assalamualaikum,
  betul sekali bahwa setiap kita, yang sudah aqil baligh, berarti sudah bertangguang jawab atas perbuatannya di sisi Allah sesuai peran masing2.
  kalau masalah 50% itu asalnya dari kata setengah keimanannya yang saya kutip dari hadist berikut :
  
  “Siapa yang menikah maka ia telah sempurna setengah keimanannya, maka takutlah kepada Allah terhadap setengah sisanya” (HR At-Tabrani dalam Al-Ausat)

  kata setengah apakah bukan 50%?
  
  Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:” Tiga kelompok yang berhak mendapat pertolongan Allah. Mujahid di jalan Allah, budak yang ingin merdeka, orang yang menikah yang ingin menjaga kesucian (dari zina)” (HR at-Turmudzi)
  
  “Wahai para pemuda barangsiapa mampu menikah maka nikahlah, karena denganya lebih dapat memundukkan pandangan dan menjaga kesucian kemaluan. Barangsiapa belum mampu maka hendaknya ia berpuasa karena puasa itu penangkal (syahwat)” (HR Bukahri dan Muslim) .
  
  hadist diatas menunjukkan menikah lebih utama bagi yang sudah mampu untuk menikah.
  pengalaman, waktu masih lajang, paling berat adalah menundukkan pandangan dan ketenangan jiwa pun dalam beribadah jauh berbeda, artinya sebelum menikah untuk mencapai 30% saja sudah berat (kalu dengan perhitungan yang 50% sesudah menikah berarti hitungan matematisnya total 80% setelah menikah).
  
  masalah cincin besi, memang sepertinya menunjuk pada kesederhanaan dari sebuah mahar, karena pada masa itu sudah dikenal dinar (emas?)dan dirham (perak?).
  hadist berikut ini menunjukkan bahwa emas sudah bernilai tinggi saat itu :
    'Emas dan sutera dihalalkan bagi kaum wanita dari kalangan umat kami, dan diharamkan bagi kaum laki-lakinya [An-Nasa’i, bab Perhiasan 5148, Ahmad 19008-19013]

  
  masalah kerja keras sebagai muslim adalah suatu kewajiban
  ummat Rasulullah dimanja dalam pengertian lebih ringan beban ibadahnya bahwa balasan dari setiap amalan ummat Rasulullah sangat berlipat ganda apabila dilakukan dengan ikhlas
  
  shalat  lima waktu saja nilainya sama dengan shalat 50 waktu yang semestinya dibebankan pada ummat Rasulullah
  
  kewajiban puasa :
  
  Puasa terpanjang dilakukan oleh Musa, Elia dan Yesus, 40 hari (Kel 34:28; 1 Raj 19:8; Mat 4:2)
Yesus berpuasa selama 40 hari di padang gurun (Mat 4:1 -9; Luk 4)

  detail puasanya memang saya kurang tau, tapi dari segi jumlah harinya ummat Rasulullah berpuasa wajibnya lebih sedikit.
  
    Dan Rasulullah bersabda, 'Ajal kalian itu antara Shalat Ashar dan terbenamnya matahari'. . (Shahih Bukhari 6/495.)

  
  Nabi bersabda, 'Tiadalah umur kalian dibandingkan dengan umur orang dahulu kecuali seperti sisa siang hari yang sudah lewat". ( Musnad Ahmad 8/176 hadits nomor 5966 syarah Ahmad Syakir. Dia berkata, "Sanadnya shahih". Ibnu Katsir berkata, "Ini sanadnya Hasan". An-Nihayah 1/94. Ibnu Hajar berkata : "Hasan". Fathul-Bari 11/350.)

  
  hadist ini kurang lengkap, nanti insya Allah saya ambil dari bukunya lebih lengkap.
  terima kasih,
  wassalamualaikum,
 
Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  waalaikumsalam wr wb,
Saya gabung saja tanggapan untuk pak Suyudi dan mas Sabri ya.

Pak Suyudi, bukankah dalam setiap peran yang sedang kita pegang (jadi
seorang anak, jadi seorang kakak, jadi seorang adik, jadi seorang yang
bekerja di luar rumah atau di dalam rumah, jadi seorang yang nikah atau
tidak menikah, dll), manusia itu tetap jadi khalifah di muka bumi ini? Juga
karena fungsi kekhalifahannya ini maka seseorang itu bertanggung jawab atas
segala perbuatannya yang baik maupun yang buruk (sebesar zarah-pun?) Menurut
pak Suyudi, jika sudah bisa mencari nafkah dan mampu untuk menikah maka 50%
kesempurnaan imannya bisa didapat dari menikah itu - yang dinamakan mampu
untuk menikah itu apa pak? Apakah ada tolok ukurnya seseorang mampu atau
tidak mampu untuk menikah? Apakah seseorang yang belum menikah juga imannya
itu tidak sempurna?

Saya tidak mengerti tentang umat nabi Muhammad dimanja itu dikaitkan dengan
jumlah jam kerja, bukankah nabi Muhammad mengajarkan bekerja keras?

Mas Sabri, mahar kewajiban individu dan seserahan kewajiban komunal? Yang
saya lihat di keluarga atau di luar keluarga yang menikah itu - baik mahar
maupun seserahan adalah tanggung jawab individu - yang mengeluarkan biaya
untuk mahar dan seserahan adalah calon pengantin laki-laki (kadang-kadang
dibantu ayahnya), dimana letak komunalnya ya?

Kewajiban seorang suami memang berat sekali tapi itu tidak berarti
menganjurkan orang-orang untuk tidak menikah ya? Juga tidak perlu
menganjurkan nikah ke semua orang kalau memang tidak mampu karena nanti jika
suami istri tidak siap untuk membiayai dan membimbing anak-anaknya, generasi
yang akan lahir nanti adalah generasi yang miskin dan bodoh. Justru kalau
orang-orang tahu beratnya jadi suami (atau juga istri yang jadi pendidik
utama dan pertama bagi anak-anaknya) maka remaja laki-laki dan wanita harus
menyiapkan diri untuk jadi suami dan istri yang baik, jangan sembarangan
nikah berkali-kali hanya karena punya uang saja.

Apakah cincin besi di zaman Rasulullah itu benda yang tanpa harganya seperti
sekarang? Rasanya dulu ada yang cerita, di masa itu peralatan besi itu
termasuk benda mahal (baju besi, cincin besi, dll), hanya mungkin lebih
murah daripada emas permata?

salam
Aisha
----------
From: "suyudi karsohutomo" <[EMAIL PROTECTED]>
assalamu'alaikum,
  nimbrung nih
  masalah pernikahan memang sesuatu yang luar biasa yang dibebankan untuk
manusia, karena menikah berarti tanggung jawab dunia akhirat tapi kalau gak
mau nikah juga ancamannya dunia akhirat kalau rukun nikah menurut islam sama
saja tidak terikat budaya tertentu, sedangkan mahar adalah pemberian si
calon suami kepada calon istri yang terangkai dalam kalimat ijab qabul
bentuk mahar paling sederhana sebagai gambaran, Nabi memisalkan cincin dari
besipun bisa dijadikan mahar saya pernah dengar dari seorang ustad,
sebaiknya mahar dalam bentuk yang menyenangkan calon istri adapun seserahan
(sejumlah barang dan uang dsb) bisa bermacam-macam sesuai budaya lokal dan
tidak berhubungan dengan rukun nikah menikah bisa menjadi wajib, sunah, atau
bahkan haram tergantung kondisi si pelaku. tapi kalau seorang muslim sudah
bisa mencari nafkah dan mampu untuk menikah, maka 50% kesempurnaan imannya
bisa didapat dari menikah itu (hadist)

  jelas kalau seseorang sadar akan posisinya sebagai khalifah di bumi, suka
atau tidak suka bakal bertanggung jawab di sisi Allah nantinya, mestinya
lebih memilih menikah karena sudah punya poin setengah. silaturahim itu
terbukanya pintu2 rizki, jadi menikah itu memperluas silaturahim dan membuka
pitu2 rizki, sesudah rizki melimpah, ada yang ingin memperluas ladangnya,
tapi banyak juga yang peduli terhadap hasil penen orang lain yang tidak
terurus tanpa harus memperluas ladang sendiri

  ada poin dari mbak aisha mengenai pendidikan anak, sebaik baik pengajaran
adalah mengajarkan ilmu agama, sebaik baik bekal adalah iman, mestinya istri
menjadi guru paling utama bagi anak2nya sebelum mendapat ilmu dari guru
diluar rumah. saya pernah diminta untuk menyambut mewakili wali murid di
suatu madrasah anak saya di kampung, saya sempat bingung mau ngomong apa
nih, lalu saya sampaikan kepada hadirin yang kebanyakan ibu2, bahwa anak2
kita harus bisa al-fatiah dari ibunya bukan dari gurunya, karena pahalanya
sangat besar dan bakal dibaca minimal 17 kali oleh anak kita..
  .... jika suatu negeri ummatnya beriman semua maka Allah akan membuka
pintu rizki dari langit dan bumi....(QS...aku lupa ayatnya..  )

  sabda Nabi : ....aku akan bangga jika ummatku di akhir zaman yang
terbanyak...
  ummat Muhammad memang paling dimanja di sisi Allah, ibaratnya pekerja
kalau bani israil bekerja setengah hari, ummat nasrani dari dhuhur ke ashar,
maka ummat Muhammad dari ashar ke menjelang magrib, masing2 ummat digaji
satu hari penuh meskipun jam kerjanya berbeda-beda (dari buku huru hara
kiamat)

  kebanyakan ummat islam sekarang ini memang sedang lupa setatusnya sebagai
muslim dan khalifah di bumi, saya kadang ngiri dengan orang non muslim yang
mendapat hidayah, mereka begitu antusias dengan islam dan menjadi pioneer
jauh melebihi kita2 yang sejak lahir sudah dalam lingkungan islam. bahkan
dalam beberapa kejadian mereka menjadi "pemberi peringatan" di komunitas
muslim yang sejak lahir keluarganya muslim.   yang paling simple mungkin,
jangan menjadi beban bagi keluarga orang lain sebelum kita bisa membatu
keluarga lain.

  shalat subuh berjamaah bagi semua laki2 di masjid atau mushalla, ini akan
menjadi sesuatu yang sangat dahsyat dan bisa menjadi awal dari terbukanya
pintu-pintu kemudahan. dalam masyarakat paternalistik yang paling manjur
untuk menggerakkan semua ini adalah bapaknya, kemudian pemimpin formal, bisa
dimulai dari ketua rt...barangkali. atau kita buat satu target, bahwa
presiden indonesia berikutnya harus yang cinta shalat subuh (dan shalat
wajib yang lain) dan mau menggerakkan rakyatnya untuk memulai shalat subuh
berjamaah....., soalnya kita ini 85% tapi seperti 15% saja perannya.
  semua itu diawali dari keluarga...
  wassalamualaikum
---------------
st sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Neng Ai Nan cantik, cerdas dan selalu bersemangat :=))
secara pribadi saya kurang belajar dalam soal-soal Nikah. Ada perbedaan
mendasar antara BUDAYA ARAB (Lingkungan dimana Islam di-lahirkan) dan BUDAYA
NUSANTARA. Tanpa tata cara (rukun) Nikah Islam pun, tata cara pernikahan di
Nusantara sudah luar biasa sakral dan agung, Islam menyumbangkan sedikit
polesan dalam tata cara Nikah di
Nusantara.

Adat 'pasrahan' (serah-serahan) - kalo dibanjarmasin namanya Jujuran - sama
dengan mas-kahwin atau mahar, namun cakupannya lebih luas. Kalao
serah-serahan itu kewajiban komunal, mahar (dlm konteks Islam arab) adalah
kewajiban individu). Semuanya dilaksanakan dalam ritual nikah dalam bentuk
simbolik.

Soal mahar seperangkat 'alat shalat' ini kayaknya (hehehe pakai kayaknya
segala) modifikasi dari pernikahan Bilal, budak mlarat yg membuat Nabi
kebingungan, kerna mau nikah kok ndak punya apa-apa. Ide mas kawin
mengajarkan al-Qur'an datang dari sang Istri dan Kanjeng Nabi menyetujui.
Tapi sesungguhnya Nabi lebih suka mahar dalam bentuk
barang. Begitulah Nabi Muhammad ini khan emang orangnya agak Nyentrik.

kewajiban suami memang berat sekali, dalam soal ini kadang ajaran Islam
terasa gak fair, kayaknya berat sebelah gitu. Refot ... emang. Jadi bagi
para lajang yang belum terlanjur menikah, pikir2 aja dulu kalo mau nikah.
Lagian mending melajang aja terus, enak lebih bebas dan gak usah pada punya
anak. Indonesia dah kebanyakan penduduk, ngurusnya rumit. Buat apa orang
banyak2 tapi pada miskin dan bodoh (kurang pendidikan).
salam
--- "Aisha" wrote:
Temans,
Seperti kita tahu, dalam setiap pernikahan ada yang dinamakan mahar (dari
bahasa Arab, al-mahr = maskawin), yaitu pemberian wajib berupa uang atau
barang dari calon pengantin laki-laki ke calon pengantin perempuan ketika
dilangsungkan akad nikah.

Dasar hukumnya adalah An Nisaa' 4, "Berikanlah maskawin (mahar) kepada
wanita (yang baru kau nikahi) sebegai pemberian dengan penuh kerelaan...",
atau di An Nisaa' 24-25 dan Al Ma'idah 5. Dalam sebuah hadis diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw mengatakan kepada seseorang yang mau menikah, "....beri
maharnya, sekalipun sebentuk cincin dari besi.."  (HR al-Bukhari, Muslim dan
Ahmad bin Hanbal).

Saya sering melihat mahar yang berbentuk seperangkat alat shalat (termasuk
Al Quran) atau sejumlah uang yang jumlahnya dikaitkan dengan tanggal
pernikahan. Kemarin salah seorang teman saya (laki-laki) mau menikah, saya
mengantar mereka - sepasang calon pengantin itu belanja kebutuhan nikah
termasuk mahar. Waktu melihat mukena cantik dan ada juga yang sudah
dimasukkan dus dengan hiasan (sudah lengkap mukena - sajadah - tasbih, dll),
saya menunjukkan mukena itu untuk mahar selain satu set perhiasan. Teman
saya ini mengatakan bahwa mahar hanya satu set perhiasan saja, dan tidak
peralatan sholat sebagai mahar.  Mukena dimasukkan dalam barang 'seserahan'
dengan baju-baju, sepatu, tas, alat kosmetik, dll.

Alasan teman saya ini tidak memasukkan seperangkat alat shalat dan Al Quran
dalam mahar karena menurut guru di pengajiannya, ketika seseorang memberi
mahar seperti itu, tidak sekedar memberi secara fisik sebagai hadiah tapi
itu adalah simbol dari kesediaan laki-laki untuk melindungi dan membimbing
istrinya beribadah sholat dan mengajari Al Quran.  Itu beban yang sangat
berat katanya karena jika dia tidak berhasil membimbing istrinya untuk bisa
sholat dengan baik (bukan sekedar shalat secara fisik) dan tidak berhasil
membimbing istrinya untuk hidup sesuai Al Quran, maka dosanya besar sekali.

Saya termenung, apakah ini berkaitan dengan kasus pernikahan Nabi Musa AS
yang menikah dengan putri Nabi Syu'aib AS dengan mahar kewajiban menggembala
kambing? Atau ini kaitannya dengan sabda Rasulullah saw ketika menikahkan
seorang sahabat dengan mahar mengajarkan Al Quran kepada istrinya (HR al
Bukhari, Muslim dan Ahmad bin Hanbal)?

Saya juga pernah mendengar seorang ustadzah mengatakan jadi suami itu berat
sekali karena jika dia gagal membimbing istrinya setelah akad nikah
(kewajiban dari ayah si gadis beralih ke suami), maka dosanya sebagai suami
besar sekali.  Jadi ketika seorang istri misalnya bekerja dan dia korup di
kantornya atau selingkuh, maka suaminya akan ditanya kewajiban membimbing/
melindungi istrinya dari perbuatan buruk. Kalau begitu, beban suami itu
berat ya? Satu saja seperti teman saya ini sudah terasa berat kalau memang
dia ingin istrinya jadi manusia yang lebih baik, kebayang ya jika punya
istri 4, harus jungkir balik mengatur waktu yang 24 jam sehari ke 4 tempat
dan membimbing istri-istrinya? Belum lagi membuat anak-anak yang lahir
menjadi anak-anak yang baik, bukan sekedar memberi nafkah ya?

Bagaimana teman-teman? Tolong donk pencerahannya.

salam
Aisha

Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com


  SPONSORED LINKS
        American family home insurance   Home loan for low income family   Family home finance     Family home business   Family home evening   Single family home
   
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS

   
    Visit your group "keluarga-sejahtera" on the web.
   
    To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
   
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

   
---------------------------------
 



           
---------------------------------
Love cheap thrills? Enjoy PC-to-Phone  calls to 30+ countries for just 2¢/min with Yahoo! Messenger with Voice.

[Non-text portions of this message have been removed]



SPONSORED LINKS
American family home insurance Home loan for low income family Family home finance
Family home business Family home evening Single family home


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke