Hm... excellent closing..............

Wassalam,
Anto


--- wandysulastra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Baiklah, untuk menutup diskusi ini, berikut saya
> kutipkan penjelasan 
> dari seorang ULAMA yang layak untuk kita dengarkan
> penjelasannya 
> mengenai larangan ghuluw (berlebihan) dalam memuji
> Nabi Muhammad 
> saw. Termasuk dalam masalah ini adalah penambahan
> lafaz 'Sayyidina' 
> dalam sholawat yang sesungguhnya tidak pernah ada
> diajarkan oleh 
> Rasulullah dalam hadits-hadits yang shahih.
> Mudah-mudahan dapat 
> bermanfaat untuk rekan-rekan lainnya. Jikapun ada
> yang tidak setuju 
> dan masih ingin mengagungkan Rasulullah secara
> berlebih, itu adalah 
> hak anda. Apakah anda lebih mengikuti Keterangan
> dari Nash yang 
> menyebutkan hal tersebut dengan sangat jelas, atau
> mengikuti logika 
> sebagian orang yang ingin berlebih-lebihan dalam
> beribadah.. 
> Semuanya terserah anda, kewajiban kita hanyalah
> sekedar mengingatkan 
> dan menasehati...  :)
> 
> ------
> 
> Larangan Ghuluw (Berlebih-lebihan) dalam Memuji Nabi
> Muhammad saw
> Oleh :  Yazid bin Abdul Qadir jawas
>  
> Ghuluw artinya melampaui batas.
> Dikatakan: "gholaa, yaghluu, ghuluw " jika ia
> melampaui batas dalam 
> ukuran. 
> Allah azza wa jall berfirman:
>  "Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu" (QS.
> An-Nisaa': 171)
>  
> Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
> "Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw
> (berlebih-lebihan) dalam agama, 
> karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah
> membinasakan orang-orang 
> sebelum kalian." [1]
>  
> Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi
> kufur adalah sikap 
> ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau
> dianggap wali, 
> maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga
> mereka minta dan 
> berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan
> syirik akbar.
> Sedangkan ithra' artinya melampaui batas (berlebih
> lebihan) dalam 
> memuji serta berbohong karenanya. 
> 
> Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi
> shallallaahu 'alaihi 
> wa sallam adalah melampaui batas dalam
> menyanjungnya, sehingga 
> mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan
> Rasul (utusan) 
> Allah Subhaanahu wa ta'ala, menisbatkan kepada-nya
> sebagian dan 
> sifat sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan
> memohon dan meminta 
> pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau,
> atau tawassul 
> dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah
> dengan nama 
> beliau, sebagai bentuk 'ubudiyyah kepada selain
> Allah Subhaanahu wa 
> ta'ala, perbuatan ini  adalah syirik.
> 
> Dan yang dimaksud dengan ithra' dalam hak Nabi
> shallallaahu 'alaihi 
> wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya,
> padahal beliau 
> telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:
> "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku,
> sebagaimana orang-
> orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji Isa
> putera Maryam. Aku 
> hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah,  'Abdullaah wa
> Rasuuluhu' 
> (hamba Allah dan Rasul-Nya)." [2]
>  
> Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara
> bathil dan 
> janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku.
> Hal itu 
> sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang
> Nasrani terhadap 
> Isa 'alaihis salam sehingga mereka menganggapnya
> memiliki sifat 
> Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagai mana
> Rabb-ku memberi 
> sifat kepadaku, maka atakanlah:
> "Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya." [3]
>  
> Abdullah bin asy-Syikhkhir rodhiallaahu 'anhu
> berkata, "Ketika aku 
> pergi bersama delegasi bani 'Amir untuk menemui
> Rasulullah 
> shallallaahu 'alaihi wa sallam , kami berkata kepada
> beliau, "Engkau 
> adalah sayyid (penghulu) kami! (sayyidinaa-pen)"
> Spontan Nabi 
> shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab:
> "Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta
> 'aala!"
> Lalu kami berkata, "Dan engkau adalah orang yang
> paling utama dan 
> paling agung kebaikannya." Serta merta beliau
> shallallaahu 'alaihi 
> wa sallam mengatakan:
> "Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar)
> kalian katakan, 
> atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah
> sampai kalian 
> terseret oleh syaitan." [4]
>  
> Anas bin Malik rodhiallaahu 'anhu berkata,'Sebagian
> orang berkata 
> kepada beliau, "Wahai Rasulullah, wahai orang yang
> terbaik antara 
> kami dan putera orang yang terbaik di antara kami!
> Wahai sayyid kami 
> (sayyidinaa-pen) dan putera penghulu kami!" Maka
> seketika itu juga 
> Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
>  
> "Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar)
> kalian ucapkan! 
> Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku (tidak
> lebih) adalah 
> Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka
> kalian 
> mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi)
> kedudukan yang telah 
> Allah berikan kepadaku." [5]
>  
> Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam membenci jika
> orang-orang 
> memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: "Engkau
> adalah sayyidku, 
> engkau adalah orang yang terbaik di antara kami,
> engkau adalah orang 
> yang paling utama di antara kami, engkau adalah
> orang yang paling 
> agung di antara kami." Padahal sesungguhnya beliau
> shallallaahu 
> alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling utama
> dan paling mulia 
> secara mutlak. Meskipun demikian, beliau
> shallallaahu alaihi wa 
> sallam melarang mereka agar menjauhkan mereka dan
> sikap melampaui 
> batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak
> beliau shallallaahu 
> alaihi wa sallam, juga untuk menjaga kemurnian
> tauhid. Selanjutnya 
> beliau shallallaahu alaihi wa sallam mengarahkan
> mereka agar 
> menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan
> derajat paling 
> tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw
> serta tidak 
> membahayakan aqidah. Dua sifat itu adalah Abdullaah
> wa Rasuuluh 
> (hamba dan utusan Allah).
> 
> Beliau shallallaahu alaihi wa sallam  tidak suka
> disanjung melebihi 
> dan apa yang Allah Subhaanahu wa ta'ala berikan dan
> Allah ridhai. 
> Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi
> shallallaahu 
> alaihi wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo'a
> kepadanya, 
> meminta pertolongan kepadanya, bersumpah dengan
> namanya serta 
> meminta kepadanya sesuatu yang tidak boleh diminta
> kecuali kepada 
> Allah Subhaanahu wa ta'ala. Hal itu sebagaimana yang
> mereka lakukan 
> ketika peringatan maulid Nabi shallallaahu
> ‘alaihi wa sallam, dalam 
> kasidah atau anasyid, dimana mereka tidak membedakan
> antara hak 
> Allah Subhaanahu wa ta'ala dengan hak Rasulullah
> shallallaahu alaihi 
> wa sallam.
>  
> Foot Note : 
>  
> [1] HR. Ahmad (1/215, 347), an-Nasa-i (V/268), Jbnu
> Majah (no. 3029),
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke