kekuasaan reaksioner itu telah mendera jutaan korban manusia yang dibunuh, dipenjara dan yang mengalami berbagai penderitaan lainnya. Di antaranya, terdapat beratus-ratus orang yang kebetulan sedang berada di luar negeri, termasuk penulis sendiri. Maka dalam kesuraman dan kemalangan sedemikian rupa, ternyata ada kekuatan, ada oang atau orang-orang yang bukan saja sudi tapi juga terbukti telah secara tegar dan konsisten menyatakan rasa setiakawan dan pembelaan terhadap para korban, melakukan segala kegiatan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, sesungguhnyalah hal itu sangat menggugah hati dan pikiran kita. Betapa luhur budi dan betapa besar jiwanya. Maka sepatutnyalah kita menghargai setinggi-tingginya orang yang memiliki sifat kemanusiaan semacam ini.
 
Salah satu di antaranya adalah yang bernama Wim F. Wertheim. Orang Belanda.
Ya, memang bagi saya nama ini adalah salah satu dari empat orang Belanda yang paling berkesan di benak saya. Nama-nama yang saya benci dan yang saya hargai dan cintai. Yang saya benci? Westerling! Yang saya hargai dan cintai? Multatuli, Joris Ivens dan...Wim Wertheim!
 
Sikap saya terhadap Multatuli dan Joris Ivens bisa disimak dalam majalah Kreasi n°3 (1989) dan n°7 (1991). Sedangkan hubungan dengan Pak Wertheim, sekalipun jarang jumpa muka, namun seperti kata pribasa: "jauh di mata dekat di hati". Betapa tidak, meski berjauhan tempat dan perbedaan usia, tapi saya merasa memiliki kedekatan pendapat dalam hal-hal tertentu yang penting dan prinsipil. Seperti yang berkenaan dengan soal demokrasi dan sosialisme, dan dalam hal-hal kesetiakawanan dan pembelaan pada kaum yang tertindas, pembelaan pada kebenaran dan keadilan, pada usaha untuk menegakkan kembali harga-diri dan menanamkan keyakinan akan kemampuan diri sendiri. Buktinya? Hitam di atas putih. Tercetak dan terdokumentasi. Contohnya? Tidak banyak memang tapi mendasar, mendalam dan menjangkau jauh.
 
Yakni kerjasama dalam rangka penerbitan kumpulan sajak Magusig O Bungai yang berjudul "Sansana Anak Naga dan Tahun-Tahun Pembunuhan" (ed. Stichting ISDM, Culemborg, medio 1990) dengan memberikan Kata Pengantar nya (yang bagian pentingnya disiarkan pula dalam Arena n°1, September 1990 dan kemudian juga disinggungnya dalam ceramah di depan orang-orang Indonesia di Amesterdam pada tanggal 23 September 1990). Arti penting kata pengantar itu bukan saja dalam hal berkas-berkas pikirannya yang cerah, tetapi juga anjurannya yang tulus tapi serius untuk melakukan usaha menegakkan kebenaran dan keadilan serta sekaligus menumbuhkan rasa setiakawan pada kaum yang tertindas. Anjuran itu tidak kami sia-siakan, dan memang merupakan salah satu pendorong bagi pengelolaan dan kelanjutan penerbitan kita. Setelah kegiatan penerbitan ini berjalan delapan tahun hingga sekarang dan menghasilkan 90 jilid/nomor, sampai kini pun Pak Wertheim terus memberikan dorongan dan perhatiannya. Dengan memberikan naskah berjudul "Beberapa Pertimbangan atas Terbitan Yayasan Budaya dan ISDM" (dimuat dalam Kreasi n°32 dan Arena n°22, Agustus 1997), selain tulisan tentang pemimpin gerakan buruh Dita Sari. Ada pula karya tulisnya yang cukup penting berjudul "Untuk Dunia Ketiga Model-Mao Terus Berarti" (Arena n°12, 1994). Dan bukti yang paling baru adalah penerbitan tulisan yang mengandung berkas-berkas pikirannya yang cerah yang berjudul "Kebenaran Tentang Gerwani: Aspek Gender Rezim Suharto" dan "Tentang Demokrasi dan Hari-Depan Sosialisme" (wawancara Hersri S), Arena n°23, nomor khusus, Nopember 1997 ini.
 
Itulah beberapa fakta yang bagi kami sangat bermakna yang membuktikan hubungan dan kesamaan perasaan dan pikiran yang mendasar dalam berbagai hal yang sangat penting, antara saya dengan Pak Wertheim. Jika ditambah lagi dengan surat-surat pribadinya, maka ketegaran saya semakin bertambah-tambah pula untuk menyatakan bahwa Pak Wertheim sesungguhnyalah seorang sahabat dan pembela rakyat Indonesia, guru besar pembela kebenaran dan keadilan. Salah seorang Belanda yang berjiwa besar.
 
Tanggal 16 November 1997 ini adalah hari ulang tahun ke-90 Pak Wertheim. Saya merasa mendapat penghormatan untuk turut menyatakan terimakasih yang tak berhingga dan penghargaan atas jasa-jasanya yang tak ternilai dalam bidang keilmuan dan bagi perjuangan kaum yang tertindas.
 
Selamat ulang tahun dan dirgahayu, Pak Wertheim!
 
A. Kohar Ibrahim
Pengarang, Editor majalah Kreasi dan Arena
Brussel, November 1997.
 
* * *
Di ujung artikel menyambut Ultah Ke-90 Pak Wertheim itu, pada halaman 14 majalah Kreasi n°40 1998, kami muat teks dalam box sebagai berikut:
 
Tanggal 3 November 1998
Pak Wertheim
Wafat
setelah mendapat perawatan selama beberapa hari di rumah sakit Wageningen.
Upacara pelepasan jalan ke permukimannya yang abadi di alam raya, berlangsung pada tanggal 7 November di "Veluwe-Zaal", crematorium Dieren.
Kepada segenap anggota keluarga Pak Wertheim yang terhormat, dari lubuk hati yang dalam kami nyatakan turut berduka cita.
(Redaksi)
 
* * *
Kini di awal November 2005, kita hanya bisa mengenang beliau tanpa sekali pun melupakan jasa-jasa terbaiknya. (AKI) ***
 


Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65click: http://www.progind.net/  
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/


Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

JAKER(Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat)
***************************************
sekretariat:
JL.Tebet Timur Dalam IID No.10 Jakarta Selatan 12820 Indonesia
telp/fax: +62218292842
email:<[EMAIL PROTECTED]>

People's Cultural Network
"Semua orang adalah seniman,setiap tempat adalah panggung!"




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke