Kesaksian Tina, Kesaksian Anak Jalanan yang Terabaikan KOMPAS Jogja - Selasa, 13 Dec 2005 Halaman: 8 Penulis: Nit Ukuran: 3950
KESAKSIAN TINA, KESAKSIAN ANAK JALANAN YANG TERABAIKAN Namaku Tina. Aku tidak akan mengubah namaku seperti temanku Wahyu yang sekarang jadi dokter, atau Tian biar kelihatan intelek. Aku tetap Tina, anak bakul pakaian bekas di emperan toko, dan punya ayah tukang mabuk dan judi." Petikan monolog itu diambil dari pentas Sebuah Drama Kesaksian Tina di Gedung Societeit Yogyakarta, Kamis (8/12) lalu. Drama yang disutradarai oleh Menthol Hartoyo dan dimainkan oleh para anak jalanan ini tergolong singkat, namun bisa menggambarkan secara nyata bagaimana kehidupan sehari-hari anak jalanan dan warga marjinal di Kota Yogyakarta. Tina kecil digambarkan hidup dalam sebuah keluarga yang tidak mampu hidup di tengah masyarakat urban di perkampungan kumuh. Ia terpaksa putus sekolah karena orangtuanya sudah tidak mampu lagi membiayai hidupnya dan terpaksa membantu ibunya berjualan baju bekas di emper Toko Cik Ling, pengusaha pastry yang iba terhadap mereka. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Lisa, teman semasa sekolahnya dulu, yang kemudian membuat jalan hidupnya berubah drastis. Tina yang sewaktu kecil mempunyai komitmen tidak akan mengubah dirinya kini benar-benar berubah 100 persen. Dekat dengan dunia glamor, dan seks bebas, sampai akhirnya ia sadar setelah ia telanjur terinfeksi virus HIV/AIDS. Teater yang berdurasi kurang dari 60 menit ini, juga mengisahkan kehidupan masyarakat urban di Yogyakarta, di mana mereka tinggal di perkampungan kumuh, dengan segala profesinya mulai dari pedagang kaki lima, pengamen banci, tukang pijat, hingga pelacur. Selain harus mempertahankan hidup dengan mencari nafkah apa adanya, mereka juga harus menghadapi berbagai macam persoalan kota seperti masalah kesehatan, pendidikan yang mahal, hingga penggusuran. MN Wibowo, penata artistik, dan Menthol Hartoyo, sutradara sekaligus penulis naskah drama tersebut, menggandeng para anak jalanan yang menamakan diri Ra Dhe Jeneng. Nama yang artinya tidak bernama. "Mereka enggan mempunyai nama. Bagi mereka, nama bukanlah hal yang esensial," kata Wibowo. Menthol meyakinkan bahwa bukan unsur estetik, konsep teater, maupun laboratorium eksperimental yang hendak mereka tawarkan, namun sekadar ruang alternatif berbagi tawa, mengaktualisasikan diri, menangis, bicara lantang, kampleng-kamplengan. Sebagai bentuk ruang ekspresi, penata artistik, Wibowo, benar- benar membebaskan anak-anak jalanan ini untuk mengekspresikan diri. Mulai dari saat mereka berlatih hingga di pentas sesungguhnya yang ternyata justru membuat teater ini sangat hidup. Para anak ini hanya ingin berbagi segala kegelisahan, kecemasan, ketakutan, dan keterancaman atas segala bentuk kekerasan yang dialaminya. Mereka bahkan tidak berani berharap bahwa dengan adanya ruang itu mampu mengubah hidup dan kehidupan mereka, sama sekali tidak. Namun, setidaknya ada sedikit perhatian dari berbagai pihak untuk menyisakan sedikit ruang bagi mereka. Anastasya Novie Hariani, Koordinator Pengembangan Sumber Daya Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Wacana, mengatakan, dalam kondisi ekonomi sulit seperti ini, jumlah anak jalanan di Yogyakarta potensial bertambah. Adalah hak mereka untuk memutuskan jalanan sebagai tempat tinggal mereka. Namun, bukan berarti mereka ditelantarkan, karena mereka juga mempunyai hak atas kehidupan yang layak, hak untuk hidup sehat, dan memperoleh pendidikan, hak untuk menjadi bagian dari warga negara yang diakui. (NIT) Halaman H -- Lafadl lafadl.atspace.org Jl. Palagan Tentara Pelajar Gg Menur 112b Jogjakarta ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/IotolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> JAKER(Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat) *************************************** sekretariat: JL.Tebet Timur Dalam IID No.10 Jakarta Selatan 12820 Indonesia telp/fax: +62218292842 email:<[EMAIL PROTECTED]> People's Cultural Network "Semua orang adalah seniman,setiap tempat adalah panggung!" Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jaker/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/