Ass. Wr. Wb.

Pak Agus,
Ceritanya bikin saya sedih. Tapi .... memang seperti itulah cerita2 islami yang
sering kita baca dr berbagai milis. Termasuk diantaranya Ar royan dan Daarut Tauhid.
Yang jadi masalah bagi sebagian orang, cerita2 islami seperti ini kadang malah tidak
mencapai hasil. Justru sebaliknya Islam menjadi identik dengan kemiskinan, kepasrahan
-- kepasrahan tanpa usaha maksudnya, kesedihan dan banyak pengorbanan.
Prinsipnya, jadi nggak ada happy endingnya. Mungkin jawabannya kebahagian/keberhasilan
sesungguhnya di akhirat nanti, ya? CUma itu agak susah. Soale kalo nunggu balasan di akhirat
nggak ada yang bisa nyeritain, apalagi ng-i mel. Tul nggak pak?

Pak Agus dan Bapak2 lainnya,
Untuk mengingat kesusahan dan penderitaan muslimin dan muslimah lainnya,
adalah hal yang baik. Apalagi dengan maksud kita belajar dari cerita2 ttg mereka.
Namun apa salahnya jika kita belajar dan menyebarkan kisah2 keberhasilan orang2
biasa -- sekali lagi hanya orang biasa, yang secara luar biasa karena keislamannya,
karena ke-juhud-annya, karena kerendahan hatinya, menjadi orang besar (baca: berhasil).

Ada Contoh kisah keberhasilan yang pernah saya baca -- dan saya menyukainya;
seorang pemborong bangunan yang berhasil memiliki perumahan mewah di Depok
karena dalam menjalankan bisnisnya menggunakan prinsip bagi hasil dan rajin
berzakat dan shadaqah. Maaf -- Saya lupa namanya. Ini kisah yang bagus sekali.

Contoh lainnya saya yakin banyak sekali di berbagai milis. Barangkali saja jika
kisah2 keberhasilan seperti ini yang kita sebarkan, Insya Allah kesalahpahaman
terhadap islam bisa diperbaiki.

Mudah2an ada yang nanggapin.
Mudah2an nggak ada yang salah paham.
Mudah2an Pak Agus nggak kapok ngirim2 cerita lagi.
Amiin.

Wassalam
Adjie.Praz

At 12/4/2005 09:24 PM, you wrote:
Balada Nenek Renta e-mail
Usianya sudah mencapai senja. Dengan jarak 8 kilometer berjalan kaki, seminggu sekali, ia melakukannya untuk bisa mencapai mesjid Lamtamot Lembah Seulawah, Aceh, untuk mendengarkan pengajian

Kirim email ke