*SEJARAH BAPTIS (Bag 3)*
***
PERJUANGAN MELAWAN PENYELEWENGAN*

Pada mulanya tercapai kesatuan didalam doktrin-doktrin dan praktek-praktek
yang fundamental. Selangkah demi selangkah beberapa gereja mulai menyimpang
dari jalur-jalur yang lama dan mencari-cari berbagai temuan. Disiplin
menjadi lemah dan pribadi-pribadi berpengaruh yang dulunya tidak
ditoleransi, diperbolehkan untuk mengambil bagian didalam kehidupan
pelayanan. Waktu berubah dan beberapa gereja juga berubah seiring dengan
waktu. Diantara mereka ada yang telinganya gatal dan mereka mengejar hal-hal
yang baru. Dogma tentang baptisan yang menyelamatkan pada mulanya diterima
banyak kalangan, sehingga orang lebih suka mencuci dosa mereka didalam air
daripada didalam darah Kristus. Para pelayan menjadi ambisius dengan kuasa
dan menginjak-injak independensi gereja. Mereka menyesuaikan diri dengan
kebiasaan duniawi dan kesenangan masyarakat.

Namun masih ada gereja yang tetap tidak menyeleweng, dan ada orang-orang
setia yang angkat suara untuk menentang penyelewengan terhadap
praktek-praktek yang telah diajarkan oleh para rasul. Sebuah catatan yang
berasal dari antara beberapa reformator mula-mula yang menyampaikan protes
dan berseru kepada orang agar kembali kepada kesederhanaan Injil disampaikan
dibawah ini.

Chevalier Christian Charles Bunsen, ketika menjadi duta besar Prusia untuk
London, yang berjalan didalam terang dan menghirup udara dari zaman yang
lebih murni, melakukan perjamuan Tuhan dengan jemaat mula-mula. Ia
menyampaikan perkataan-perkataan berikut ini dengan sungguh-sungguh:

Hilangkanlah kelalaian, kesalahpahaman, dan kepalsuan, maka kebenaran yang
jelas akan tinggal tetap; syukur kepada Tuhan, janganlah setan yang
terselubung; namun biarlah keindahan terang illahi dengan kebenaran yang
kekal! Singkirkanlah rintangan yang memisahkan kita dari kerukunan jemaat
mula-mula - yang aku maksudkan, bebaskan diri kalian dari surat rumusan,
kanon yang diterbitkan belakangan dan abstraksi yang berdasarkan tradisi -
dan bergeraklah dengan tanpa belenggu didalam lautan iman yang tak terbatas;
maka engkau memelihara persekutuan dengan semangat para pahlawan Kristen
purba; dan engkau dapat menelusuri arus persatuan yang bergulir selama
delapanbelas abad meskipun menghadapi batu cadas dan pasir sedot (Bunsen,
Hippolytus, 4).

Protes pertama untuk memisahkan diri dari penyelewengan yang berkembang pada
masa itu adalah gerakan jemaat Montanist. Pemimpinnya, Montanus, merupakan
seorang Phrygian yang muncul sekitar tahun AD. 156. Pendukung Montanisme
yang paling terkemuka adalah Tertullian, yang mendukung dan mempertahankan
pandangan mereka. Mereka mempertahankan bahwa ilmu pengetahuan dan seni,
segala pendidikan atau bentuk kesenangan duniawi, harus dihindari, karena
hal-hal tersebut merupakan milik paganisme (pemberhalaan). Mahkota kehidupan
adalah kemartiran. Kehidupan religius mereka dipertahankan dengan keras.
Mengenai dosa kekal, gereja seharusnya mempertahankan dirinya dengan
mengeluarkan orang yang melakukannya, karena kekudusan jemaat jelas
merupakan kekudusan para anggota jemaatnya. Dengan prinsip-prinsip demikian,
tidak mungkin mereka akan terhindar dari konflik dengan Kekristenan yang
populer pada masa itu. Hakekat pendirian dari jemaat-jemaat tersebut adalah
untuk kehidupan yang berdasarkan Roh. Ia bukan merupakan sebuah bentuk baru
Kekristenan; tetapi merupakan sebuah pemulihan atas jemaat lama, yang
dilakukan oleh jemaat purba dalam menghadapi penyelewengan nyata dari
Kekristenan pada masa itu. Gereja lama menuntut pemurnian; gereja baru telah
melakukan kompromi dengan dunia, dan dengan sukarela menyesuaikan diri
dengan dunia, oleh karena itulah mereka akan memutuskan hubungan dengan
gereja baru (Moeller, Montanisme in Schaff-Herzog Encyclopaedia, III, 1562).

Pendirian mereka bukan hanya merupakan salah satu doktrin saja seperti
halnya dengan disiplin. Mereka menuntut yang telah "menyeleweng" dari iman
yang benar harus dibaptis ulang, karena mereka telah menyangkal Kristus dan
harus dibaptis sebagai orang baru. Mengenai catatan ini, mereka disebut
dengan istilah 'Anabaptis' ("Anabaptists"), dan beberapa prinsip mereka
muncul kembali didalam Anabaptism (Schaff, History of the Christian Church,
II, 427). Baptisan bayi belum menjadi sebuah dogma, dan kita mengetahui
bahwa hal tersebut ditolak oleh para Montanist. Tertullian berpendapat bahwa
hanya orang dewasa saja yang harus dibaptis. Para Montanist sangat dalam
akar imannya, dan musuh mereka mengakui bahwa mereka menerima keseluruhan
Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan pandangan mereka benar
mengenai Bapa, Putera dan Roh Kudus (Epiphanius, Hoer, XLVIII, 1). Mereka
menolak keuskupan dan hak uskup yang menyatakan memegang kuasa kunci surga.

Gerakan tersebut menyebar dengan sangat cepat melalui Asia Kecil dan Afrika
Utara, dan dalam suatu jangka waktu tertentu di Roma sendiri. Ia sangat
menarik perhatian kaum moralis yang keras, kaum pemegang disiplin yang
tegas, dan lebih-lebih orang-orang Kristen yang memiliki pikiran yang saleh.
Montanisme berhak untuk menyatakan wahyu illahi karena keteguhan mereka
memegang disiplin. Montanisme telah menyebabkan kegemparan di Asia Kecil
sebelum penutupan abad kedua, sehingga diadakan beberapa kali sidang untuk
menentangnya, dan akhirnya semua gerakan tersebut secara resmi dilarang.
Namun Montanisme berlangsung terus selama berabad-abad, dan akhirnya dikenal
dengan nama beraneka ragam (Eusebius, The Church History, 229 catatan 1 oleh
Dr. McGiffert). Di Phrygia kaum Montanist berhubungan dengan, dan barangkali
didalam persekutuan yang sebenarnya dengan kaum Paulician. Kita tahu bahwa
mereka masih ada pada tahun 722 (Theophanes, 617, Bond edition).

Kebangkitan gereja Novatian merupakan singkapan lain atas perselisihan lama
antara disiplin yang lemah dan yang keras. Pada tahun 250 Novatian menentang
keras pemilihan Cornelius sebagai gembala jemaat di Roma. Novatian
menyatakan bahwa dia tidak menginginkan jabatan tersebut untuk dirinya,
namun dia membela kemurnian jemaat. Pemilihan Cornelius tetap berlangsung,
dan Novatian membawa banyak jemaat dan hamba-hamba Tuhan bersamanya untuk
memprotes. Gerakan Novatian yang sangat luas dapat dipelajari didalam
karangan para penulis yang menentangnya, dan beberapa bagian dari kerajaan
Romawi dimana mereka tumbuh subur.

Gereja-gereja tersebut terus berkembang dengan subur di banyak bagian daerah
Kristen selama enam abad (Walch, Historie der Ketzereyen, II, 220). Dr.
Robinson menelusuri perkembangannya sampai masa Reformasi dan kebangkitan
gerakan Anabaptis. "Banyak sekali yang mengikuti contohnya (Novatian),"
katanya, "dan semua jemaat Kerajaan Puritan diangkat dan bertumbuh subur
selama dua ratus tahun berikutnya. Sesudah itu, ketika undang-undang memaksa
mereka untuk bersembunyi di sudut-sudut, dan menyembah Tuhan secara pribadi,
mereka dikenal dengan nama yang beraneka ragam, dan pergantian mereka
berlangsung terus sampai masa Reformasi" (Robinson, Ecclesiastical
Researches, 126, Cambridge, 1792).

Mengenai catatan tentang kemurnian hidup mereka, mereka disebut dengan nama
Cathari, yaitu 'yang murni'. "Masih ada hal yang lebih lagi," menurut
Mosheim, "mereka membaptis ulang orang yang datang kepada mereka, seperti
misalnya orang Katolik" (Mosheim, Institutes of Ecclesiastical History I,
203, New York, 1871). Oleh karena mereka membaptis orang yang berasal dari
kelompok lain yang datang kepada mereka, mereka disebut dengan sebutan
Anabaptis. Sidang Lateran keempat menetapkan bahwa orang yang dibaptis ulang
tersebut harus dihukum mati. Karena itu, Albanus, seorang hamba yang
bersemangat, dan yang lainnya, dihukum mati. Menurut Robinson, mereka adalah
"Baptis trinitarian". Mereka mempertahankan independensi jemaat; dan
mengakui persamaan martabat dan otoritas dari semua gembala.

Kaum Donatist muncul di Numidia pada tahun 311, dan segera menyebar luas di
Afrika. Mereka mengajarkan bahwa gereja (jemaat) harus menjadi sebuah tubuh
yang kudus. Crespin, seorang sejarawan Perancis, mengatakan bahwa mereka
memegang pandangan sebagai berikut:

Pertama, demi kemurnian anggota jemaat, dengan menegaskan bahwa tak
seorangpun boleh diterima kedalam jemaat, kecuali orang-orang yang
jelas-jelas percaya dan orang-orang kudus. Kedua, demi kemurnian disiplin
jemaat. Ketiga, demi independensi tiap-tiap gereja. Keempat, mereka
membaptis kembali orang yang baptisan pertamanya pantas diragukan. Akibatnya
mereka diberi sebutan baptis ulang dan Anabaptis.

Perjuangan Melawan Penyelewengan
Dalam karya awal sejarahnya, David Benedict, sang sejarawan Baptis, menulis
banyak sekali peringatan mengenai karakter denominasi Donatist. Ia dengan
dekat mengikuti pernyataan-pernyataan penulis-penulis lain didalam karya
sejarahnya; namun pada hari-hari akhirnya ia masuk kedalam sumber-sumber
asli dan menghasilkan sebuah buku luar biasa yang berjudul "History of the
Donatists" (Sejarah Kaum Donatist) [Pawtucket, 1875]. Didalam buku itu ia
menarik diri dari posisi yang tidak memihak dan menggolongkan mereka sebagai
kaum Baptis. Ia benar-benar dengan bebas menunjukkan sejak masa Augustine
dan Optatus yang sezaman, bahwa kaum Donatist menolak baptisan bayi dan
berjemaat didalam bentuk kepemerintahannya.

Dr. Heman Lincoln tidak setuju dengan beberapa kesimpulan Dr. Benedict dan
menyebutnya aneh. Namun mengenai mereka memegang beberapa prinsip baptis, ia
tidak meragukannya. Ia mengatakan:

Terbukti bahwa kaum Donatist didalam beberapa periode sejarah mereka,
melaksanakan banyak prinsip yang tak dapat dibantah berhubungan dengan
Baptis modern. Didalam sejarahnya yang kemudian, setelah mengalami disiplin
penganiayaan yang jahat, mereka menegakkan kemerdekaan kesadaran yang
absolut, pemisahan gereja dengan negara, dan keanggotaan jemaat yang sudah
lahir baru, sebagai kebenaran-kebenaran yang utama. Prinsip-prinsip yang
mereka pertahankan dengan memikul kemartiran tersebut seiring dengan praktek
selam (baptis) yang seragam, membawa mereka kedalam kesamaan yang dekat
dengan kaum Baptis (Lincoln, The Donatists, dalam The Baptist Review, 358,
Juli 1880).

Ini merupakan posisi konservatif yang ekstrim. Barangkali Dr. Lincoln
meremehkan warna yang diberikan oleh musuh-musuh Donatist yang menyebabkan
pertentangan, dan tentu saja ia tidak memberikan penghargaan yang layak
tentang masalah baptisan bayi yang dinyatakan Augustine didalam posisinya
menghadapi mereka. Diakui bahwa beberapa kalangan Donatist terlalu
menekankan efisiensi (ketepatgunaan) baptisan dan menyetujui keuskupan.
Namun hal ini hanya merupakan masalah kontroversi yang tidak terlalu
menarik, dan tidak kita perhatikan disini.

Gubernur Henry D'Anvers menekankan dengan sungguh-sungguh:
Buku Augustine yang ketiga dan keempat yang menentang para Donatist
menunjukkan bahwa kaum Donatist menolak baptisan bayi, dimana disitu
Augustine mempertahankan argumentasi baptisan bayi untuk menentang mereka
dengan semangat berapi-api, menekankan argumentasi-argumentasi yang keras
(D'Anvers, A Treatise on Baptism, 223, London, 1674).

Augustine menyebut kaum Donatist sebagai Anabaptis (Migne, Patrologia,
Latin, XLII). Menurut Optatus, bentuk baptisan adalah selam. Lucas Osiander,
Profesor dan rektor Universitas Tubingen, menulis sebuah buku untuk
menentang Anabaptis pada 1605, dimana ia mengatakan: "Kaum Anabaptis modern
kita adalah sama dengan kaum Donatists dahulu" (Osiander, Epist. cent. 16,
hal. 175, Wittenberg, 1607). Namun para moralis yang keras tersebut tidak
menggolongkan mereka sebagai Anabaptis; karena pikiran mereka bahwa ada satu
Tuhan, satu iman, satu baptisan dan yang menjadi milik mereka sendiri
(Albaspinae, Observat. In Optatus, i). Mereka tidak memperhatikan baptisan
yang lain, dan berpendapat bahwa kaum Donatist secara salah telah dinamakan
sebagai Anabaptis.

Kaum Donatist berjuang untuk kebebasan berpikir (kesadaran), dan mereka
ditentang oleh kuasa penganiaya dari Gereja Negara. Menurut Neander, mereka
merupakan "bagian gereja yang paling penting dan berpengaruh yang harus kita
sebutkan pada periode tersebut" (Neander, General History of the Christian
Religion and Church, III, 258). Kemudian ia melanjutkan:

Bahwa yang membedakan kasus pada masa kini adalah reaksi, yang berasal dari
esensi gereja Kristen, dan ditimbulkan, dalam hal ini, oleh kejadian yang
pelik yang berhadapan dengan perpaduan antara unsur-unsur gerejawi dan
politis, dimana untuk pertama kalinya, gagasan Kristen yang bertentangan
dengan agama kepausan negara, pertama-tama telah membuat orang sadar,
menjadi obyek pertikaian didalam gereja Kristen sendiri, -- gagasan-gagasan
yang berhubungan dengan hak azasi manusia yang universal dan tidak dapat
diganggu-gugat; yang berhubungan dengan kebebasan berpikir; yang berhubungan
dengan hak untuk bebas memilih keyakinan agama.

Karena itulah Penilik (Uskup) Donatus dari Carthage pada tahun 347 menolak
komisaris kerajaan, Paulus dan Marcarius dengan suara bulat: "Quid est
imperatori cum ecclesia ?" (Optatus, Milev., De Schismati Donat. 1, iii,
c.3). Dan memang benar bahwa kaisar seharusnya tidak ada hubungannya dengan
pengendalian gereja. Penilik Donatist Petilian di Afrika menentang tulisan
Augustine, naik banding kepada Kristus dan para rasul yang tidak pernah
menganiaya. Katanya, "Apakah engkau mengira telah melayani Tuhan dengan
membunuh kami dengan tanganmu ? Engkau salah, jika engkau, manusia fana yang
malang, berpikir demikian; Tuhan tidak menggantung orang hanya karena orang
itu imam. Kristus mengajar kita untuk menahan diri terhadap kesalahan, bukan
dengan membalasnya." Penilik Donatist Gaudentius mengatakan: "Tuhan
mengangkat para nabi dan para nelayan, bukan para pangeran dan tentara untuk
menyebarkan iman."

Posisi orang-orang Kristen tersebut bukan hanya sebagai sebuah protes, namun
merupakan sebuah seruan. Ia merupakan sebuah protes menentang penyelewengan
dan keduniawian yang berkembang dari gereja-gereja yang telah dengan
menyedihkan menyeleweng dari iman didalam doktrin dan disiplin; ia merupakan
sebuah seruan, karena menyerukan dengan keras untuk kembali kepada kemurnian
hidup dan kesederhanaan para rasul. Semua itu dilakukan melalui masa
kegelapan, namun suara mereka tidak bisa dibungkam, dan tidak berkurang
orang yang berdiri di pihak Tuhan. Mereka difitnah, menderita dengan sabar;
dicaci, namun mereka tidak membalas; dan warisan dari mereka adalah
kebebasan berpikir bagi dunia. Segala pujian bagi para martir Tuhan.>


Buku-buku untuk bacaan dan referensi lebih lanjut:

Fisher, 59, 58, 109, 141, 142.

Schaff, II, 415-421; 849-853.

The Ante-Nicene Fathers, diedit oleh Roberts dan Donaldson, Vol. III dan IV,
karya Tertullian
*Baca Banyak Artikel Alkitabiah lainnya di:*

*http://kristenfundamental.blogspot.com (100 artikel)
http://kristen-fundamental.blogspot.com (100 artikel)
http://dedewijaya.blogspot.com (Hit Counter 20rb, 200 artikel)
http://dedewijaya83.blogspot.com (Hit Counter 20rb, 200 artikel)
http://dedewijaya.multiply.com (Hit Counter 3rb, 200 artikel)
http://dedewijaya83.multiply.com (Hit Counter 3rb, 200 artikel)
http://www.dedewijaya.co.cc (Hit Counter 20rb, 200 artikel)
http://www.dedewijaya83.co.cc (Hit Counter 10rb, 200 artikel)
http://www.dede-wijaya.co.cc (Hit Counter 2rb, 200 artikel)
http://dedewijaya.wordpress.com (Hit Counter 10rb, 200 artikel)
http://www.kristenfundamental.co.cc (100 artikel)
http://www.sabdaspace.org/blog/dedewijaya (Hit Counter 8rb, 90 artikel)
Diskusi/Debat
http://www.in-christ.net/blog/dedewijaya (Hit Counter 5rb, 85 artikel)
Diskusi/Debat
http://dedewijaya.blogs.friendster.com (add saya di FS: [EMAIL PROTECTED])
http://www.webkristiani.co.cc (berisi 3000 website Kristiani)
http://lexlicalife.blogspot.com (Ev. Johan, GBIA Graphe)
http://www.graphe-ministry.org (Website GBIA GRAPHE dan GITS, SUHENTO LIAUW,
D.R.E., Th.D, dr. STEPHEN EINSTAIN LIAUW, D.R.E., dr. ANDREW LIAUW, M.Th)
http://www.wayoflife.org (website Fundamental by DR. DAVID CLOUD)*

*Forum Diskusi Alkitab dan Teologi: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke