(1) Hak Paten Tempe Dikuasai Asing
http://kompas.com/wartakota/0002/15/08.htm

Tanah Abang, Warta Kota

Tempe yang merupakan makanan asli Indonesia, ternyata hak patennya dimiliki
negara lain. Antara lain, Amerika Serikat telah memiliki 35 hak paten yang
berhubungan dengan tempe dan Jepang lima buah, sedangkan Indonesia hanya
dua. Itu pun baru tahap pendaftaran belum memiliki nomor paten.

Hal tersebut disampaikan oleh Tien R. Muchtadi, guru besar Teknik Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor dalam seminar "Masa Depan Industri Tempe
Menghadapi Millenium Ketiga" di gedung BPPT, Senin (14/2).

Bahkan kemungkinan makanan mendoan atau tempe yang diberi tepung dan
digoreng yang suka berada di pinggir jalan pun sudah dipatenkan oleh negara
Paman Sam.

"Dalam salah satu paten disebutkan tempe yang dicelup dengan tepung lalu
digoreng. Saya takut, itu mendoan atau gorengan tempe yang dijual di pinggir
jalan. Kalau itu benar, bisa-bisa kalau sudah perjanjian perdagangan bebas,
para tukang gorengan harus bayar, dan itu mahal," tambah Tien.



(2) Mukjizat Tempe untuk Kesejahteraan
http://kompas.com/wartakota/0002/15/08.htm

Tempe yang dihasilkan melalui proses peragian kapang Rhizopus (R
oligisporus, R arrhizus, R stolonifer) juga bisa meningkatkan kadar mineral
tubuh, mengandung asam amino, asam lemak, dan berbagai vitamin. Itu mencakup
asam amino bebas, asam lemak tak jenuh rantai panjang, vitamin B-12, D, dan
E, sterol, serta antioksidan.

Keistimewaan tempe yang dikenali sejak pertengahan 1980-an itu, sebenarnya
sudah membuat masyarakat di berbagai negara seperti Belanda, Amerika,
Jepang, juga Malaysia dan Singapura, mengonsumsi tempe sebagai makanan diet.


Tempe memang memiliki tekstur yang lebih lunak dari kedelai, karena kapang
tempe mencerna matriks di antara sel-sel biji kedelai, sementara enzim-enzim
yang dihasilkan kapang selama fermentasi menimbulkan perubahan pada protein,
lemak, dan karbohidrat.

Enzim yang diproduksi kapang Rhizopus sp ini antara lain enzim lipase,
protease, dan amilase. Enzim ini di lambung berfungsi mencernakan lemak,
protein, dan pati. Kapang juga menghasilkan enzim fitase yang menguraikan
asam fitat, membebaskan fosfor dan biotin, sehingga bisa dimanfaatkan tubuh.
Beberapa jenis bakteri yang tidak sengaja terbawa dalam proses fermentasi,
ternyata memroduksi vitamin B.

Semua itu membuat mutu gizi tempe diukur dari padatan terlarut, nitrogen
terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi
protein, dan skor protein, jauh lebih tinggi dibanding bahan bakunya.

Ini pula yang memicu banyak ahli pangan meneliti tempe. Ada dari Singapura,
Jepang, Jerman, Belanda, Amerika, Australia. Untunglah di Indonesia pun
banyak ahli yang memilih bergulat di bidang tempe seperti Dr Mary Astuti
dari UGM, Prof Dr Darwin Karyadi dari Dewan Riset Nasional, para peneliti di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, dan Dr Sapuan yang memprakarsai
berdirinya Yayasan Tempe Indonesia.


(3) Tempe Sumbangan Jawa untuk Dunia
http://kompas.com/kompas%2Dcetak/millenium/data2000/temp39.htm

Dr Onghokham sejarawan dan budayawan.

Selera Jawa memang cocok dengan tempe. Pertama, makanan Jawa pada umumnya
dimakan dalam kondisi suhu ruangan (room temperature) yang bagi Orang Barat,
Cina, dan lain lain akan dikatakan dingin. Masakan hewani dingin pada
umumnya kurang enak demikian juga tahu, karena rasanya bisa seperti karet.
Sedangkan tempe, dingin atau panas tidak menjadi persoalan
Tempe Capai Generasi III di Jerman

(4) Tempe Capai Generasi III di Jerman
 http://kompas.com/kompas%2Dcetak/9904/13/iptek/temp09.htm
Jakarta, Kompas

Berbagai hasil penelitian mengenai tempe ternyata dimanfaatkan dengan baik
di luar negeri, terutama di Jepang dan Jerman. Bahkan di Jerman pengembangan
tempe sudah mencapai generasi ketiga berupa isolasi senyawa-senyawa berguna
yang dikandung oleh tempe. Karena itu, Indonesia harus berupaya keras
mengembangkan makanan rakyat ini agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri
dan jadi produk lokal yang go international.

Demikian benang merah percakapan dengan Ketua Yayasan Tempe Indonesia Dr
Sapuan dan Ketua II Dr Ir Mary Astuti, pada peringatan ulang tahun keempat
Yayasan Tempe Indonesia, di Jakarta, Senin (12/4). Acara sederhana yang
dihadiri Menpangan dan Hortikultura AM Saefuddin itu juga memperkenalkan
tempe lamtoro.

Menurut Mary, Jepang saat ini sudah maju sekali dalam pengembangan tempe. Di
kawasan Okayama sudah dikembangkan miso tempe, semacam tauco yang menjadi
bumbu masakan Jepang.

Jepang yang sempat dilanda Ecoli 157H57 pada tahun 1996 dan menewaskan
banyak anak-anak, memang kemudian mencari alternatif makanan setelah
diketahui Ecoli 157H57 itu berasal dari daging dan sayur mentah. Tempe
menjadi pilihan karena kadar proteinnya tinggi.

Sementara di Jerman, tempe yang sudah diketahui mengandung superoksida
dismutase-bisa mencegah penuaan dini dan penyakit-penyakit degeneratif-kini
diteliti untuk diisolasi senyawanya.

Di Indonesia, menurut Sapuan, sebenarnya juga sudah diupayakan pemanfaatan
tempe dalam industri, seperti yang sudah dijalin dalam kerja sama dengan PT
Sari Husada selama ini. Namun krisis ekonomi yang membuat harga bahan baku
meningkat, membuat produk susu tempe instan dihentikan.

Oleh karena itu, Mary dan Sapuan mengimbau para penentu kebijakan untuk
lebih memanfaatkan tempe generasi I dulu berupa makanan dari tempe yang
diolah dan dikemas dengan modern. "Kalau di Singapore Airlines dan KLM bisa
menyediakan menu tempe, mengapa Garuda tidak?" kata Mary.

Tempe yang bertekstur lembut dan berserat tinggi, bisa mengatasi diare.
Tempe juga mengandung antioksidan yang bisa mencegah kanker dan menurunkan
kolesterol darah. (nes)

...bersambung



--
To subscribe, e-mail   : [EMAIL PROTECTED]
Netika BerInternet     : [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke