Hm, kalau saya boleh meimilih nih yaa... sekali lagi, kalau boleh memilih sama Allah Azza Wajalla, maka niscaya saya ingin dilahirkan menjadi orang Arab di zaman Rasulullah dan hidup berdampingan dengan beliau spt para shahabat r.a.... ;-)
 
Wassalam,
Anto
 
----- Original Message ----
From: Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Friday, October 13, 2006 10:49:46 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab

Assalmu'alaikum,
 
Yang namanya Muslim itu tidak ada pemisahan mana Islam Indonesia, mana Islam Arab...Bukan begitu? Kondisi bangsa Arab sekarang adalah karena Agama Islam.....Bangsa Arab sebelum masuk Agama Islam adalah Bangsa Jahiliyah, Keterpurukan akhlak yang benar-benar diluar batas....makanya Rasulullah Muhammad SAW duitus Allah Azza Wa Jalla untuk menyempurnakan akhlak.... Kalau anda melihat kondisi Muslim Indonesia sama dengan kondisi Muslim di Arab itulah Muslim bukan orang-orang Kafir.....Islam adalah rahmat bagi seluruh Alam....Anda jangan menjadi agen pemecah belah muslim...... ........beristig hfarlah.. ....Kalau anda Muslim ? Bersyahadatlah. ....
 
Wassalam,
-----Original Message-----
From: Ananto <pratikno.ananto@ gmail.com>
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com
Date: Fri, 13 Oct 2006 09:47:49 +0700
Subject: [keluarga-islam] Membebaskan dari Budaya Arab

hmmmm....
saya bangga jadi islam indonesia, bukan islam arab... :))
 
salam,
ananto

---------- Forwarded message ----------

http://www.suaramer deka.com/
Membebaskan dari Budaya Arab
a.. Oleh Mohammad Nasih
Tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah "kebetulan" sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab

ALQURAN bukanlah kitab atau buku yang difax oleh Tuhan dari langit. Ia tidak hadir dalam keadaan terisolir, melainkan merupakan bagian dari suatu gerakan sosial untuk me-nentang penindasan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan sombong (mustakbirin) atas kelompok masyarakat lain yang lebih lemah (mustadl'afin) di Arab kala itu. Lalu Alquran mendorong kepada kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.

Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa Alquran disampaikan secara verbal, bukan sekadar makna atau ide-ide saja. Cara penerimaan ini sering disalahpahami oleh Barat maupun sebagian muslim sendiri, sehingga melahirkan konsep eksternalitas wahyu Nabi dari efek pemahaman bahwa Malaikat Jibril adalah sebuah agen yang sama sekali eksternal, sehingga cara penyampaian Alquran dalam alur pemikiran ini adalah semata-mata melalui telinga.

Menurut Rahman, ortodoksi Islam belum mempunyai kemampuan intelektual untuk melahirkan konsep bahwa Alquran adalah firman Tuhan dan secara bersamaan merupakan perkataan Nabi Muhammad (both the Word of God and the word of Muhammad) (Fazlur Rahman, Islam).

Dari sini terlihat bahwa telah terjadi partnership antara Tuhan dan manusia ( nabiNya) dalam menulis sejarah (partnership of God and man in history). Pandangan ini lahir karena Rahman menggunakan hermeneutika sebagai basis intelektual dalam memahami Alquran. Konsepsi ini sesungguhnya sangat kokoh karena beberapa ayat Alquran sendiri mendukungnya. "Ruh yang terpercaya telah membawanya turun ke hatimu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan" (26: 194).

"Katakanlah: Barangsiapa memusuhi Jibril, maka sesungguhnya Jibril itu telah menurunkan Alquran ke dalam hatimu dengan seizin Allah" (2: 97). Kedua ayat ini menyatakan bahwa Alquran diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad. Dengan demikian, tidak mungkin Alquran bersifat eksternal dari diri Nabi Muhammad sendiri. Dengan kata lain, Fazlur Rahman hendak mengatakan bahwa Alquran bukanlah teks yang turun dalam bentuk kata-kata aktual secara verbal, melainkan merupakan spirit wahyu yang ditangkap oleh Nabi Muhammad Saw, sekaligus diekspresikan dalam batas intelek dan kemampuan linguistiknya.

Nabi Muhammad Saw sebagai penerima wahyu diposisikan sebagai "pengarang" Alquran. Dengan basis hermeneutika, kandungan Alquran dapat dipilah dari partikularitas yang menjadi kerangkanya sehingga dapat ditangkap pesan universalnya.

Menggapai Universalitas

Nilai-nilai ajaran di dalamnya sesungguhnya adalah nilai-nilai ajaran yang bersifat universal. Tidak hanya terdapat dalam ayat-ayat yang bersifat perintah, tetapi juga dalam ayat-ayat cerita atau kisah masa lalu. Kisah-kisah tersebut tidak dimaksudkan untuk sekadar bercerita, melainkan memberikan pelajaran moral bahwa di masa lalu Tuhan telah memberikan balasan buruk kepada orang-orang yang berlaku jahat dan sebaliknya.

Namun karena ia diturunkan kepada seorang Nabi yang tinggal di Arab, maka ajaran-ajaran Alquran mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat Arab.

Solusi yang ditawarkan oleh Alquran sebagian adalah solusi yang secara praktis hanya cocok untuk masyarakat Arab. Dalam konteks inilah universalitas pesan Alquran terperangkap dalam budaya lokal Arab. Keterperangkapan macam inilah, yang menurut Derrida, membuat tak ada teks yang dapat ditotalisasikan tanpa melibatkan signifikasi: selalu ada sesuatu yang terabaikan, sebuah aspek atau dimensi teks yang tereduksi, terlewatkan, terberangus, atau terdiamkan (Peter Beilharz, Social Theory: A Guide to Central Thinkers, hal. 78).

Karena itu tugas intelektual muslim adalah terus menggali universalitas ajaran Alquran yang telah telanjur terkurung dalam nuansa kearaban yang sangat kental. Tegasnya bisa dikatakan bahwa harus dibedakan antara pesan universal Alquran ( Islam) dan budaya lokal Arab, sebab antara keduanya tidaklah sama. Mungkin bisa dikatakan bahwa hanyalah sebuah "kebetulan" sejarah, Islam dengan kitab Alquran sebagai kitab pegangan, hadir dalam komunitas masyarakat Arab.

Banyak hal yang menjadi bukti telah terjadi proses Arabisasi dalam Alquran. Tidak hanya konteks yang telah membuatnya telah menjadi bernuansa Arab. Bahkan nama-nama nabi yang berasal dari luar Arab dan telah tertera dalam kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya juga mengalami Arabisasi.

Nama-nama para nabi dalam Perjanjian Lama mengalami Arabisasi terutama melalui bahasa Suriah, misalnya Nuh dari Noah, dan Yunani, misalnya Ilyas dari Elias, Yunus dari Jonah, bukan langsung dari bahasa Ibrani. (Philip K. Hitti, History of the Arab, hal. 157).

Dekonstruksi

Philip K. Hitti melihat bahwa Alquran menjadi kitab yang sangat penting karena ia menjadi pilar Islam dan memiliki otoritas tertinggi dalam persoalan spiritual dan etika (hal. 159). Namun tentu saja Alquran tidak bisa menjadi pilar yang sempurna apabila ia dipandang sebagai buku yang taken for granted. Karena itu diperlukan dekonstruksi terhadap teks-teks Alquran. Dekonstruksi, menurut Derrida, dapat mendorong kepada keterbukaan interpretasi dan responsif kepada yang lain (Peter Beilharz, Social Theory: A Guide to Central Thinkers, hal. 78). Interpretasi baru inilah yang akan membuat ktiab suci itu terus dapat memberikan konstribusi bagi pemecahan problem kemanusiaan kontemporer.

Dalam melakukan dekonstruksi untuk menemukan spirit baru al-QurĂ­an di era kemodernan sekarang ini, Arkoun menganggap penting untuk memahami secara sosiologis-historie s dengan cara melibatkan aspek ruang dan waktu untuk dapat memahami Alquran agar mendapatkan pemahaman yang tepat.

Yang dimaksud ruang dan waktu di sini adalah muatan lokal partikular, yakni lokalitas Arab berikut budayanya pada masa Alquran hadir. Karena itu untuk memahaminya dalam konteks ruang dan waktu yang telah berubah, umat muslim perlu keberanian untuk mendekonstruksi struktur pemahaman yang telah mapan yang terbangun oleh kultur masyarakat sebelumnya dalam bentuk doktrin-doktrin yang telah kokoh sedemikian rupa. Jika analisis historis-sosiologis terhadap Alquran tidak dilakukan, maka Alquran akan kehilangan atau terputus dari konteks dan relevansi historisnya, sehingga Islam akan tampil sebagai paket yang telah final dan tidak fleksibel dengan perubahan zaman. (Mohammed Arkoun, Rethinking Islam: Common Questions, Uncommon Answer, Oxford: Westview Press, 1994).

Dekonstruksi dapat dicapai dengan menggunakan metode hermeneutika. Sayang, metode ini dicurigai oleh sebagian besar kalangan intelektual muslim sebagai metode yang sangat berpotensi mendistorsi ajaran Alquran hanya karena metode ini dipopulerkan oleh pemikir-pemikir sosial kritis dari Barat.

Seharusnya kecurigaan berlebihan ini dieliminir karena sebenarnya tradisi intelektual Islam pun sudah memiliki perangkat yang secara substansi adalah sama, hanya saja disebut dengan nama yang berbeda. Dalam tradisi intelektual Islam klasik sudah dikenal asbab al-nuzul untuk mengetahui latar belakang sebuah ayat hadir, dan asbab al-wurud untuk mengetahu latar belakang sebuah hadis diucapkan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad.

Umat Islam perlu mengembangkan sikap terbuka kepada perangkat-perangkat baru untuk membuat teks-teks sumber keagamaan Islam menjadi lebih kontributif dalam zaman yang sudah mengalami banyak perubahan dan semakin rumit ini.(11).

--- Mohammad Nasih MSi, presidium Masika Nasional ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia) , mhs Program Doktor Ilmu Politik UI


__._,_.___

Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.





SPONSORED LINKS
Single family home Family home finance Family home mortgage
Family home business Dan

Your email settings: Individual Email|Traditional
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch to Fully Featured
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe

__,_._,___

Kirim email ke