THE 'GOSPEL' OF STEVE JOBS

Steve Jobs, pendiri dan pimpinan Apple inc. meninggal dunia baru-baru ini.
Apa rahasia Steve Jobs yang memproduksi peralatan elektronik berlambang buah
apel yang tergigit yang sampai meninggalnya masih menjadi daya tarik 'buah
pengetahuan' diseluruh dunia seperti tertariknya Hawa akan 'buah
pengetahuan' di taman Eden?

Tidak dapat disangkal Steve Jobs telah mendatangkan 'Injil' (gospel = kabar
baik) bagi banyak orang diseluruh dunia sehingga hasil inovasi teknologinya
dibidang komputer, komputer tablet sampai smart phone diserbu orang. Betapa
tidak sejak memproduksi desktop Apple II yang laris manis itu disusul dengan
produk-produk 'i'nya seperti iMac. iPod (dengan perangkat iTunes-nya),
iPhone, iPad, dan sampai dirilisnya produk iPad-2 dan 2 hari sebelum ia
meninggal dunia merilis iPhone-4, produk-produknya tetap menarik banyak
orang untuk antri panjang setiap diluncurkannya.

Kenyataannya 'The Gospel of Steve Jobs' ini telah menjadi 'injil modern'
bagi banyak pihak, karena memenuhi unsur-unsur 'iman' (akan inovasi
teknologi yang terus-menerus), 'pengharapan' (memenuhi harapan banyak orang
akan kebutuhan masakini), dan 'kasih' (mengasihi karya manusia untuk
kenikmatan diri sendiri).

'Injil' Steve Jobs

'Iman' karena Steve Jobs dengan Applenya menjadi gantungan keyakinan banyak
orang. Ini tidak bisa dipungkiri, namun apakah iman ini kekal? Kenyataannya,
iman itu pendek umurnya, dan dengan makin banyaknya pesaing dibidang
komputer tablet dan smart phone, Apple harus berulang kali menerbitkan
model-model baru yang tetap bersaing dan bergantung kepada pendirinya itu
bila ingin bertahan (ketika ia keluar dari Apple sementara waktu penjualan
Apple merosot tajam, ia kemudian kembali memimpin Apple). 

'Pengharapan' karena produk Apple sangat inovatis dan memenuhi kebutuhan
orang banyak, kalau hanya yang mengerti yang bisa mengoperasikan
program-program Microsoft, orang tua sampai anak kecil bisa menggunakan iPad
dengan mudah hanya dengan menggunakan jari menyentuh ikon-ikon yang ada
dilayar. Namun karena harapan itu tidak dilandasi fundasi yang teguh, maka
mudah tablet pc itu digoyang produk baru seperti 'Galaxy' dari Samsung yang
lebih murah dan ringkas dan 'Kindle Fire' dari Amazon yang murah meriah.

'Kasih' juga tidak disangkal dihasilkan produk Apple, namun sayang produk
Apple lebih banyak mendatangkan kasih manusia kepada teknologi dan diri
sendiri yang sementara dan bukan dengan sesama. Kita lihat bagaimana manusia
modern lebih tahan lama berinteraksi dengan iPod atau iPad yang dijadikan
tuhan. Manusia dibawa kepada sikap mengasihi kenikmatan pengetahuan yang
tidak membawa kepada kehidupan kekal melainkan membawa kepada kenikmatan
sesaat yang egosentris. Steve Jobs lahir diluar nikah lalu diadopsi orang
lain, ia tidak mau kenal dengan ayah biologisnya yang muslim, berpetualang
cinta dimasa muda, mudah konflik dengan timnya karena sifatnya yang
temperamental, hingga mencari ketenangan sebagai kompensasi kegundahan hati
dengan pergi ke India dan menjadi Buddhis. Sekalipun begitu berbeda sekali
dengan Bill Gates, pendiri Microsoft, ia menghindari kegiatan filantropis.

Apa Yang Bisa Dipelajari?

Banyak peristiwa dibalik sosok Steve Jobs dan Applenya yang bisa kita
pelajari dan dijadikan cermin. Manusia modern memang membutuhkan 'iman'
namun sayang iman yang ditawarkan bersifat musiman, manusia membutuhkan
inovasi yang terus menerus agar tetap menarik dan ini ditunjukkan dengan
produk inovatif yang bertubi-tubi dari Apple, namun kembali sayang sifatnya
tetap musiman, orang mengkuatirkan bahwa daya tarik buah pengetahuan produk
'Apple inc' akan menjauh dengan meninggalnya manusia inovator dibaliknya
itu. Para pesaing sudah lama mengincar kue yang akan ditinggalkan oleh
pecandu Apple.

Di kalangan kristen gejala kemunduran kekristenan sudah terlihat diseluruh
dunia, mengapa dan apa yang bisa kita pelajari dari kasus Apple yang
fenomenal itu? Sekalipun di Indonesia gereja-gereja mapan masih banyak
pengunjungnya, mereka masih bertahan karena masih menghadirkan iman
konservatif terutama melalui firman Tuhan dan nyanyian rohani. Namun
gereja-gereja mapan di Barat yang tidak lagi bergantung pada iman Injil dan
pengharapan kekal cenderung terus merosot jumlah anggotanya. Sebaliknya, ada
gereja-gereja kharismatik yang makin diserbu pengunjung, namun ibarat
pengalaman Apple, mereka bergantung kepada inovasi-inovasi ibadat yang terus
diganti-ganti untuk menghindarkan kebosanan. Sekalipun gebyar kharismatik di
Indonesia masih membara, itu tidak menambah jumlah umat kristen karena
kebanyakan hadirin berasal dari gereja-gereja mapan yang tertarik ibadat
'hura-hura' yang tidak diperoleh di gereja mapannya. Di Amerika dan Eropah
gereja-gereja demikian juga merosot. Gereja 'Crystal Cathedral' di USA juga
merosot keanggotaannya dan bahkan gereja itu dinyatakan bangkrut baru-baru
ini. Di Korea, 'Yoido Church' dari Jonggi Cho juga merosot keanggotaannya.
Ibarat kejenuhan Apple, gereja-gereja demikian juga mengalami titik jenuh.

Injil Yesus Kristus

Dibalik semua itu, Injil Yesus Kristus tetap bertahan, karena difirmankan:

"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
(Matius 24:35)

Steve Jobs sudah berlalu dan Apple Inc akan berlalu, tetapi firman Tuhan
Yesus tetap menjadi modal iman yang tetap bisa diberitakan kepada manusia
karena sebenarnya didunia modern ini manusia mengalami kegundahan menghadapi
masalah global yang makin memburuk. Firman Tuhan Yesus tetap dibutuhkan
manusia modern karena firman itu menjadi harapan hidup hakiki yang seutuhnya
dari manusia pada umumnya. Tuhan Yesus berfirman:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu." (Matius 28:11)

Selama kita memberitakan 'Injil Tuhan Yesus' dan 'mengisi kelegaan bagi
manusia yang letih lesu' Injil tetap akan dicari oleh manusia. Injil
hendaknya tidak diberitakan tanpa gairah seperti dalam mimbar-mimbar gereja
mapan yang kotbahnya dogmatis dan kurang memberitakan iman yang menyebabkan
jemaat ngantuk dan hanya kegereja karena kerutinan dan kurang menghadirkan
pengharapan dan kasih, namun Injil juga tidak efektif kalau diberikan hanya
menggaruk yang gatal dengan atraksi-atraksi mimbar yang menjadi 'candu
sesaat bagi jemaat' dimana jemaat hanya tertarik kalau selalu ada yang baru
yang menguras emosi.

Injil Yesus Kristus perlu diberitakan dengan sederhana dengan gairah
kesaksian iman yang konstan diatas batu karang yang teguh yaitu benih firman
Tuhan, pengharapan yang kuat yang dirasakan jemaat, dan adanya kasih yang
dipraktekkan  jemaat (bukan jabat tangan ceremonial saja) melainkan ibadat
yang selalu menghadirkan iman, pengharapan, dan kasih yang menjadikan
manusia yang letih lesu menjadi lega. Steve Jobs bekerja 30 tahun dan harus
meninggalkan karya dan perusahaannya, dan kenangan akan dirinya tidak akan
bertahan lama, tetapi Tuhan Yesus Kristus dengan 'Injil'nya, sekalipun hanya
bekerja 3 tahun, namun sampai sekarang lebih dari 2000 tahun sesudahnya
masih memiliki penganut yang terbesar di dunia.

"Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu
penglihatan: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!"
(Kisah 18:19)

Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)

Kirim email ke