Assalamualaikum Wr.wb
 
Itu petuah, untuk selengkapnya "Aja ngaku, Aja gumunan, Aja gampang
kepilut dening pepenginan, Aja Widagdo Ing Patrap, Ngelingon Jaman Purwo
deksino.
 

________________________________

From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of firliana putri
Sent: Thursday, July 24, 2008 10:38 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; keluarga-islam@yahoogroups.com;
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [keluarga-islam] Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan




Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan
<http://denmasbagus.blogspot.com/2008/07/ojo-nggumunan-ojo-kagetan-ojo.h
tml> 


Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan,
<http://denmasbagus.blogspot.com/>  begitu kata orang tua-tua dulu.
Nggumun itu artinya heran dan kaget itu artinya terkejut, sedangkan
kepingin artinya ingin. Sebenarnya antara nggumun dan kaget itu hampir
bersamaan prosesnya, bisa juga sendiri-sendiri. Seseorang yang tidak
pernah tahu suatu fenomena kemudian secara tiba-tiba saja tahu biasanya
akan merasa heran dan jika herannya tersebut kadarnya melebihi batas
kewajaran maka rasa heran itu akan berlanjut dengan rasa terkejut. Pada
sisi yang lain, tidak jarang rasa heran itu akan berlanjut menjadi rasa
ingin terhadap apa yang diherankan. Kenapa kok dipesankan seperti itu ?
Ternyata implikasi dari rasa heran, terkejut dan ingin itu cukup gawat.
Dalam segala hal, dalam segala bidang kalau rasa heran, terkejut dan
ingin itu terjadi tanpa terkendali bisa gendeng/gila akibatnya. Jadi
semestinya dalam segala hal, dalam segala sesuatu dan dalam segala
kejadian haruslah disikapi dengan biasa-biasa saja, cool gitu loch.....

Aku jadi ingat dawuhnya Syaikh Sholahuddin
<http://denmasbagus.blogspot.com/2008/02/dawuh-syekh-sholahuddin-21-04-2
005.html>  tanggal dua puluh empat april dua ribu lima yang lalu
sebagaimana yang pernah kuposting, "Ojo ngelokno wong liyo. Ngelem iku
yo termasuk ngelokno" [Tidak boleh mencela, tetapi memuji pun termasuk
mencela]. Menurutku, mencela atau pun memuji itu ternyata juga akibat
dari rasa heran. Coba kalau sudah sering tahu suatu fenomena secara
berulang mestinya tanggapan yang keluar adalah biasa-biasa saja, tanpa
celaan dan juga tanpa pujian.

Di mana pun di muka bumi ini, baik di masa yang lalu, sekarang atau pun
nanti, sebenarnya kisah hidup yang terjadi adalah sama saja, yang
berbeda hanyalah seting tempat, tokoh utama, tokoh figuran dan variasi
karakter para tokohnya. Karena itu ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo
kepinginan. Beberapa kasus di bawah ini mungkin sering kita temui dalam
keseharian.

Beberapa tahun ini rasanya kasus perselingkuhan begitu banyak yang
diekspose di media masa di mana terjadi di seluruh strata sosial
masyarakat. Itu sebuah fenomena yang seharusnya disikapi secara
proporsional sebagai bahan pelajaran agar kita tidak seperti itu tetapi
jangan sampai hati kita ikut-ikut. Nah kebetulan aku punya teman yang
benci banget tentang hal itu. Kalau ada berita tentang itu atau dia tahu
si X melakukan hal itu, pasti dengan segenap perasaannya akan
diudal-udal atau apa ya bahasa Indonesianya, mungkin diungkapkan atau
disebarluaskan dengan sinis. Eeeh... ndilalah kersaning Allah lha kok
sekarang dia sendiri yang seperti itu. Ini mungkin karena heran itu
tadi, dia tidak bisa menerima fenomena tersebut dan disikapi dengan
kebencian dalam hatinya sehingga dalam pikirannya yang terprogram malah
apa yang dibencinya dan apa yang selalu diudal-udal olehnya. Pada
akhirnya apa yang terprogram dalam pikirannya itulah yang terwujudkan
dalam hidupnya. Makanya orang tua-tua kita dulu juga berpesan : ojo
moyok mengko mundak nemplok [jangan mencela nanti malah terjadi pada
dirimu]. Gendeng kan ?

Ada juga seorang yang kukenal yang bercerai dengan pasangannya dengan
alasan tidak ada kecocokan karena pasangannya itu begini begitu,
pokoknya negatif banget dan dia benci yang seperti itu. Aku jadi heran,
lha dulu bagaimana lho kok sekarang seperti itu. Dia heran pasangannya
seperti itu, belum bisa menerima, belum bisa sabar dan syukur, jadinya
benci. Eeeh... ndilalah kersaning Allah setelah menikah lagi kok
ternyata karakter pasangan barunya tidak jauh beda dengan yang
sebelumnya. Benci dari hati, terprogram di pikiran dan itulah yang akan
terwujud, mungkin memang seperti itu mekanisme alamiahnya. Nah ! Gendeng
juga kan ?

Beberapa bulan lalu di harian Jawa Pos ada berita tentang ayam abu-abu,
yang sebenarnya fenomena ini sudah sejak lama ada. Mereka yang menekuni
"profesi" sebagai ayam abu-abu tidak seluruhnya karena terdesak faktor
ekonomi atau pun dengan alasan sudah terlanjur rusak, tetapi ada juga
yang karena gaya hidup hedonisme dimana kesenangan dan kenikmatan hidup
adalah tujuan utama. Nah yang seperti itu biasanya juga karena diawali
oleh rasa nggumun/heran terus kepingin/ingin. Melihat teman-teman mereka
yang dari keluarga kaya, bajunya bagus-bagus, hp-nya mesti seri terbaru,
hangoutnya di tempat-tempat gaul dan sebagainya. Karena heran dengan
gaya hidup yang seperti itu, jadinya ingin seperti itu, jalan pintas.
Tambah gendeng kan ? Tidak bisa bersabar, tidak bisa mensyukuri
kondisinya, tidak ada kerelaan akhirnya kalah oleh hawa nafsunya.

Yang ini, akhirnya juga gendeng tapi jauh sekali dari gendeng
sebagaimana kasus di atas, karena masuk dalam ranah spiritual. Pernah
dikisahkan oleh Syaikh Luqman, ada seoarng putra kiai yang dipesankan
oleh kiai itu (abahnya) bahwa dia boleh mempelajari semua kitab yang
dimiliki oleh sang kiai tetapi tidak untuk satu kitab khusus karena
berisi ilmu hakikat tingkat tinggi yang jika dipelajari tanpa bimbingan
dari mursyid bisa gendeng akibatnya, gendeng sama Allah maksudnya.
Ternyata pesan ini dilanggar, sang putra kiai nekat mebuka buku itu.
Baru satu kalimat dibaca, dia mengalami keterkejutan spiritual ya
mungkin karena dibukakan oleh Allah melalui kalimat yang dibacanya.
Karena belum bermursyid, maka keterkejutannya itu tidak tertata,
langsung jadzab terus gak normal-normal. Bahkan sampai meninggalnya
masih dalam kondisi jadzab.

Silahkan gali lebih dalam dari ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo
kepinginan.


Send instant messages to your online friends
http://uk.messenger.yahoo.com 


 
--------------------------------------------------------

This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) 
for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or 
trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not 
copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete 
this message and inform the sender immediately.

Kirim email ke