HENDAKLAH KAMU
KUDUS
 
oleh: Pdt. Sandi K. Nugroho, S.Th., M.A.
 
 
Nats: 1 Petrus 1:14-23
 
 
Kekudusan adalah ……
•        Kekudusan
adalah sifat dasar dari pribadi Allah.
•        Pola
hidup yang menyetujui kebenaran Tuhan yang dituangkan dalam Alkitab dan hidup
di dalamnya.
•        Menanggalkan
manusia lama dan menggenakan manusia baru secara terus menerus (Kol. 3:11).
•        Kekudusan
berlaku bagi anak-anak Tuhan dan bukan karena kita kudus maka kita menjadi
anak-anak Tuhan (ay. 14).


Hidup Kudus dalam 1 Petrus
1:14-17
•        Kekudusan
sebagai Purpose: “… Aku adalah Kudus”
(ay. 16). Kekudusan merupakan tujuan hidup dari semua orang kudus. Standar
kekudusan kita adalah kekudusan Allah.
•        Pengudusan
merupakan Proses: “Hendaklah kamu menjadi kudus” (ay. 15). Ini adalah perintah
Allah. Dengan frasa ini jelas bahwa kekudusan kita merupakan sebuah proses.
Allah kita adalah kudus sedangkan kita berproses menjadi kudus.
•        Orang
kudus adalah Person orang yang telah ditebus dari cara hidup yang lama (ay.
17). Jadi orang kudus adalah orang yang telah ditebus dengan darah Kristus
bukan karena perbuatan baik tapi hanya karena anugerah Allah.
•        Roh
Kudus sebagai Parakletos Inilah peran vital Allah dalam pengudusan kita yaitu
aktivasi Roh Kudus sebagai pendorong dan penolong kita untuk hidup kudus.
 
Kita lihat di sini bahwa hidup kudus
merupakan sebuah hidup sesuai standar Allah, merupakan perintah Allah, yang
dialami oleh seseorang yang telah ditebus oleh Allah dan melibatkan peran serta
Allah. Jadi hidup kudus sebenarnya hanya tentang Allah.



Pengudusan = Proses
Menjadi Kudus (1Pet. 1:21-23)
Ada 4 hal penting yang memastikan proses
pengudusan kita berjalan pada jalur yang benar sesuai dengan kebenaran Allah.
•        Mengarahkan
iman dan pengharapan pada Kristus (ayat 21). Jerry Bridges (The Pursuit of 
Holiness) mengatakan:
“Problem pertama yang menghambat proses pengudusan adalah sikap yang terlalu
berpusat pada diri sendiri (self-centered)
daripada memusatkan diri pada Allah. Kita lebih fokus untuk mencapai kemenangan
pribadi dalam mengalahkan dosa daripada berorientasi pada kesedihan Allah
terhadap dosa. Kita tidak dapat menoleransi kegagalan kita dalam menggumuli
dosa karena kita terlalu berorientasi pada keberhasilan 
(success oriented) mengalahkan dosa daripada melihatnya sebagai sesuatu yang 
bertentangan
dengan Allah .…menjalani pengudusan merupakan kerjasama antara Allah dan orang
Kristen.” Jadi hal terpenting dalam proses pengudusan adalah memandang hanya
pada Allah, membangun relasi yang intim dengan-Nya dan memohon kekuatan serta
pertolongan-Nya.
•        Ketaatan
pada kebenaran (ay. 22). Memang kekudusan tidak bisa lepas dari komitmen
ketaatan kita pada kebenaran. Di sini kita bisa melihat bahwa kekudusan
merupakan dampak dari ketaatan pada kebenaran. 
•        Kasih
Persaudaraan (ay. 22). Salah satu perangkat penting dalam mempertahankan hidup
kudus adalah komunitas yang di dalamnya kasih Allah diamalkan. Kehangatan kasih
Allah yang dinyatakan melalui komunitas itu menerima orang berdosa, memulihkan
orang berdosa dan mendorong seseorang untuk hidup sesuai dengan tujuan
kekudusan Allah.
•        Dilahirkan
dari benih yang kekal (orientasi pada kekekalan – ay. 23-25). Ini merupakan
salah satu pokok penting dalam proses pengudusan kita yaitu perubahan cara
berpikir dari kefanaan pada kekekalan. Kita harus memiliki cara pandang yang
baru bahwa kita adalah orang-orang yang berorientasi pada kualitas yang kekal
dan bukan sementara. Dengan cara pandang seperti ini, kita senantiasa sadar
untuk tidak terjebak pada kenikmatan serta nafsu yang fana dan sementara.  
 
 
Sumber:
Ringkasan Khotbah Kebaktiandi Gereja Kristen
Indonesia (GKI) Pregolan Bunder, Surabaya hari Minggu, 15 Juli 2012
http://www.gki-pregolan.org/front/index.php/ringkasan-kotbah/342-kotbah-15-juli-2012
 
 
 
 
"Kerendahan hati yang rohani merupakan suatu kesadaran yang dimiliki seorang 
Kristen tentang betapa miskin dan menjijikkannya dirinya, yang memimpinnya 
untuk merendahkan dirinya dan meninggikan Allah semata."
(Rev. Jonathan Edwards, A.M., Pengalaman Rohani Sejati, hlm. 100)

Kirim email ke