ISRA' MI'RAJ I

Nabi Pergi Mengendarai Buraq



Al-Musthafa adalah istilah yang mengandung makna spesial. Secara bahasa
al-musthafa dapat diartikan sebagai manusia pilihan. Manusia yang posisinya
mengatasi segala kelompok manusia lainnya.



Jika diibaratkan dalam sebuah perlombaan maka dimulailah dengan babak
penyisihan. Mereka yang lolos dari penyisihan akan melaju ke babak perempat
final, mereka yang lolos dari perempat final itulah namanya al-mujtaba, dan
mereka yang memenangi pertandingan ialah al-musthafa.



Demikian perumpamaan ini untuk mempermudah memahami betapa tingginya
tingkatan al-musthafa. Namun boleh saja Allah swt memilih Nabi Muhammad saw
sebagai al-Musthafa tanpa melalui proses tersebut. Karena apapun dan
bagaimanapun Allah swt adalah Yang Maha Paling Kuasa.



Begitulah Nabi Muhammad saw sebagai al-Musthafa memiliki kelebihan dan
keistimewaan. Diantara kelebihan dan keistimewaan itu adalah perjalanan
Rasulullah saw yang dikenal dengan isra’ dan mi’raj. Sebagai sebuah
momentum, isra’-mi’raj dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sesuai
dengan kacamata masing-masing. Para ilmuan memandng isra’-mi’raj dari sisi
ilmiah. Para filusuf membahas isra’-mi’raji dari teori filsafat, begitu
juga para ahli kalam berdebat tiada putusnya mengenai isra’-mi’raj
Rasulullah saw.



Demikianlah keabsahan memandang isra’-mi’raj dari berbaga I perspektif,
tetapi sebaik-baik perspektif adalah yang mampu menambah keimanan.
Demikianlah serial isra’ mi;raj ini akan menghadirkan berbagai kejadian
perjalanan Rasulullah saw yang dimulai dengan Buraq sebagai wahana
transportasinya.



Adapun mengenai bentuk buraq Rasulullah saw menyinggungnya dalam sebuah
hadits yang berbunyi:



عن أنس ابن مالك رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أتيت
بالبراق – وهو دابة أبيض طويل فوق الحمار ودون البغل يضع حافره عند منتهى طرفه
...الحديث



Dari Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah saw berkata: Aku diberi buraq
dia hewan tunggangan yang berwarna putih lebih besar dari keledai tapi
lebih kecil dari bighal yang satu tanduknya terdapat dipucuk kepalanya …



Demikianlah, setelah Allah swt mensucikan Rasulullah saw secara lahir dan
bathin yang dilakukan dengan membasuh jasmaninya menggunakan air zamzam,
Allahpun mengisi jiwa Rasulullah saw dengan ilmu, hikmah, iman dan
keyakinan. Karena merupakan syarat mutlaq menghadap kehadirat-Nya.



Di malam yang ditentukan itu, segalanya sudah diataur dengan rapi. Telah
disiapkan untuk perjalanan rasulullh saw sebuah buraq yang siap mengantar
dengan cepat kebeberapa titik pemberhentian sesuai dengan jadwal. Buraq
adalah kendaraan yang didatangkan dari surga sebagai alat transportasi
super cepat yang membawa Rasululah saw dari Makkah ke Baitul Maqdis seperti
kilat. Dalam sebuah hadits diterangkan:



Namun, pada mulanya buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan
ditunggangi Rasulullah saw. Tetapi Jibril dengan sigap mengendalikannya
seraya berkata “Wahai buraq! tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yang
akan menunggangi engkau adalah orang yang paling mulia”. Barulah buraq
memahami posisinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar
pilihan-Nya yaitu Muhammad al-Mustahafa. Maka berubahlah sikapnya menjadi
jinak penuh ta’dhim kepada Rasulullah saw. Kemudian mereka (Rasulullah saw,
Jibril dan Buraq) bertiga berangkat bersama menuju Baitul Maqdis.



Sebagaimana diterangkan dalam hadits:



عن عبد الله ابن مسعود رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
أتيت بالبراق فركبت خلف جبريل عليه السلام فسار بنا, اذا ارتفع ارتفعت رجلاه,
واذا هبط ارتفعت يداه ... الحديث



Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah saw berkata: Aku telah
disediakan buraq, akupun duduk di belakang jibril dan brangkatlah bersama.
Ketika hendak naik kedua kakinya diangkat keatas, dan ketika turun kedua
tangannya yang diangkat.



Di tengah perjanalan, diperlihatkan kepada Rasulullah saw berbagai fenomena
yang sarat makna. Walupun itu hanya sekelebat saja, karena cepatnya laju
buroq, tetapi mengandung pelajaran yang mendalam. Sempat Rasulullah saw
dalam perjalanan itu melihat orang tua renta sebagai isyarat umur dunia ini
yang sebanding dengan sisa umur orang tua itu. Rasulullah juga
diperlihatkan seseorang yang memecahkan kepalanya sendiri, sebagai tanda
mereka yang berat melaksanakan shalat, juga para pezinah, pembangkang
zakat, penghianat dan tukang fitnah.



Semua ditunjukkan kepada rasulullah saw sebagai isyarat model kehidupan
yang harus siap-siap dihadapi dalam dunia kenyataan selama bertugas sebagai
utusan Allah swt. []



Sumber: NU Onlie



-- 
http://harian-oftheday.blogspot.com/

"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

Kirim email ke