PENUH DENGAN ROH KUDUS:  APAKAH HARUS BERBAHASA ROH?   
  oleh: Ev. Yakub Tri Handoko, Th.M.
  (gembala sidang Gereja Kristus Rahmani Indonesia—GKRI Exodus, Surabaya dan 
dosen di Institut Theologi Abdiel Indonesia–ITHASIA, Pacet yang meraih gelar 
Sarjana Theologi–S.Th. dari Sekolah Tinggi Alkitab Suarabaya; Master of 
Arts–M.A. dan Master of Theology–Th.M. dari International Theological Seminary, 
U.S.A.)
   
   
   
   
  Hampir semua orang Kristen dari berbagai denominasi percaya bahwa mereka 
harus dipenuhi oleh Roh Kudus. Keyakinan ini sejalan dengan perintah Paulus 
agar setiap orang percaya penuh dengan Roh Kudus (Ef 5:18). Bagaimanapun, 
ketika orang Kristen diperhadapkan pada pertanyaan “Apakah penuh Roh Kudus 
harus berbahasa roh?” mereka pasti memiliki jawaban yang berbeda. Sebagian 
orang Kristen menganggap bahasa roh adalah sebuah keharusan dan tanda 
kerohanian seseorang, sementara yang lain justru menganggap bahasa roh (dan 
hal-hal ajaib lainnya dalam Alkitab) sudah berakhir seiring dengan kematian 
para rasul. Tulisan singkat ini hanya akan menyoroti jawaban pertama: benarkah 
orang yang penuh Roh Kudus HARUS berbahasa roh?
  

Pandangan yang meyakini bahwa penuh Roh Kudus harus berbahasa roh
  Mereka yang memiliki pandangan ini umumnya mendasarkan pendapat mereka pada 
peristiwa-peristiwa di Kisah Para Rasul. Berikut ini adalah alasan-alasan yang 
sering dikemukakan mereka:
  (1)   Peristiwa baptisan (kepenuhan) Roh Kudus di Kisah Rasul SELALU ditandai 
dengan penuh Roh Kudus (Kis 2:1-13; 8:14-17; 10:44-46).
  (2)   Jemaat di Samaria (Kis 8:14-17) dan Efesus (Kis 19:1-6) tidak cukup 
cuma percaya kepada Yesus saja, mereka juga harus berbahasa roh (penuh Roh 
Kudus).
  

Pemahaman awal
  Sebelum membahas apakah penuh Roh Kudus harus berbahasa roh, kita perlu 
memahami beberapa hal penting lebih dahulu. Pertama, yang ditekankan dalam 
Kisah Rasul bukanlah “tanda” orang dipenuhi Roh Kudus, tetapi “tujuan” orang 
dipenuhi Roh Kudus. Semua peristiwa “penuh Roh Kudus” di Kisah Rasul harus 
dipahami dalam terang Kis 1:8 “kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus atas 
kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea dan Samaria, sampai ke 
ujung bumi” . Peristiwa Pentakosta pun harus dilihat sebagai pemenuhan janji 
Tuhan Yesus di Kis 1:8 (bdk. Luk 24:49). Dengan kata lain, penuh Roh Kudus 
sangat terkait dengan perkembangan pemberitaan Injil. Dari fakta ini kita 
seharusnya lebih menekankan hasil/tujuan dipenuhi Roh Kudus (keterlibatan kita 
dalam pekabaran Injil) daripada tanda dipenuhi Roh Kudus.
   
  Kedua, Kisah Rasul merupakan tulisan Lukas yang kedua setelah Injil Lukas. 
Pembukaan Kisah Rasul 1:1-2 membuktikan kalimat di atas: (1) kedua kitab 
tersebut sama-sama ditujukan pada Teofilus (bdk. Luk 1:1-4); (2) “dalam bukuku 
yang pertama” mengindikasikan bahwa Kisah Rasul adalah tulisan kedua; (3) isi 
Injil Lukas sesuai dengan ringkasan di Kis 1:1-2. Hal ini penting untuk 
diketahui karena kita akan melihat “penuh Roh Kudus” dari dua tulisan Lukas: 
Injil Lukas dan Kisah Rasul.
  

Penuh Roh Kudus TIDAK HARUS berbahasa roh
  Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa penuh Roh Kudus tidak harus 
berbahasa roh. Pertama, frase “penuh Roh Kudus” – yang merupakan ungkapan 
favorit Lukas – juga muncul sebelum peristiwa Pentakosta. Beberapa orang 
disebut penuh Roh Kudus, meskipun mereka tidak berbahasa roh, misalnya Yohanes 
Pembaptis penuh Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Luk 1:15), Maria (Luk 1:35), 
Elizabet (Luk 1:41), Zakharia (Luk 1:67), Simeon (Luk 2:25), Yesus (Luk 4:1).
   
  Kedua, peristiwa penuh Roh Kudus di Kisah Rasul tidak selalu ditandai dengan 
bahasa roh. Petrus yang dipenuhi Roh Kudus justru berkotbah dalam bahasa 
manusia dengan berani (Kis 4:8). Jemaat yang dipenuhi Roh Kudus ditandai dengan 
keberanian memberitakan Injil (Kis 4:31). Stefanus yang dipenuhi Roh Kudus 
bertahan dalam penganiayaan (Kis 7:55-56). Paulus yang berbahasa roh lebih 
daripada jemaat di Korintus (bdk. 1Kor 14:18) ternyata ketika bertobat tidak 
diceritakan bahwa ia berbahasa roh (Kis 9:17-19).
   
  Ketiga, peristiwa jemaat Samaria yang belum menerima Roh Kudus sebelum Petrus 
dan Yohanes menumpangkan tangan atas mereka (Kis 8:14-17) harus dilihat dari 
kacamata Kisah Rasul 1:8: di manapun gereja berkembang, hal itu harus terkait 
dengan gereja induk di Yerusalem. Perkembangan Injil di luar Samaria pun 
dikaitkan dengan Yerusalem (Kis 11:22). Selain itu, kita harus memahami kendala 
budaya dan sejarah pada waktu itu. Bangsa Yahudi sudah lama saling bermusuhan 
dengan orang Samaria (bdk. Yoh 4:9). Salah satu penyebabnya adalah tingkat 
“kemurnian” ke-Yahudian orang Samaria yang dianggap sudah tercemar. Seandainya 
jemaat Samaria penuh Roh Kudus melalui Filipus, mereka belum tentu diterima 
oleh jemaat Yahudi di Yerusalem, karena Filipus – meskipun berdarah Yahudi – 
memiliki budaya Yunani (bdk. Kis 6:1-5). Peristiwa yang hampir mirip dicatat di 
Kisah Rasul 10-11. Pertobatan Kornelius – seorang non-Yahudi – menimbulkan 
kontroversi di kalangan jemaat Yahudi di
 Yerusalem (Kis 11:1-3).
   
  Keempat, dalam kasus jemaat di Efesus yang belum menerima Roh Kudus (Kis 
19:1-6), mereka memang belum bertobat dalam arti yang sesungguhnya. Mereka 
bertobat dari kelakuan mereka yang jahat melalui pemberitaan dan baptisan 
Yohanes Pembaptis, tetapi mereka belum menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan 
Juru Selamat. Teks ini relatif tidak terlalu menyulitkan.
  

Kesimpulan
  Pandangan yang menyatakan bahwa penuh Roh Kudus harus berbahasa roh hanya 
didasarkan pada teks-teks Alkitab yang kurang luas. Teks yang dipilih sifatnya 
sangat selektif (yang mendukung pandangan mereka saja), sedangkan teks-teks 
lain kurang diperhitungkan. Saya ingin menutup tulisan singkat ini dengan 
sebuah anekdot:
   
  Suatu ketika ada 2 orang Kristen yang berdebat tentang tanda dipenuhi Roh 
Kudus..
  X: Kamu sudah penuh Roh Kudus? Kalau aku sih sudah.
  Y: Kok kamu tahu kalau kamu sudah dipenuhi Roh Kudus?
  X: Aku kan sudah berbahasa roh. Menurut Kisah Rasul 2:1-13 itu kan
tanda orang dipenuhi Roh Kudus.
  Y: Kalau begitu kamu belum “penuh”. Kamu hanya 1/3 penuh saja, soalnya
tanda penuh Roh Kudus di Kisah Rasul 2:1, 13 kan ada 3 (tiga):
suara seperti angin yang keras, lidah seperti api dan bahasa asing. 
Aku juga baru 1/3 penuh. Aku cuma bisa bahasa asingnya saja
(bahasa Inggris), karena kebetulan aku kuliah di jurusan Sastra Inggris.
   
   
   
  Sumber:
  http://pelangikasihministry.blogspot.com/search/label/Lain-lain
   


"God is most glorified in us when we are most satisfied in Him" 
(Rev. John Stephen Piper, D.Theol.)




       
---------------------------------
 Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.  Coba Y! 
Messenger 9 Indonesia sekarang.

Kirim email ke