Salam, Terimakasih bang atas jawabannya, Kami tidak akan menanyakan kembali pada beliau, Jadi silahkan anda ditanyakan sendiri. Karena jawaban beliau telah jelas bagikami.
Kami mengerti betul sikap dimana seseorang mengambil ilmu dari wadah tersebut, karena disekeliling kami banyak sekali. jangankan didunia maya, keluarga saya sendiri ada. Dan tidakperlu saya ceritakan bagaimana hubungannya dengan keluarganya dan tetangga disekelilingnya. sekedar menyinggung sedikit saja bahwa ananknya yang masih SD disuruh keluar dari sekolah. Memotong kambing pada acara Aqiqah anaknya tidak dibenarkan orangtuanya (yg nyata-nyata beragama islam), jadi harus dia sendiri. Masih banyak lagi pengalaman dimana saya menyaksikan sendiri yg tidak perlu saya ungkapkan. Abang, jawaban yg kami sampaikan dari wadah yg berbeda, anda menjawab pula dari wadah yg sama dimana anda mengambil. sehingga tidak perlu ditunggu apa dan bagaimana hasilnya. Kami menyinggung kembali, bahwa Buku rujukan yang telah dipelajari kemudian ditulis ulang, terkadang ada yg tertinggal. sehingga kadang berbeda makna dibanding buku yang Asli (gundul / warna kuning) yang langsung diartikan sendiri dan terima langsung oleh murid. Bahkan orang yg melakukan hal yang sama menerjemahkan langsungpun bisa berbeda dengan orang yang memang mengerti dan malang melintang serta timbul tenggelam didunia Fiqih, mengerti Nahwu, Saraf, Balagah dll. Demikianlah Abang, yang bisa saya sampaikan. Dan tidak baik bagi kita memperpanjang waktu dalam penyampaian perselisihan, yang mengakibatkan kita banyak kehilangan waktu dan kesempatan disisi yang lain. Maka marilah kita berserah diri pada Allah, memohon perlindungan kepadaNYA, dikumpulkan kedalam golongan oran-orang yang selamat diAkhirat saat dimana orang-berkumpul serta diakui Oleh Rasulullah sebagai Ummatnya diakhirat. Aamiiinnn. Mohon maaf atas segala kesalahan. Wallahu `a`lam Wassalaamu `alaikum wr. -- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "wandysulastra" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, "dodindra" <dodindra@> wrote: > ----X----- > >Mengenai pengingkaran kelompok madzhab sempalan abad ke 20 ini > > mengenai ucapan SAYYIDINA terhadap Rasulullah saw merupakan pemahaman > > mereka yg tak mengerti hadits, dan menerjemahkan hadits semaunya dan > > menggunting riwayat riwayat hadits semau mereka, bagaikan keledai yg > > tak dapat membedakan mana Batu dan mana Berlian. > ----x---- > > > Astaghfirulloh.... Siapa yang dimaksud Habib ini dengan madzhab > sempalan? Mudah2an Allah memperbagus Ilmu beliau... > > Baiklah, sebagai tambahan Ilmu juga, berikut saya kutipkan pendapat > yang sesungguhnya dari para ULAMA BESAR madzhab syafi'i (dikutip dari > buku Sifat Sholat Nabi) tentang penambahan kata "Sayyidina". > Penjelasan ini bukan hanya saya dapati dari buku saja, tapi juga sudah > saya tanyakan beberapa waktu yang lampau kepada para Ustadz yang insya > Allah mempelajari Ilmu Hadits dan Fiqih, berikut kutipannya: > > Imam Ibnu Hajar (Ulama terkemuka Madzhab Syafi'I yang menguasai Hadits > dan Fiqh) pernah ditanya tentang kalimat sholawat untuk Nabi apakah > diisyaratkan menggunakan kata2 `Sayyid' atau tidak. Manakah yang lebih > baik, apakah menggunakan sayyid atau tidak sebagaimana tersebut dalam > hadits? > > Jawaban beliau seperti yang diriwayatkan oleh Muridnya Imam Muhammad > bin Muhammad bin Muhammad Al-Gharabili: > > "Mengucapkan lafaz2 sholawat yang tersebut dalam riwayat Hadits adalah > benar. Jangalah sampai ada orang mengatakan bahwa Nabi tidak > menggunakan kata2 Sayyid dalam bacaan sholawat hanya dikarenakan sikap > rendah hati saja sebagaimana juga tidak layak ketika orang mendengar > disebut nama Nabi tidak menyahut dengan ucapan shollallahu `alaihi > wassalam. Semua orang Islam dianjurkan untuk mengucapkan kata tersebut > setiap kali mendengar sebutan nama Nabi saw. Saya menyatakan bahwa > sekiranya benar bahwa ucapan Sayyid itu ada, niscaya disebutkan dalam > riwayat dari Sahabat dan Tabi'in. Akan tetapi, saya tidak menemukan > adanya riwayat semacam itu dari seorang sahabat atau tabi'in pun, > padahal begitu banyak bacaan sholawat yang diterima mereka." > > Imam Syafi'I, seorang yang sangat memuliakan Nabi saw, menyatakan > dalam kata pengantar Kitabnya (al-Umm) yang menjadi pegangan dalam > Madzhabnya, beliau menulis sholawat dengan kalimat "Allahumma > Shalli `alaa Muhammad .". > > Imam Nawawi (Ulama terkemuka dari Madzhab Syafi'i) dalam Kitab Raudhah > 1:265 berkata: > "Ucapan sholawat Nabi SAW yang paling baik adalah `Allahumma > Sholli `alaa Muhammad " > > Imam Nawawi dalam kitab-nya tersebut menyatakan bahwa ucapan sholawat > Nabi yang terbaik adalah seperti yang DIAJARKAN NABI sendiri. > > Imam Subki menyatakan bahwa barangsiapa mengucapkan sholawat seperti > itu (seperti tersebut dalam Hadits) berarti telah mengucap bacaan yang > benar, sedangkan selain itu berati tidak benar. Demikianlah karena > para sahabat bertanya kepada Nabi :'Bagaimana ucapan sholawat yang > harus kami ucapkan untukmu?' Sabdanya:'Ucapkanlah ' Jadi ucapan > sholawat yang para sahabat ucapkan ialah apa yang diajarkan kepada > mereka. Nabi saw telah mengajarkan bacaan sholawat dengan sempurna > ketika beliau menjawab pertanyaan tersebut. > > Qadhi `Iyadh menulis dalam buku Asy-Syifa satu bab tentang sholawat > Nabi. Beliau meriwayatkan beberapa riwayat sahabat dan tabi'in. Dalam > semua riwayatnya tidak satupun disebutkan adanya kata "sayyidina" > dalam bacaan sholawat. Memang ada tersebut dalam Hadits Ibnu Mas'ud > bahwa ia mengucapkan sholawat Nabi dengan kalimat: "Ya Allah, > berikanlah keutamaan rahmat-Mu, Kasih sayang-Mu, dan karunia-Mu kepada > Sayyidil Mursalin .." Hadits ini diriwayatkan Ibnu Majah, tetapi > sanadnya dho'if. > > Dalam kitab-kitab Fiqh terkenal pun ternyata tidak satu pun yang > mencantumkan kata sayyidina dalam bacaan sholawat. Sekiranya tambahan > ini dianggap baik, tentulah mereka tidak akan mengabaikannya. Yang > jelas yang dianggap baik itu ialah bila mengikuti contoh Nabi SAW. > > Berikut adalah salah satu lafaz sholawat yang diajarkan oleh Nabi > kepada para Sahabat: > > "Allahumma Shalli `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad, kamaa shallaita > `ala Ibrahim wa `ala aali Ibrahim, Innaka hamidun majid.. Allahumam > baarik `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad, kamaa barakta `ala Ibrahim > wa `ala aali Ibrahim. Innaka hamidun majid." (HR. Bukhari, Muslim, > Nasa'I, Humaidi, Ibnu Mandah, dan dia telah menyatakan Hadits ini > telah disepakati shahihnya) > > ----- > > Demikian, semoga dapat ditanyakan kembali mengenai kutipan diatas > kepada Habib. Mohon Ma'af Lahir batin.... > > WnS > Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/