Kitab Wahyu
adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Baru yang paling menimbulkan banyak
tafsiran dan perdebatan doktrinal. Bagaimana kita sebagai orang Kristen dapat
memahami kitab ini?
 
Temukan jawabannya dalam:
Buku
MEMBACA DAN MEMAHAMI KITAB WAHYU:
Pesan Kristus kepada Gereja-Nya
 
oleh:Pdt. David Iman
Santoso, D.Min.
 
Penerbit: Literatur Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang,
2006
 
 
 
Di bagian
awal buku ini, dengan bahasa yang sederhana namun jelas, Pdt. Dr. David Iman
Santoso memaparkan latar belakang penulisan kitab Wahyu, struktur penulisan,
dan 4 pendapat tentang cara membaca kitab Wahyu. Dari pendahuluan ini, beliau
mengarahkan pembaca untuk memahami pesan Kristus kepada Gereja-Nya melalui 7
surat kepada jemaat di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia,
dan Laodikia di Wahyu 2:1-3:22. Kemudian, beliau menjelaskan tentang prinsip
Kerajaan 1000 Tahun mulai dari 4 pandangan tentang Kerajaan 1000 Tahun,
beberapa alasan untuk tidak menafsir Kerajaan 1000 Tahun Secara Harfiah seperti
pandangan Premillenialisme, dan beberapa makna Kerajaan 1000 Tahun dan
relevansinya bagi orang Kristen di zaman sekarang. Meskipun tidak menjelaskan
seluruh kitab Wahyu, namun buku ini sudah cukup menjelaskan poin-poin penting
kitab Wahyu dengan bahasa yang mudah dimengerti disertai aplikasi praktisnya
bagi orang Kristen di zaman sekarang. Biarlah buku ini dapat mengajar kita
untuk memahami kitab Wahyu dengan lebih bertanggung jawab.
 
 
 
Profil
Pdt. Dr. David Iman Santoso:
Pdt. David Iman Santoso, S.H., M.Th., D.Min.dilahirkan dalam keluarga Kristen 
di mana ayahnya juga seorang pendeta. Beliau
menyelesaikan studi Sarjana Hukum (S.H.)
bidang Hukum Internasional di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Karena
panggilan Tuhan, beliau bertekad mendalami Firman Tuhan dan Theologi Perjanjian
Baru di Bible College of New Zealand (BCNZ) di bawah bimbingan Dr. David
Stewart; Ridley College, Australia di bawah bimbingan Dr. Leon Morris, dosen
kebanggaannya. Kemudian, beliau menyelesaikan studi Master of Theology (M.Th.) 
bidang Perjanjian Baru di Princeton
Theological Seminary, U.S.A. pada tahun 1974. Di Princeton, beliau belajar di
bawah bimbingan Dr. Bruce Metzger sebagai supervisor-nya.
Sejak itu, beliau mengajar di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang.
Pada tahun 1979, beliau kembali ke BCNZ khusus mendalami Perjanjian Baru juga
di bawah bimbingan Dr. David Stewart, dosen kesukaannya. Pada waktu itu, beliau
juga mengajar sebagai Visiting Lecturer di BCNZ. Pada tahun 1985 melanjutkan 
studi di School of World Mission, Fuller
Theological Seminary dan menyelesaikan program gelar Doctor of Ministry 
(D.Min.) pada tahun 1987. Setelah itu, beliau
sekali lagi mendalami Perjanjian Baru di Golden Gate Baptist Theological
Seminary, San Francisco, U.S.A.
Sesudah
mengajar di SAAT selama 17 tahun, beliau diundang untuk mengajar di Sekolah
Tinggi Theologi Iman, Jakarta dan menjabat sebagai pimpinan di sana selama 11
tahun (1991-2002). Pada tahun 1998, beliau berkunjung ke Regent College,
Vancouver, Canada sebagai Visiting Scholar dan mempunyai kesempatan untuk 
berinteraksi dengan Dr. J. I. Packer dan Dr.
Gordon Fee di sana. Kini beliau kembali mengajar di SAAT dan menjadi Kepala
Program Pendidikan Theologi Mandarin.
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke